Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

TITRASI ASAM BASA

DISUSUN OLEH:

DESTI RAFLIANTI
220105012
KELOMPOK 2

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG


2022
I. TUJUAN

1.1.Mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku kedua, serta dapat
menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang diperlukan.
1.2.Mem-verifikasi konsentrasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer
asam oksalat H2C2O4 .2H2O 0,100N melalui metode titrasi.
1.3.Mengetahui konsentrasi HCl yang sebenarnya melalui proses titrasi menggunakan
larutan baku sekunder NaOH.

II. PRINSIP

2.1.Titrasi Asam Basa


Prinsip dari titrasi asam basa ini ialah melibatkan asam maupun basa sebagai
titer/penitran maupun titran. Konsentrasi larutan asam diukur dalam larutan basa dan
sebaliknya. Titran ditambahkan tetes demi tetes hingga tercapai kondisi ekivalen, artinya
titran dan titer telah bereaksi penuh secara stoikiometri. Ini biasanya ditunjukkan dengan
perubahan warna pada indikator. Keadaan ini disebut dengan “titik ekuivalen”, yakni titik
disaat konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik disaat jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan: [H+] = [OH-]. Sedangkan
keadaan saat titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini dekat dengan titik ekivalen, namun
biasanya titik akhir titrasi berada setelah titik ekivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi
sering disebut titik ekivalen. (Istiqomah Alfi, 2012).
2.2.Reaksi Netralisasi antara Asam dan Basa
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen dalam larutan asam dan ion hidroksida
dari larutan basa membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain, reaksi
penetralan disebut juga reaksi antara donor proton (pemberi) dan akseptor proton
(penerima). Penambahan larutan standar sampai mencapai titik ekivalen atau titik
stoikiometri, yaitu ion hidrogen dan ion hidroksida bereaksi penuh. (Setiawati Tati,
2013).
2.3.Titik Ekivalen
Ada dua acara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa yaitu:
• Menggunakan pH meter untuk memantau perubahan pH selama titrasi dan
membuat grafik pH dengan volume titran untuk mendapatkan kurvatitrasi.
Titik tengah kurva titrasi adalah “titik ekivalen”.
• Menggunakan indikator asam basa. Indikator ditambahkan ke titran sebelum
titrasi. Indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalen terjadi, pada titik
tersebut titrasi akan berhenti.
Indikator yang digunakan pada umumnya cara kedua disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, juga sangat praktis. Indicator yang
digunakan dalam titrasi asam basa ialah indikator yang perubahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator dicoba sesedikit mungkin, biasanya 2-3
tetes. (Istiqomah Alfi, 2012).
2.4.Titik Akhir Titrasi
Untuk menjaga keakuratan hasil titrasi, pilihlah titik akhir titrasi yang sedekat
mungkin dengan titik ekivalen. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih indikator yang
sesuai dan mengikuti titrasi yang akan dilakukan. Keadaan disaat titrasi dihentikan
dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut dengan “titik akhir titrasi”.
Dalam titrasi asam basa, titik ekivalen tidak diketahui kapan titik ekivalen tercapai
karena reaktan pada umumnya tidak berwarna. Misalnya, larutan HCl dan NaOH tidak
berwarna, dan larutan NaCl yang dihasilkan setelah reaksi juga tidak berwarna. Indikator
atau penunjuk digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa titrasi telah mencapai titik
ekivalen. Indikator ini akan berubah warna Ketika paritas tercapai. Indikator asam basa
adalah petunjuk karena perubahan pH larutan asam atau basa. Indikator bekerja
berdasarkan perubahan warna indikator pada rentang pH tertentu. Kertas lakmus
merupakan indikator asam basa. Kertas lakmus merah berubah menjadi biru jika
direndam larutan basa. Lakmus biru berubah menjadi merah jika direndam larutan asam.
(Istiqomah Alfi, 2012).
2.5.Volumetri
Analisis volumetri juga dikenal sebagai analisis titrasi. Dasar-dasar analisis kuantitatif
volumetrik (titrasi), yaitu teknologi analisis dengan titrasi. Proses penambahan volume
tertentu suatu larutan terhadap larutan yang lain disebut titrasi. Larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya disebut larutan standar. Analit merupakan larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya. Prinsip dasar volumetri:
• Mencapai respons titik ekuivalen harus secara stoikiometri
• Titik ekivalen adalah titik dimana senyawa yang ditambahkan (pentiter) cukup
untuk bereaksi dengan analit.
Larutan baku (standar) adalah larutan dengan konsentrasi yang diketahui secara tepat,
biasanya dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Indikator adalah zat
yang ditambahkan untuk menunjukan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai. Umumnya
indikator yang digunakan adalah indikator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai
perubahan pH. (Nurwahida, 2016).
III. REAKSI

3.1.H2C2O4.2H2O + 2NaOH → Na2C2O4 + 2H2O (Sahid Karina, 2020)


3.2.NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l) (Istiqomah Alfi, 2012).

