I. Tujuan
1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan standar asam oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.
II. Landasan Teori
Titrasi berdasarkan prinsip kerjanya merupakan salah satu analisis kuantitatif
untuk menentukan molaritas larutan. Proses titrasi ini dengan cara menambahkan
larutan baku (larutan yang telah diketahui dengan tepat konsentrasinya) kedalam
larutan lain dengan bantuan indikator sampai tercapai suatu titik ekivalen. Pada
dasarnya reaksi dalam titrasi merupakan reaksi penetralan. Titrasi dihentikan
tepat pada saat jumlah mol titer dan titrat. Pada saat itu larutan akan bersifat
netral. Analisa tnmetri merupakan suatu bagian utama bagian kimia analisis dan
perhitungannya berdasarkan hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi
kimia. Aa + tT dimana a molekul analit A, bereaksi dengan tmolekul reagenesia T.
Regenenesia T disebut titran, ditambahkan sedikit demi sedikit, biasanya dari
dalam buret. Larutan dalam buret bisa berupa larutan standar yang
konsentrasinya diketahui dengan cara standarisasi ataupun larutan dari zat yang
akan ditentukan konsentrasinya. Penambahan titran diteruskan sampai jumlah T
yang secara kimia setara atau ekuivalen dengan A, maka keadaan tersebut
dikatakan telah mencapai titik ekuivalensi atau disingkat TE dari titrasi itu. Namun
kapan tepatnya tercapai suatu titik ekuivalensi tidak dapat dilihat secara kasat
mata. Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan,
digunakanlah suatu zat yang disebut indikator yang dapat menunjukkan terjadinya
kelebihan titran dengan perubahan warna. Perubahan warna ini bisa tepat atau
tidak tepat pada titik ekuivalensi (sandra, 2022).
Asidimetri merupakan pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan
larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri merupakan pengukuran konsentrasi
basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut
juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume suatu
larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang
diketahui volumenya sampai terjadi reaksi-reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur suatu volume titran yang diperlukan untuk
mencapai suatu titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan sama.
Analisa titrimetri atau analisa volumetric merupakan analisis kuantitatif dengan
mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan
larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku
(standar)adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya tersebut biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M
(molaritas) (sandra, 2022).
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan
baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan
menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai
titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat
dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya
sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur
volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Caranya adalah
dengan mereaksikan larutan dalam volume tertentu dengan larutan lain yang
konsentrasi zatnya sudah diketahui. Larutan yang sudah diketahui ini disebut
larutan beku. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-
pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya
merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan
pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat
diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat
penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Asidimetri adalah
titrasi terhadap larutan basa dengan larutan standar asam. Asidimetri merupakan
penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa- senyawa yang bersifat basa
dengan menggunakan larutan beku asam. Teknik asidimetri juga telah dimanfaatkan
secara luas misalnya dalam pengujian boraks yang sering dipergunakan oleh para
penjual bakso. Proses analisis dilakukan dengan melarutkan sampel seberat 500 mg
kedalam 50 ml air dan ditambahkan beberapa tetes indikator metil orange,
selanjutnya dititrasi dengan HCL 0,1 N untuk menentukan saat tercapai titik ekivalen
pada titrasi netralisasi digunakan indikator yang mempunyai warna berbeda dalam
larutan berbeda dalam larutan tergantung PH larutan (indayatmi,2020).
Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir
titrasitelah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo
dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah
titikdimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis
danlarutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna
pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang
dianalisisdan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai
laluditeruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir
titrasisangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Titrasi asam basa
melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.Titrasi asam basa
berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukandengan
menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titersedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secarastoikiometri titrant dan
titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai“titik ekuivalen”. Pada saat
titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan,kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaantersebut. Dengan menggunakan
data volume titrant, volume dan konsentrasi titermaka kita bisa menghitung kadar
titrant (indayatmi,2020).
Untuk proses standarisasi, larutan hanya diambil 10 mL dan ditambahkan
indikator PP, sebagai zat yang dapat menandakan tercapainya titik akhir titrasi.
Setelah penambahan PP larutan tidak mengalami perubahan warna karena PP yang
memiliki trayek pH 8,0-9,6 dan PP memiliki warna asam tidak berwarna dan warna
merah pada larutan basa. Karena itu, larutan asam oksalat tidak mengalami
perubahan warna karena asam oksalat bersifat asam. Kemudian titrasi dengan
NaOH hingga mencapai titik akhir titrasi saat warna larutan berubah dari tidak
berwarna (bening) menjadi merah muda. Perubahan warna ini terjadi karena
adanya perubahan pH yang mempengaruhi indikator. Perubahan pH terjadi karena
adanya penambahan ion OH - terjadi pada titrasi. Tujuan dari praktikum ini sama
seperti apa yang telah tertulis pada tujuan praktikum, yaitu menentukan molaritas
