topik yang sangat penting dalam kimia maupun bidang pertanian, biologi, dan obat-
obatan. Titrasi asam basa merupakan teknik yang sangat banyak digunakan untuk
menetapkan secara tepat konsentrasi asam atau basa dari suatu larutan, sebagai
nforamasi yang banyak dibutuhkan. Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari
suatu reaktan yang dibutuhakn untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu
lainnya. Dalam titrasi asm basa, ujmlah relatif asam dan basa yang diperlukan
untukemencapai titik ekuivalen ditentuksn oleh perbsndingsn mol asam (H+) dan basa
(OH-) yang bereaksi.
(Ibnu,Drs,M.Sodiq dkk.Kimia Analitik I(Malang:JICA,2004).hlm:99-100)
Dengan kata lain, pada titrasi asam basa jumlah ekuivalen asam sama dengan jumlah
ekuivalen basa. Hal itu dapat dituliskan sebagi berikut: NaOH (Natrium Hidroksida
Padat) digunakn untuk meleburkan sapel yang bersifat asam atau amfoter, seperti SiO2,
silikat dan oksidadari Sn, Al, dll. Natrium hidroksida umumnya trkontaminasi oleh
sejumlah pengotor, yang paling serius diantaranya adalah natrium karbonat. Ketika
karbonat diserap oleh larutan NaOH, reaksi ini terjadi
CO2 + 2OH- CO32- + H2O
Ion karbonat adalah basa, tetapi ion ini bergabung dengan ion hidrogen dalam dua tahap
:
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O (fenol ftalain)
HCO3- + H3O+ H2CO3 + H2O (fenol ftalain)
Fenol ftalain berperan sebagai indikator untuk tahap pertam adalam titrasi, dan metil
orange untuk tahap kedua. Titrasi NaOH selesai pada titik akhir fenol ftalain, dan hanya
diperlukan satu atau dua tetes penambahan titran untuk mencapai titik akhir metil
orange.
(R.A.Day, dan Underwood.2002.) Day,R.A dan Underwood,A.L.Analisis kimia
Kuantitatif.Jakarta:Erlangga,2002.
Ibnu,M.Sodiq.Kimia Analitik I.Malang:Fakultas MIPA Universitas Negeri
Malang:2004.
Parning dkk.Penuntun Belajar Kimia 2A.jakarta:Yudhistira.
Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam)
dengan penerima proton (basa) (Shochichah,2010).
HCl yang ditetesi dengan indikator MR dan distandarisasi dengan Na2B4O7 10H2O (Na
boraks) menujukkan reaksi yang positif yaitu; telah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi
merah konstan. Dalam melakukan standarisasi asam-basa harus dengan ketelitian tinggi, jangan
sampai terjadi kelalaian dari praktikan dalam prosedur pelaksanaan praktikum maupun kehati-hatian
dalam menjaga reagen agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan.
Perlu digaris bahwahi bahwa titrasi yang baik adalah titrasi yang standar skundernya ( larutan
yang distandarisasi; dalam praktikum ini adalah HCl) volumenya tidak berubah baik titrasi pertama,
ke-2, ke-3 dan seterusnya. Dengan kata lain, titik akhir dari larutan yang distandarisasi dari beberapa
titrasi yang dilakukan adalah tetap.
E. Brady, James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid 1. edisi ke-5. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Ibnu, M. Shodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik 1 Edisi Revisi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Mukaromah, Ana Hidayati. 2009. Petunjuk Praktikum Dasar Kimia Analitik. Semarang: Tadris Kimia
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Sudarmo, Unggul. 2005. Kimia untuk SMA Kelas XI jilid 2. Surakarta: Erlangga.
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi
dengan larutan standar primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4,
Fe(SO4)2.
Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit NaASO2
yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan iodine I2, dan
cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.
Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat, isopropanol
atau DMF.
Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat Na2S2O3.
Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam perklorat
dan asam asetat.
Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.
Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3
Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan natrium
nitrit. acidimetri dan alkalimetri adalah analisis kuantitatif volumetri berdasarkan reaksi
netralisasi. Acidimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan basa dengan larutan
standar asam. Alkalimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan asam dengan larutan
standar basa. Jadi, keduanya dibedakan pada larutan standarnya.
Penentuan kadar CH3COOH dalam asam cuka perdagangan cara alkalimetri ini menggunakan larutan NaOH
sebagai larutan standar basa/titrasi basa. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan
dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, dengan persamaan sebagai berikut.
NaOH (aq) + CH3COOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Berbagai merek asam cuka tersedia di pasar. Rata-rata mencantumkan kadar 25% pada labelnya. Pada
praktikum ini akan dilakukan percobaan untuk menyelidiki kebenaran label tersebut dengan menggunakan titrasi
alkalimetri. Perlu kita perhatikan bahwa dalam titrasi digunakan larutan yang relatif encer. Oleh karena itu, asam
cuka perdagangan harus kita encerkan. Jika tidak diencerkan maka akan memerlukan larutan No. Volume NaOH
0,1 M yang Telah Digunakan
NaOH yang terlalu banyak. Hal ini selain tidak praktis, juga tidak mempunyai ketelitian yang baik.