IV. TEORI DASAR

4.1.Titrasi Asam Basa


Titrasi, suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu
yang akan dianalisis (belum diketahui konsentrasinya). Titrasi yang melibatkan prosedur
analisis dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui desebut analisis volumetri.
Dalam laporan ini yang akan dibahas yaitu lebih focus terhadap titrasi asam basa.
Prinsip dari titrasi asam basa yakni melibatkan asam ataupun basa sebagai titer/penitran
ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan oleh larutan basa dan sebaliknya kadar
larutan basa ditentukan oleh larutan asam.
Asam paling sederhana didefinisikan sebagai zat yang, Ketika dilarutkan dalam air,
berdisosiasi membentuk ion hydrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam
dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut:
HCl ↔ H+ + Cl-
Asam klorida ion klorida
CH3COOH ↔ H+ + CH3COO-
Asam asetat ion asetat
Basa didefinisikan sebagai zat yang, Ketika dilarutkan dalam air, terdisosiasi
membentuk ion hidroksil sebagai satu-satunya anion. Hidroksida terlarut, seperti natrium
hidroksida dan kalium hidroksida, terdisosiasi hampir sempurna dalam larutan berair.
Penentuan keasaman adalah penentuan kuantitatif dari senyawa basa menggunakan
larutan standar asam. Alkalimetri, di sisi lain, adalah penentuan kuantitatif senyawa asam
menggunakan larutan standar basa. (Istiqomah Alfi, 2012)
4.2.Reaksi Netralisasi antara Asam dan Basa
reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa ialah berdasarkan reaksi penetralan,
sehingga titrasi asam basa sering disebut juga dengan titrasi netralisasi. Pada prinsipnya,
reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu:
H+ + OH- → H2O (Setiawati Tati, 2013).
Asidimetri dan alkalimetri melibatkan reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara ion
hidrogen dari asam dan ion hidroksida dari basa untuk menghasilkan air netral.
Netralisasi disebut juga reaksi antara donor proton dan akseptor proton. (Istiqomah Alfi,
2012).
4.3.Titik Ekivalen
Titik ekivalen titrasi merupakan titik di mana titran ditambahkan ke dalam rekasi.
Dengan kata lain, seluruh zat dititrasi tanpa sisa titran. Titik ekivalen jumlah mol titran
sama dengan jumlah mol titran menurut rumus stoikiometri. (Saputro D.I, 2015)
Penentuan titik ekivalen secara instrumental dalam titrasi asam basa memiliki
beberapa kelemahan, seperti kesalahan pengukuran buret, kesalahan pengamatan atau
pembacaan titran standar (larutan standar), pemilihan indikator, dan membutuhkan waktu
komputasi yang relatif lama. (Hotimah Husnul, 2009).
4.4.Titik Akhir Titrasi
Titrasi asam basa adalah titrasi yang paling sederhana dan sering digunakan dalam
percobaan. Titrasi asam basa melibatkan reaksi netralisasi dimana suatu asam bereaksi
dengan sejumlah ekuivalen basa. Metode konvensional dengan menggunakan titrasi asam
basa, larutan standar ditambahkan sedikit demi sedikit dari buret yang mana konsentrasi
larutannya diketahui. Penambahan larutan standar ini diteruskan sampai kedua larutan
mencapai titik ekuivalen. Penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan suatu zat yang
disebut indikator. Indikator ini menanggapi jika ada muncul kelebihan larutan standar
(titran) dengan perubahan warna, perubahan warna ini belum tentu tepat pada titik
ekuivalen. Titik pada titrasi asam basa saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
Titrasi potensiometri, titik akhir di deteksi dari perubahan potensial yang cukup besar
Ketika ditambahkan titran pada volume tertentu, juga perlu untuk melakukan percobaan
pendahuluan untuk menetapkan titik ekuivalensi dari elektroda indikator (atau lebih tepat,
potensial titik ekuivalensi untuk gabungan elektroda indikator-elektroda standar) dan
untuk mencegah titik akhir melebihi titik ekuivalen maka harus diatur agar laju
penambahan titran dikurangi Ketika mendekati titik akhir. (Saputro D.I, 2015).
4.5.Volumetri
Analisa volumetri merupakan Analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan jalan
mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan larutan yang
dianilis, dimana konsentrasi dan komposisi sampel ditentukan berdasarkan volume reagen
yang ditambahkan ke larutan zat uji (volume yang diketahui) hingga komponen yang
ditunjukkan bereaksi secara kuantitatif dengan reagen. Proses ini disebut titrasi. Oleh
karena itu, analisis volumetri disebut juga analisis titrasi. Dasar-dasar analisis kuantitatif
volumetrik (titrasi), yaitu teknologi analisis dengan titrasi. Proses penambahan jumlah
tertentu dari satu larutan ke larutan lain disebut titrasi. Larutan yang konsentrasinya
diketahui adalah larutan standar. Analit adalah larutan yang diukur konsentrasinya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah
sebagai berikut:
• Reaksinya harus sangat cepat.
• Reaksi harus sederhana dan dapat diwakili oleh persamaan
kuantitatif/stoikiometri.
• Ketika titik ekivalen tercapai, perubahan kimia dan fisika harus ada perubahan
yang terlihat.
• Indikator harus ada jika tidak ada perubahan kimia atau fisika dalam reaksi.
Indikator potensiometri juga dapat digunakan. (Setiawati Tati, 2013).