dan normalitas larutan NaOH serta menetapkan kadar asam cuka atau asam
asetat perdagangan. Penentuan kadar asam cuka perdagangan ini digunakan
untuk mengetahui kebenaran kadar yang tertera pada etiket asam cuka yang dijual
dipasaran. Penentuan kadar ini menggunakan metode asidimetri dan alkalimetri
dengan larutan NaOH 0,1 M sebagai titran, karena metode ini masuk ke dalam
metode Titrimetri atau Volumetri. Sehingga perlu adanya standarisasi larutan
NaOH terlebih dahulu supaya mendapatkan larutan NaOH dengan konsentrasi 0,1
M. Dengan menggunakan data volume titrant (mardhiah,2021).
Cuka adalah salah satu produk makanan yang mempunyai manfaat yang
banyak oleh masyarakat, walaupun asam cuka memiliki nilai jual sedikit murah
tetapi asam cuka memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti karbohidrat,cuka
oren juga mengandung banyak komponen-komponen mikro nutrein seperti
kalsium, fosfor, besi, dan riboflavin, walaupun dalam jumlah yang sangat terbatas.
asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal untuk pemberi rasa
asam dan aroma dalam makanan. Asam juga cuka memiliki rumus empiris C 2H4O2.
Rumus ini seringkali ditulis dalam wujud kimia CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan
higroskopis yang tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Dengan tidak
disadari penggunaan pembersih buatan rumah tangga dapat membuat pencemaran
lingkungan, Pembuatan cairan pembersih alami berbahan dasar cuka merupakan
cairan yang paling mudah untuk dibuat,dan juga tidak membutuhkan biaya yang
mahal, dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Dengan adannya penelitian ini
masyarakat dapat membuat cairan pembersih sendiri dengan bahan yang mudah
didapat (mardhiah,2021).
Asam organik yang diproduksi oleh mikroorganisme telah diusulkan sebagai
alat bioteknologi untuk melepaskan fosfor (P) dari batuan fosfat (RP) yang sedikit
larut. Dalam karya ini, asam organik yang umumnya terkait dengan pelarutan P
mikroba (sitrat, glukonat, itakonik, malat, dan oksalat) diterapkan pada
peningkatan dosis untuk melarutkan RP dengan tingkat reaktivitas yang berbeda.
Pelarutan P oleh asam organik dibandingkan dengan asam sulfat, pereaksi
tradisional yang digunakan dalam pelarutan RP untuk produksi pupuk. Jenis asam
dan konsentrasinya lebih berpengaruh terhadap reaktivitas P terlarut daripada RP.
Secara umum efisiensi asam organik adalah oksalat > sitrat ≥ malat > itakonat >
glukonat. Asam oksalat dan sulfat melarutkan 100% P yang terkandung dalam
semua RP yang tersusun oleh apatit [Ca5(PO4)3(OH,F,Cl)]. Namun, asam oksalat
lebih unggul dari asam sulfat, melepaskan lebih banyak P per mmol asam yang
digunakan. Rata-rata, setiap mmol asam oksalat melepaskan 21 mg P, sedangkan
asam sulfat melarutkan 14 mg P mmol−1. Dengan demikian, mikroorganisme
penghasil asam oksalat muncul sebagai alternatif yang menjanjikan untuk
memproses RP melalui jalur bioteknologi mikroorganisme telah diusulkan sebagai
salah satu alat bioteknologi untuk melepaskan fosfor (mendes,et al 2020).
Titrasi asam basa merupakan metode analisa titimetri yang berdasarkan pada
reaksi netralisasi antara ion hidrogen dari asam dengan ion hidroksida dari basa
membentuk molekul air, sehingga disebut sebagai titrasi netralisasi. Titrasi
netralisasi dibedakan atas dua yaitu titrasi asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri
merupakan titrasi terhadap larutan basa dengan larutan standar asam, sedangkan
alkalimetri adalah titrasi terhadap larutan asam dengan larutan standar basa.
