DISUSUN OLEH:
DESTI RAFLIANTI
220105012
KELOMPOK 2
1.1.Mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku kedua, serta dapat
menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang diperlukan.
1.2.Mem-verifikasi konsentrasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer
asam oksalat H2C2O4 .2H2O 0,100N melalui metode titrasi.
1.3.Mengetahui konsentrasi HCl yang sebenarnya melalui proses titrasi menggunakan
larutan baku sekunder NaOH.
II. PRINSIP
5.1.Alat: alumunium foil, batang pengaduk, beaker glass, buret, corong, kaca arloji,
Erlenmeyer, labu ukur, neraca analitis, pipet volume, pipet tetes, tabung falcon
5.2.Bahan: asam klorida (HCl), asam oksalat (H2C2O4), aquades, indicator fenolftalein,
natrium hidroksida (NaOH).
7.2. Pembahasan
o Pembuatan larutan baku
Pembuatan larutan baku asam oksalat 0,100N (primer) (standar)
Sebanyak (v) = 50ml
Berat asam oksalat (teoritis) = 0,315gr
Pembutan larutan baku II natrium hidroksida 0,100N
Sebanyak (v) = 50ml
Berat natrium hidroksida 0,21gr
o Perhitungan standarisasi NaOH dengan konsentrat asam oksalat
Asam oksalat
Dik: hasil penimbangan = 0,3136gr
BE = mr = 126 = 63 g/ek
∑1H+/OH- 2
Ek = massa = 0,3136gr = 0,004g ek
BE 63 g/ek
N = Ek = 0,004g ek = 0,099
N 0,05L
Standarisasi NaOH
Ek. asam oksalat = ek. NaOH
N1. V1 = N2. V2
0,099N. 10mL = N2. 10,1ml
N2 = 0,099 x 10mL = 0,99
10,1mL 10,1
Sampel asam oksalat
BE = mr = 126 = 63 g/ek
∑1H+/OH- 2
Ek = massa = 0,315gr = 0,005 Ek
BE 63g/ek
N = Ek = 0,005 Ek = 0,1 (setengahnya 0,05N)
V 0,05L
Titrasi asam basa membutuhkan larutan primer dan standar sekunder. Asam oksalat
digunakan sebagai larutan standar primer. Alasan menggunakan larutan asam oksalat, karena
menurut (Permanasari, 2000) asam oksalat memiliki kemurnian tinggi dan berat molekul
konstan setelah dinormalisasi lagi, solusinya dalam bentuk stabil dan perhitungannya akurat
karena bentuk larutan yang tahan lama. Kemudian larutan baku sekunder yang digunakan
adalah NaOH. Sebelum digunakan, bahan tersebut dalam bentuk yang tidak stabil dan harus
dibakukan terlebih dahulu dengan larutan baku primer atau asam oksalat tadi (Permanasari,
2000). Tujuan titrasi ini adalah untuk menentukan konsentrasi NaOH.
Saat menyiapkan larutan standar sekunder, NaOH harus dilarutkan dalam air
dekarbonasi. Tujuannya agar gas CO2 tidak bereaksi atau bergabung dengan NaOH. Jika
mereka berikatan akan mengganggu perhitungan karena membentuk karbonat sehingga akan
menghalangi perhitungan titrasi (Permanasari, 2000).
Titik ekivalen dalam titrasi asam basa adalah titik di mana sejumlah tertentu asam
dinetralkan oleh sejumlah basa tertentu. pH berubah selama titrasi. pH pada titik ekivalen
ditentukan oleh jumlah garam yang dihasilkan oleh netralisasi asam basa. Indikator yang
digunakan untuk titrasi asam basa memiliki rentang pH dimana titik ekivalen berada, tetapi
umumnya titik ekivalen sulit diamati, dan titik akhir sesudah dan sebelum titik ekivalen harus
mudah diamati. Titrasi harus dihentikan saat titik akhir tercapai, yang ditandai dengan
perubahan warna pada indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu bertepatan dengan titik
ekivalen (Raiz I.H, 2016).
Pada percobaan NaOH standarisasi NaOH 0,100N dengan larutan asam oksalat
sampel dilakukan dalam tiga kali ulangan dalam proses:
Ulangan pertama, mengukur volume asam oksalat sebanyak 10mL dengan gelas ukur
10mL. Kemudian larutan asam oksalat yang sudah diukur dalam gelas ukur sebanyak 10ml
tersebut dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak
3 tetes. Setelah itu larutan asam oksalat diletakkan dibawah buret dan ditetesi dengan larutan
NaOH yang ada di dalam buret setetes demi tetes, sambil Erlenmeyer digoyangkan sampai
larutan asam oksalat yang semula bening berubah menjadi pink atau ungu. Jika larutan asam
oksalat sudah berubah warna menjadi pink atau ungu, lalu segera tutup kran pada buret agar
larutan dalam buret tidak menetes lagi. Pada ulangan pertama didapatkan volume NaOH
terpakai sebanyak 3,5ml.
Percobaan yang kedua adalah NaOH 0,100N dengan larutan asam oksalat 0,3136gr
dilakukan dalam tiga kali ulangan dalam proses:
Ulangan pertama, mengukur volume asam oksalat sebanyak 10mL dengan gelas ukur
10mL. Kemudian larutan asam oksalat yang sudah diukur dalam gelas ukur sebanyak 10ml
tersebut dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan indicator fenolftalein sebanyak
3 tetes. Setelah itu larutan asam oksalat diletakkan dibawah buret dan ditetesi dengan larutan
NaOH yang ada di dalam buret setetes demi tetes, sambal Erlenmeyer digoyangkan sampai
larutan asam oksalat yang semula bening berubah menjadi pink atau ungu. Jika larutan asam
oksalat sudah berubah warna menjadi pink atau ungu, lalu segera tutup kran pada buret agar
larutan dalam buret tidak menetes lagi. Pada ulangan pertama didapatkan volume NaOH
terpakai sebanyak 15,7ml.
Berikutnya adalah mengulangi Langkah-langkah diatas, hingga didapatkan pada
ulangan kedua volume NaOH terpakai sebanyak 34,3ml. sehingga dapat dicari volume rata-
rata NaOH yang terpakai dengan cara:
15,7ml + 34,3ml / 2 = 25ml. (Septiany Metry, 2015).
Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada praktikum ini: kurangnya ketelitian dalam
melakukan proses titrasi, dan kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna
indikator.
VIII. KESIMPULAN
8.1.Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku
kedua, serta dapat menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang
diperlukan.
8.2.Melalui metode titrasi asam basa ini, konsentrasi larutan baku sekunder NaOH dengan
larutan baku primer asam oksalat terverifikasi
8.3.Diketahui konsentrasi sebenarnya dari HCl melalui proses titrasi menggunakan
larutan baku sekunder NaOH.