D. Alat dan Bahan
No. Nama Alat Ukuran Jumlah No. Nama Bahan Jumlah
1. Buret 50 mL 1 buah 1. Larutan NaOH 0,1 M 150 mL
2. Erlenmeyer 250 mL 3 buah 2. Asam cuka perdag. 30 mL
3. Gelas beker 250 mL 1 buah 3. Indikator PP 3 tetes
4. Gelas ukur 50 mL 1 buah 4. Akuades 1 liter
5. Pipet tetes - 1 buah
6. Corong kaca - 1 buah
7. Klem dan statif - 1 buah
8. Pipet gondok 10 mL 1 buah
9. Labu ukur 100 mL 1 buah
10. Botol semprot - 1 buah
E. Cara Kerja
1. Buatlah larutan NaOH 0,1 M sebanyak 100 mL dengan menggunakan labu ukur.
2. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL .
3. Ambil 5 mL asam cuka perdagangan, lalu encerkan sampai volume 100 mL dalam
labu ukur.
4. Masukkan 10 mL larutan asam cuka yang telah diencerkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian tetesi dengan indikator PP sebanyak 3 tetes.
5. Tetesi larutan asam cuka dengan larutan NaOH 0,1 M. Penetesan harus dilakukan
secara hati-hati dan labu erlenmeyer terus-menerus digoncangkan. Penetesan
dihentikan saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu menjadi merah muda.
6. Hitung volume NaOH 0,1 M yang digunakan.
7. Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh tiga data yang hampir sama.
8. Hitunglah kadar asam cuka perdagangan tersebut.
F. Data Pengamatan
G. Analisis Data
G. Analisis Data
1. Tentukan volume rerata larutan NaOH 0,1 M yang digunakan.
2. Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.
3. Tentukan jumlah mol asam cuka berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq) + CH3COOH (aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
4. Tentukan kadar asam cuka perdagangan tersebut ( asam cuka = 1,05 g/mL).
5. Bandingkan kadar asam cuka yang Anda hitung dengan kadar asam cuka yangtertera dalam label.
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat larutan standar dan menentukan kadar
asam asetat dalam cuka perdagangan. Titik akhir titrasi ialah titik dimana setelah
penambahan setetes demi setetes larutan ke larutan lain, tepat berubah warna
ketika diaduk/digoyang-goyangkan.
NaOH merupakan larutan baku sekunder sehingga peru distandarisasi
dengan asam oksalat dihidrat yang merupakan larutan baku primer. Ini dikarenakan
NaOH bersifat higroskopis dan tidak stabil. Syarat senyawa dapat dijadikan standar
primer : kemurnian 100%, bersifat stabil pada suhu kamar dan suhu pemanasan
karena biasanya standar primer dipanaskan dahuu sebelum ditimbang, tersedia di
mana-mana, memiliki berat molekul (Mr) yang tinggi, hal ini untuk menghindari
kesalahan relative pada saat menimbang.
Perlu diperhatikan, saat meneteskan PP, larutan yang telah diteteskan harus
segera dititrasikan, karena jika terlalu lama didiamkan, maka larutan itu akan
terkontaminasi dengan udara, warna yang semula oink ketika dteteskan PP akan
menjadi pudar. Asam oksalat dihidrat dan asam asetat dalam cuka perdagangan
perlu diencerkan dahulu agar titrannya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu pekat.
Reaksi dalam pembuatan larutan standar :
H2C2O4.2H2O(S) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 (aq) + 4H2O(l)
Reaksi dalam penentuan kadar asam cuka :
CH3COOH (aq) + NaOH(aq) NaCH3COOH (aq) + H2O(l)
Percobaan 1 merupakan asidimetri, menggunakan larutan baku asam untuk
menentukan jumlah basa yang ada. Percobaan 2 merupakan alkalimetri,
menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada.
alkalimetri sangat perlu untuk dipelajari, karena titrasi asam basa sangat berguna dalam
dunia industri. Contoh penggunaannya adalah dalam bidang pertanian, untuk pembuatan
pupuk kalium klorida yang dalam pembentukkannya diperlukan MgO yang dihitung kadarnya
sebagai penguji dengan proses titrasi. Dalam industri makanan digunakan untuk penentuan
kadar iodium, sakarin, kadar Zn dan Fe dalam tahu yang dibungkus dengan plastik dan
dalam industri kosmetika yaitu dalam penentuan kadar zat warna AZO yang berbahaya. Tak
hanya itu, titrasi asam basa juga berguna daltitrasi asam basa j