V. ALAT DAN BAHAN

5.1.Alat: alumunium foil, batang pengaduk, beaker glass, buret, corong, kaca arloji,
Erlenmeyer, labu ukur, neraca analitis, pipet volume, pipet tetes, tabung falcon
5.2.Bahan: asam klorida (HCl), asam oksalat (H2C2O4), aquades, indicator fenolftalein,
natrium hidroksida (NaOH).

Dibawah ini contoh rangkaian alat titrasi:


VI. PROSEDUR

6.1.Pembuatan Larutan Baku Pertama Asam Oksalat: (H2C2O4.2H2O) 0,100N 50ml


Pertama alumunium foil diletakan dalam neraca analitis lalu dikalibrasi hingga
massanya nol, kemudian ditimbang sebanyak 0,315gr asam oksalat diatas alumunium
foil, lalu masukan asam oksalat kedalam labu ukur 50ml menggunakan corong, lalu bilas
alumunium foil dengan aquades sampai tidak ada asam oksalat yang tertinggal kemudian
tambahkan aquades kedalam labu ukur sampai setengah bagian, lalu goyangkan sampai
asam oksalat larut, lalu tambahkan aquades dengan botol semprot sampai menjelang
tanda batas. Setelah itu tambahkan aquades dengan pipet tetes sampai tanda batas, lalu
labu ukur ditutup dan dikocok supaya menghomogenkan larutan.
6.2.Pembuatan Larutan Baku Kedua Natrium HIdroksida (NaOH) 0,100N 50ml
Pertama kaca arloji diletakan dalam neraca teknis dan neraca dikalibrasi hingga
massanya nol, kemudian NaOH ditimbang sebanyak 0,2gr, setelah itu aquades bebas
karbonat dipanaskan sebanyak 400ml dalam beaker glass 50ml. Selanjutnya, setelah tidak
panas, dimasukan 20ml aquades kedalam beaker glass 250ml. NaOH dimasukan sedikit
demi sedikit dan diaduk perlahan dengan batang pengaduk, lalu setelah larut semua,
ditambahkan aquades sampai 50ml.
6.3.Pembuatan Larutan Kedua Asam Klorida (HCl) 0,100N 25ml
Pertama aquades disediakan dalam tabung falcon 50ml sebanyak 15ml, kemudian
HCl dipipet sebanyak 0,15ml dengan pipet ukur. Setelah itu, dituangkan kedalam tabung
falcon sedikit demi sedikit kemudian di homogenkan. Selanjutnya, ditambahkan aquades
sebanyak 9,5ml dan dihomogenkan Kembali.
6.4.Titrasi
Pertama alat titrasi dipasang, buret dibilas dengan aquades 1 kali, kemudian dibilas
Kembali dengan NaOH sebanyak 1 kali, lalu buret diisi dengan larutan NaOH sebanyak
50ml menggunakan corong. Setelah 30 detik, volumenya dibaca melalui pengamatan
dasar meniscus dan dicatat volume awalnya. Selanjutnya kertas putih di tempatkan
dibawah labu Erlenmeyer
6.5.Mentitrasi Larutan dengan Asam Oksalat
Pertama ditempatkan 10ml asam oksalat pada labu Erlenmeyer, ditambahkan 3 tetes
indikator fenolftalein, lalu ditambahkan larutan NaOH dari buret secara perlahan
kemudian di aduk. Setelah itu secara perlahan indikator akan menjadi warna pink pudar
saat mendekati titik akhir titrasi, selanjutnya sekali-kali dinding labu Erlenmeyer dibilas
dengan air. Dititik akhir titrasi, setengah NaOH akan berwarna pink selama 30 detik, lalu
dibaca dan dicatat volume akhir NaOH dalam buret, dilakukan 2 kali. Kemudian ulangi
analisis titrasi dengan sampel asam klorida, selanjutnya labu Erlenmeyer diisi dengan HCl
10ml, setelah itu ditambahkan 3 tetes fenolftalein. Diulangi titrasi dan dilakukan 2 kali,
lalu dihitung normalitas NaOH & HCl.
VII. HASIL DAN PEMBAHASAN
7.1. Hasil
Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat sampel:
NO PROSEDUR I II RATA-RATA
1 Volume larutan asam oksalat 10ml
2 Volume NaOH terpakai 3,5ml
3 Normalitas asam oksalat 0,021 N

Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat:


NO PROSEDUR I II RATA-RATA
1 Volume larutan asam oksalat 10ml 10ml 10ml
2 Volume NaOH terpakai 15,7ml 34,3ml 25ml
3 Normalitas NaOH 0,06 N 0,028 N 0,044 N

7.2. Pembahasan
o Pembuatan larutan baku
Pembuatan larutan baku asam oksalat 0,100N (primer) (standar)
Sebanyak (v) = 50ml
Berat asam oksalat (teoritis) = 0,315gr
Pembutan larutan baku II natrium hidroksida 0,100N
Sebanyak (v) = 50ml
Berat natrium hidroksida 0,21gr
o Perhitungan standarisasi NaOH dengan konsentrat asam oksalat
Asam oksalat
Dik: hasil penimbangan = 0,3136gr
BE = mr = 126 = 63 g/ek
∑1H+/OH- 2
Ek = massa = 0,3136gr = 0,004g ek
BE 63 g/ek
N = Ek = 0,004g ek = 0,099
N 0,05L
Standarisasi NaOH
Ek. asam oksalat = ek. NaOH
N1. V1 = N2. V2
0,099N. 10mL = N2. 10,1ml
N2 = 0,099 x 10mL = 0,99
10,1mL 10,1
Sampel asam oksalat
BE = mr = 126 = 63 g/ek
∑1H+/OH- 2
Ek = massa = 0,315gr = 0,005 Ek
BE 63g/ek
N = Ek = 0,005 Ek = 0,1 (setengahnya 0,05N)
V 0,05L
Titrasi asam basa membutuhkan larutan primer dan standar sekunder. Asam oksalat
digunakan sebagai larutan standar primer. Alasan menggunakan larutan asam oksalat, karena
menurut (Permanasari, 2000) asam oksalat memiliki kemurnian tinggi dan berat molekul
konstan setelah dinormalisasi lagi, solusinya dalam bentuk stabil dan perhitungannya akurat
karena bentuk larutan yang tahan lama. Kemudian larutan baku sekunder yang digunakan
adalah NaOH. Sebelum digunakan, bahan tersebut dalam bentuk yang tidak stabil dan harus
dibakukan terlebih dahulu dengan larutan baku primer atau asam oksalat tadi (Permanasari,
2000). Tujuan titrasi ini adalah untuk menentukan konsentrasi NaOH.
Saat menyiapkan larutan standar sekunder, NaOH harus dilarutkan dalam air
dekarbonasi. Tujuannya agar gas CO2 tidak bereaksi atau bergabung dengan NaOH. Jika
mereka berikatan akan mengganggu perhitungan karena membentuk karbonat sehingga akan
menghalangi perhitungan titrasi (Permanasari, 2000).
Titik ekivalen dalam titrasi asam basa adalah titik di mana sejumlah tertentu asam
dinetralkan oleh sejumlah basa tertentu. pH berubah selama titrasi. pH pada titik ekivalen
ditentukan oleh jumlah garam yang dihasilkan oleh netralisasi asam basa. Indikator yang
digunakan untuk titrasi asam basa memiliki rentang pH dimana titik ekivalen berada, tetapi
umumnya titik ekivalen sulit diamati, dan titik akhir sesudah dan sebelum titik ekivalen harus
mudah diamati. Titrasi harus dihentikan saat titik akhir tercapai, yang ditandai dengan
perubahan warna pada indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu bertepatan dengan titik
ekivalen (Raiz I.H, 2016).
Pada percobaan NaOH standarisasi NaOH 0,100N dengan larutan asam oksalat
sampel dilakukan dalam tiga kali ulangan dalam proses:
Ulangan pertama, mengukur volume asam oksalat sebanyak 10mL dengan gelas ukur
10mL. Kemudian larutan asam oksalat yang sudah diukur dalam gelas ukur sebanyak 10ml
tersebut dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan indikator fenolftalein sebanyak
3 tetes. Setelah itu larutan asam oksalat diletakkan dibawah buret dan ditetesi dengan larutan
NaOH yang ada di dalam buret setetes demi tetes, sambil Erlenmeyer digoyangkan sampai
larutan asam oksalat yang semula bening berubah menjadi pink atau ungu. Jika larutan asam
oksalat sudah berubah warna menjadi pink atau ungu, lalu segera tutup kran pada buret agar
larutan dalam buret tidak menetes lagi. Pada ulangan pertama didapatkan volume NaOH
terpakai sebanyak 3,5ml.
Percobaan yang kedua adalah NaOH 0,100N dengan larutan asam oksalat 0,3136gr
dilakukan dalam tiga kali ulangan dalam proses:
Ulangan pertama, mengukur volume asam oksalat sebanyak 10mL dengan gelas ukur
10mL. Kemudian larutan asam oksalat yang sudah diukur dalam gelas ukur sebanyak 10ml
tersebut dimasukan ke dalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan indicator fenolftalein sebanyak
3 tetes. Setelah itu larutan asam oksalat diletakkan dibawah buret dan ditetesi dengan larutan
NaOH yang ada di dalam buret setetes demi tetes, sambal Erlenmeyer digoyangkan sampai
larutan asam oksalat yang semula bening berubah menjadi pink atau ungu. Jika larutan asam
oksalat sudah berubah warna menjadi pink atau ungu, lalu segera tutup kran pada buret agar
larutan dalam buret tidak menetes lagi. Pada ulangan pertama didapatkan volume NaOH
terpakai sebanyak 15,7ml.
Berikutnya adalah mengulangi Langkah-langkah diatas, hingga didapatkan pada
ulangan kedua volume NaOH terpakai sebanyak 34,3ml. sehingga dapat dicari volume rata-
rata NaOH yang terpakai dengan cara:
15,7ml + 34,3ml / 2 = 25ml. (Septiany Metry, 2015).
Kemungkinan kesalahan yang terjadi pada praktikum ini: kurangnya ketelitian dalam
melakukan proses titrasi, dan kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna
indikator.
VIII. KESIMPULAN

8.1.Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan larutan baku pertama dan larutan baku
kedua, serta dapat menghitung konsentrasi dan normalitas dari setiap zat baku yang
diperlukan.
8.2.Melalui metode titrasi asam basa ini, konsentrasi larutan baku sekunder NaOH dengan
larutan baku primer asam oksalat terverifikasi
8.3.Diketahui konsentrasi sebenarnya dari HCl melalui proses titrasi menggunakan
larutan baku sekunder NaOH.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Istiqomah, Alfi. (2012): Makalah Kimia Analis Dasar “Titrasi Asam Basa”, UIN Malang.
Setiawati, Tati. (2013): Titrasi Asam Basa, KEMDIKBUD PPPPTK IPA
Nurwahida. (2016): Makalah Kimia Analitik “Analisa Volumetri”, Universitas Negeri
Makassar
Sahid, Karina. (2020): Praktikan dapat Memahami dan Menstandarisasi Larutan Baku
Sekunder. file:///C:/Users/user/Downloads/praktikan-dapat-memahami-dan-
menstandarisasi-larutan-baku-sekunder-naoh-dengan-larutan-baku-primer-h2c2o4-
2h2odocx_compress.pdf. Diakses pada 04 Desember 2022.
Saputro,D,I. (2015): Optimalisasi Penggunaan pH meter Saku Hanna untuk Titrasi
Berbasis Camera Webcam PC, Universitas Jember.
Permanasari, A. (2000): Titrasi Volumentri, 1-25.
Raiz,I,H. (2016): Laporan Praktikum Kimia Analitik “Titrasi Asam Basa”, Universitas
Jenderal Soedirman.
Septiany, Metry. (2015): Laporan Praktikum Kimia “Titrasi Asam Basa”, Universitas
Bengkulu.
X. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai