Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM

Disusun oleh
Nama : Dwi Cahyo Wijacksono Vani
NPM : E1C021007
Jam : 10.00 sd 12.05 WIB
Hari/Tanggal : Sabtu,23 Oktober 2021
Dosen : Devisilsia,Dra.,M.Si
Ko-Ass : 1) Lili Lasni Suryati Br. Hutapea (E1G019035)
2) Putri Dearest Br. Tamba (E1C019065)
Objek Praktikum: Titrasi Asam Basa

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Analisa volumetrik adalah suatu cara menentukan jumlah ( kuantitatif ) suatu
zat. Analisa ini tergantung pada pengukuran volume yang tepat dari dua macam larutan
yang bereaksi sempurna . Salah satu larutan harus diketahui konsentrasinya, larutan ini
disebut larutan standar, sedangkan larutan yang lain akan ditentukan konsentrasinya
oleh larutan standar. Proses penentuan konsentrasi ini disebut titrasi.
Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan
yang volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekivalen, yaitu jumlah
stoikhiometri (perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir titrasi/reaksi
diketahui ketika indikator yang digunakan tepat mengalami perubahan warna.
Titik ekuivalen pada tritasi tasam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama tritasi berlangsung terjadi perubahan pH.
pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari
netralisasiasam basa. Indikator yang digunakan pada tritasi asam basa adalah yang
memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen
tersebut sulit untuk diamati yang mudah dimatai adalah titik akhir yang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai.
Tritasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau
metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat
gelas yang disebut buret. Titik dalam tritasi dimana titran yang telah ditambahkan
cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik
equivalen atau titik stoijhiometri, titik ini sering ditandai perubahan warna senyawa
yang disebut indicator.
Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan
NaOH dengan larutan standar (larutan baku) asam oksalat, dan penentuan konsentrasi
larutan HCL dengan larutan NaOH.
Titrasi ini berdasarkan reaksi penetralan asam dengan basa. Pada titik ekivalen,
jumlah asam yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk
menentukan titik ekivalen ini biasanya digunakan indikator asam basa yaitu sutu zat
yang dapat berubah warna yang tergantung pada pH larutan. Indikator harus dipilih
sehingga pH titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika
pada suatu titrasi menggunakan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik
akhir titrasi telah tercapai. Jadi titik akhir titrasi adalah saat timbulnya perubahan warna
I ndikator yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik
ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi. Dengan pemilihan indikator yang
tepat dapat memperkecil kesalahan titrasi ini. Untuk menentukan konsentrasi suatu
larutan asam atau basa diperlukan larutan standar, yaitu larutan yang telah diketahui
konsentrasinya, dan biasanya berupa larutan asam atau basa yang mantap
(konsentrasinya tidak mudah berubah). Larutan standar dapat dibagi dua yaitu larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan
yang telah diketahui konsnetrasinya, dalam proses pembuatannya larutan standar
primer ini tidak perlu distandarisasi dengan larutan lain untuk memastikan konsentrasi
larutan yang sebenarnya, contoh larutan standar primer pada percobaan ini adalah asam
oksalat. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan yang dipergunakan untuk
menstandarisasi/menentukan konsentrasi larutan lain tetapi larutan standar tersebut
harus distandarisasi terlebih dahulu untuk memastikan konsentrasi yang sebenarnya,
contohnya pada percobaan ini adalah NaOH.