Proses titrasi menggunakan larutan standar primer dan larutan sekunder. Larutan
standar primer adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara tepat
melalui metode gravimetri, dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi atau
kadar larutan lain yang belum diketahui. Larutan standar sekunder adalah larutan
yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat
yang tidak pernah murni. Titik titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup
untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik
ekuivalen. Titik ini biasanya ditandai dengan perubahan warna indikator yang
tajam, yang telah ditambahkan sebelumnya ke dalam larutan asam. Selesai titrasi
harus dapat diamati dengan perubahan warna atau berbentuk endapan. Saat
terjadinya perubahan yang terlihat baik warna atau endapan disebut titik akhir
titrasi. Menentukan saat tercapainya titik ekuivalen pada netralisasi digunakan
indikator yang mempunyai warna yang berbeda dalam larutan tergantung pH
larutan, contohnya indikator phenolphthalein dan methyl orange. Praktikum ini
menggunakan prinsip netralisasi dari asam dan basa, maka dapat menimbulkan
perubahan warna pada zat warna tumbuhan, karena ciri dari asam sendiri adalah
rasa masam dan pH<7. Sifat dari basa sendiri adalah memiliki rasa pahit dan dapat
menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan dan larutan basa dalam
air juga dapat menghantarkan listrik. Indikator adalah zat yang ditambahkan
untuk menunjukkan titik akhir titrasitelah di capai. Indikator juga dapat diartikan
menjadi berukuran atau nilai yang memberi kita gambaran wacanaseperti apa
sesuatu itu.Indikator ialah setiap karakteristik, ukuran, ataupun ciri yang dapat
menunjukkansekaligus menandakan adanya perubahan yang terjadi buat suatu
bidang tertentu. indikator memiliki manfaat yg sangat besar buat
manusiamelakukan sebuah kegiatan sekaligus mengetahui sejauh mana kegiatan
atau aktivitas yang telah dilakukan tersebutberubah atau berkembang. Umumnya
indicator yang digunakan adalah indicator azo denganwarna yang spesifik pada
berbagai perubahan PH. Metode Alkalimetri sesuai dengan prinsipnya yaitu
penetapan kadar asam dengan menggunakan larutan standar basa. Minyak yang
mengandung asam lemak bebas hasil hidrolisa direaksikan dengan NaOH sebagai
titran dan fenolftalein sebagai indikator. (wulandari dan yulkifli,2018).
III. Alat dan Bahan
3.1 Alat
Labu ukur
Buret
Erlenmeyer
Pipet ukur
Klem dan standar
Batang pengaduk
Gelas ukur
Pipet tetes
Spatula
3.2 Bahan
Asam oksalat
NaOH
Asam cuka perdagangan
Indikator pp
Air suling
IV. Prosedur Pekerjaan
Asam oksalat
Hasil
Larutan NaOH
Jambu hilang
Hasil
4.2 Penerapan kadar asam cuka perdagangan
perubahan warna
perdagangan)
Hasil
V. Hasil dan Pembahasan
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan.Dari tabel
percobaan diatas,metode titrasi yang digunakan adalah titrasi yang digunakan
adalah titrasi asidimetri,karena menggunakan larutan asam oksalat sebagai
larutan standarnya.Tujuan dilakukannya standarisasi larutan dalam percobaan ini
yaitu untuk menentukan molaritas NaOH menggunakan larutan standard asam
oksalat. Percobaan standarisasi larutan NaOH dengan larutan standard asam
oksalat ini termasuk titrasi netral.Dalam titrasi netralisasi ph titikakhir titrasi
ditentukan oleh banyaknya H+ yang berlebihan dalam larutan yang digunakan,yang
besar titik akhirnya bergantung pada sifat asam,basa dan konsentrasi larutan.
Pada standarisasi NaOH dengan menggunakan asam oksalat terjadi reaksi
sebagai berikut:
H2C2O42H2O(aq)+2NaOH(aq)Na2C2O4.H2O(aq)+4H2O(I)
Larutan NaOH
Skala awal 0 ml 0 ml 0 ml
buret
A. Perhitungan
Titrasii I
V CH3COOH x m CH3COOH = V NaOH x mNaOH
10 ml x m CH3COOH = 46,2 m x 0,05 ml
46,2 𝑚 𝑥 0,05 𝑚𝑙
m CH3COOH = 10𝑚𝑙
m CH3COOH = 0,231 mol
Titrasi II
V CH3COOH x m CH3COOH = V NaOH x mNaOH
10 ml x m CH3COOH = 40,6 m x 0,05 ml
40,6 𝑚 𝑥 0,05 𝑚𝑙
m CH3COOH = 10𝑚𝑙
m CH3COOH = 0,245 mol
Titrasi III
V CH3COOH x m CH3COOH = V NaOH x mNaOH
10 ml x m CH3COOH = 47,3 m x 0,05 ml
47,3 𝑚 𝑥 0,05 𝑚𝑙
m CH3COOH = 10𝑚𝑙
m CH3COOH = 0,236 mol
m.gr x 100
mrml
3. Apa tujuan dilakukannya titrasi dan penggunaan larutan standard dalam
titrasi?
Jawab :
Titrasi bertujuan untuk menetukanmenentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui konsentrasinya agar tepat habis
reaksinya dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau diketahui kadarnya
atau konsentrasinya. Larutan standar berfungsi sebagai titrasi sehingga
ditempatkan buret yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume
larutan.
C. Pertanyaan Pascapratikum
Jawab :
Jawab :
3. Bila larutan asam kuat dititrasi dengan basa kuat memakai indikator
pp,apakah tepat bila titrasi sebaliknya juga memakai pp?
Jawab :
Jikas asam kuat direaksikan dengan basa kuat akan menghasilkan garam
netral. Secara teori bias saja indicator pp digunakan dalam titrasi bahan
tersebut jarang digunakan karena titrasiyang diperoleh kurang akurat.