1.2 Tujuan Praktikum


Pada praktikum kali ini kita akan mebahas tentang tritasi asam basa yang bertujuan
untuk:
• Mahasiswa mampu menerapkan Teknik tritasi untuk menganalisi contoh yang
mengandung asam
• Mahasiswa mampu menstandarisasi larutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat dalam proses titrasi, sebagai contoh bila
melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks
untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,titrasi kompleksometri untuk
titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Zat yang
akan ditentukan kadarnya disebut titran dan biasanya diletakkan didalam erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan
diburet. Baik titer maupun titran biasanya dalm bentuk larutan yang diuji
(Sunardi,2016).
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalemetri. Kadar atau konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi
asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar
sempel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan
kimia, kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik titrasi yang diketahui dari perubahan
warna indikator dan kadar sempel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan
persamaan reaksi (Susanti,2015).
Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi suatu zat
dengan cara reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika
asma dan basa tetap habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya. Titik
akhir adalah saat terjadi perubahan warna indikator
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa
1. Memiliki PH meter memonitor perubahan PH selama titrasi dilakukan kemudian
membuat plot antara PH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. titik
tengah dari kurva titrasi disebut titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrasi sebelum proses
titrasi didilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen. Pada saat
inilah titrasi dihentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, titik diperlukan
alat tambahan dan sangat praktis (Rival,2015).
Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi
pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata
metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O dalam
hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off). Akhiran I berasal
dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri dapat diartikan
pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang diukur dalam jumlah
basa atau garam). (Harjadi, W. 2010)
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan
asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan
larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dan basa tepat
habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa) diketahui, maka
molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan. Jika larutan asam ditetesi dengan
larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan
larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada
penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi
berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen. (Michael. 2017)
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian
juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian
adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar
dari 104 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton
ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi
sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi
asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada
temperatur. (Khopkar, S.M. 2010)
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa
organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu
terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya senyawa
organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam
digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan basa
digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan
dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan
peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer. (Rivai, H, 2010)
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan
berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen. (Esdi, 2011)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat & Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini:
➢ Inidkator penolphetalin
➢ Erlenmeyer
➢ Buret 50 mL
➢ Statif dan klem
➢ Gelas ukur 25 mL atau 10 mL
➢ Corong kaca
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini:
➢ NaOH 0,1M
➢ HCL 0,1M
➢ H2C2O4

3.2 Posedur Kerja


3.2.1 Standarisasi larutan NaOH 0,1 M
Cuci bersih buret yang akan digunakan untuk standarisasi dan bilas dengan 5
mL larutan NaOH. Putar kran buret untuk mengeluarkan cairan yang tersisa dalam
buret, selanjutnya isi buret dengan 5 mL NaOH untuk membasahi dinding buret.
Kemudian larutan dikeluarkan lagi dari buret. Larutan NaOH dimasukkan lagi ke
dalam buret sampai skala tertentu. Catat kedudukan volum awal NaOH dalam buret.
Proses standarisasi :
➢ Mengalirkan 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan asam oksalat 0,1 M dan
masukan ke dalam setiap Erlenmeyer dan tambahankan ke dalam masing-
masing Erlenmeyer 3 tetes indikator penolphtalein (PP).
➢ Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer
digoyang.
➢ Mencatat volume NaOH terpakai
➢ Mengulang dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II dan III.
➢ Menghitung molaritas (M) NaOH.
3.2.2 Penentuan konsentrasi HCl :
➢ Mencuci 3 erlenmeyer, pipet 10 mL larutan HCl 0,1 M dan masukkan ke dalam
nsetiap Erlenmeyer.
➢ Menambahkan kedalam masing-masing Erlenmeyer 3 tetes indikator
penolphtalein (PP).
➢ Mengalirkan larutan NaOH yang ada dalam buret sedikit demi sedikit sampai
terbentuk warna merah muda yang tidak hilang apabila gelas Erlenmeyer
digoyang Catat volume NaOH terpakai.
➢ Mengulangi dengan cara yang sama untuk Erlenmeyer ke II dan ke III
➢ Menghitung molaritas (M) HCl.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat


No Prosedur Ulangan Rata-rata
1 2 3
1 Volume larutan asam oksalat 0,1 M 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
2 Volume NaOH terpakai 5 mL 4,5 mL 5,5 mL 5 mL
3 Molaritas (M) NaOH 0,1 M 0,11 M 0,09 M 0,1 M

Standarisasi HCL dengan larutan HCL


No Procedure Ulangan Rata-
1 2 3 rata
1 Volume larutan HCl 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL
2 Volume NaOH terpakai 9 mL 9,5 mL 10 mL 9,5 mL
3 Molaritas (M) NaOH Berdasarkan hasil percobaan di atas 0,1 M
4 Molaritas (M) larutan HCl 0,09 M 0,1045 M 0,09 M 0,0948 M
BAB V
Pembahasan hasil

Pembahasan Dasar
Pada laporan ini kita akan membahas tentang proses/cara perolehan hasil
pengamatan kita di praktikum yang berjudul “Tritasi Asam Basa” sebelumnya apa itu
tritasi ? menurut, (Sunardi,2016) Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
Sedangkan, Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi
suatu zat dengan cara reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi)
(Rival,2015). Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalemetri. Kadar atau
konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan
teknik titrasi asam basa. (Susanti,2015)
Dalam proses titrasi suatu larutan ditambahkan sedikit demi sedikit pada larutan yang
volumenya telah diketahui, sampai tercapai titik ekivalen, yaitu jumlah stoikhiometri
(perbandingan mol) dari kedua pereaksi. Titik akhir titrasi/reaksi diketahui ketika
indikator yang digunakan tepat mengalami perubahan warna.
Ada empat macam reaksi yang digunakan dalam titrasi :
1. reaksi asam-basa.
2. reaksi redoks
3. reaksi pengendapan
4. reaksi pembentukan kompleks
Dalam titrasi, suatu larutan A dengan konsentrasi Ma bereaksi dengan larutan
B dengan konsentrasi Mb dengan persamaan reaksi :
aA + b B → hasil reaksi
a dan b = perbandingan mol zat yang bereaksi
A dan B = zat yang bereaksi
Konsentrasi dinyatakan dalam molaritas (M), yaitu :
M = mol / liter
larutan Maka berdasarkan persamaan stoikhiometri untuk reaksi yang sempurna :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙𝐴 𝑎
=𝑏
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝐵
Oleh karena itu :
𝑉𝐴 𝑋 𝑀𝐴 𝐴
=
𝑉𝐵 𝑋 𝑀𝐵 𝐵

Atau :
VA x MA x b = V B x M B x a
Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan
NaOH dengan larutan standar (larutan baku) asam oksalat, dan penentuan konsentrasi
larutan HCL dengan larutan NaOH.
2NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + 2 H2O
VNaOH x M NaOH x 2 = VH2C2O4 x M H2C2O4 x 1
HCl + NaOH → NaCl + H2O
V HCl x M HCl x 1 = V NaOH x M NaOH x 1

Proses pembuktian hasil pengamatan


• standarisasi larutan NaOH dengan asam oksalat
pada pembuktian kali ini kita akan menggunakan rumus:
2NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + 2 H2O
VNaOH x M NaOH x 2 = VH2C2O4 x M H2C2O4 x 1
a. Ulangan 1
VNaOH x M NaOH x 2 = VH2C2O4 x M H2C2O4 x 1
5 mL x M NaOH x 2 = 10 mL x 0,1 M x 1
5 x M x 2 = 10 x 0,1 x1
10 x M = 1
M = 1/10
M = 0,1
b. Ulangan 2
VNaOH x M NaOH x 2 = VH2C2O4 x M H2C2O4 x 1
4,5 mL x M NaOH x 2 = 10 mL x 0,1 M x 1
4,5 x M x 2 = 10 x 0,1 x1
9xM=1
M = 1/9
M = 0,11

c. Ulangan 3
VNaOH x M NaOH x 2 = VH2C2O4 x M H2C2O4 x 1
5,5 mL x M NaOH x 2 = 10 mL x 0,1 M x 1
5,5 x M x 2 = 10 x 0,1 x1
11 x M = 1
M = 1/11
M = 0,09

• Standarisasi HCL dengan larutan HCL


pada pembuktian kali ini kita akan menggunakan rumus:
HCl + NaOH → NaCl + H2O
V HCl x M HCl x 1 = V NaOH x M NaOH x 1
A. Ulangan 1
V HCl x M HCl x 1 = V NaOH x M NaOH x 1
10 mL x M HCl x 1 = 9 mL x 0,1 M x 1
10 x M x 1 = 9 x 0,1 x 1
10 x M = 0,9
M = 0,9/10
M = 0,09 M
B. Ulangan 2
V HCl x M HCl x 1 = V NaOH x M NaOH x 1
10 mL x M HCl x 1 = 9,5 mL x 0,11 M x 1
10 x M x 1 = 9,5 x 0,11 x 1
10 x M = 1,045
M = 1,045/10
M = 0,1045

C. Ulangan 3
V HCl x M HCl x 1 = V NaOH x M NaOH x 1
10 mL x M HCl x 1 = 10 mL x 0,09 M x 1
10 x M x 1 = 10 x 0,09 x 1
10 x M = 0,9
M = 0.9/10
M = 0,09 M
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Perhitungan pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukan dengan mencari
volume rata-rata dari larutan NaOH yang digunakan untuk menaikkan kadar atau
konsentrasi HCL.
Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 3 tetes
indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang
digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus
sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui,
barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.

6.2 Saran
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam
menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan
praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume
larutan basa (NaOH), karena volume larutan NaOH sangat mempengaruhi hasil
konsentrasi HCl.
DAFTAR PUSTAKA
Esdi, Riswanto. 2011. Ilmu tritasi asam basa kimia, Erlangga: Jakarta
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta
Purba, Michael. 2017. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2. Erlangga:
Jakarta
Rivai, H. 2010. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta
Susanti, S. 2015. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar
TUGAS

Jawab pertanyaan berikut ini dengan tepat?

1. Bagaimana caranya agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen


Jawab: Agar titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen selain harus mengunakan
indikator yang tepat yang dapat berubah warna yang tergantung pada pH larutan, di
dalam proses titrasi harus berhati – hati dengan suatu larutan ditambahkan sedikit demi
sedikit pada larutan yang volumenya sudah diketahui, sampai tercapai titik ekivalen.

2. Jelaskan dengan singkat fungsi indikator


Jawab: Fungsi indikator adalah suatu zat untuk menentukan titik ekivalen
dalam proses titrasi dengan dapatnya perubahan warna.

3. Jelaskan apakah reaksi dapat berlangsung jika tidak ditambah dengan indikator
Jawab: Ya, dapat berlangsung karena reaktan maupun produk telah memiliki warna
yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks
menggunakan permanganometri, serimetri, iodi-iodometri tidak butuh indicator

4. Tuliskan dengan lengkap reaksi yang terjadi pada reaksi diatas


Jawab:

Reaksi yang terjadi antara larutan NaOH dan H2C2O4

2 NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + 2H2O

Reaksi yang terjadi antara larutan HCl dan NaOH

HCl + NaOH → NaCl + H2O


5. Jelaskan pengertian larutan standar primer dan larutan standar sekunder
Jawab: Larutan standar primer adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Sedangkan Larutan standar sekunder adalah larutan yang harus distandarisasi terlebih
dahulu untuk memastikan konsentrasi sebenarnya.

6. Tuliskan syarat-syarat suatu indikator dapat dipakai dalam suatu titrasi.


Jawab: Syarat indikator dapat dipakai dalam titrasi yaitu indikato tersebut dapat
menimbulkan warna pada saat tercapainya titik akhir titrasi.Syarat – syarat larutan
standar primer. Yaitu : dalam keadaan kemurniannya dapat diketahui, zat harus mudah
dikeringkan, menpunyai bobot ekivalen yang tinggi, mengunakan asam atau basa kuat
yang memiliki disosiasi yang tinggi, dan asam basa lemah bisa digunakan sebagai
standar primer untuk menstandarisasi asam atau basa lemah.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai