Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui konsentrasi asam dari larutan sampel dengan menggunakan
metode titrasi alkalimetri

1.2 Latar Belakang

Titrasi merupakan suatu cara analisis untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya yaitu dengan cara
mencampurkan keduanya agar terjadi reaksi antara kedua zat tersebut. Zat dalam
metode umumnya telah dketahui secara pasti konsentrasinya disebut titra dan diisikan
kedalam Erlenmeyer. Titer dan titrat pada analisis volumetri harus berupa larutan
agar dapat dianalisis dengan mudah volumenya ( Mandriyaslutik.2021). Titrasi
memiliki banyak jenis, seperti titrasi alkalimetri, merupakan titrasi yang
menggunakan larutan standar berupa basa dengan menambahkan indicator PP
(fenolftalein), jika warna air berubah menjadi pink, maka hal ini menunjukan bahwa
pH air lebih tinggi dari laurtan, sehingga tidak terdapat c02 bebas.( Asmah, dkk.2020)

Indikator pada titrasi asam basa adalah asam atau basa organik lemah yang
mampu berada dalam dua macam bentuk warna yang berbda, warna dalam bentuk ion
dan warna dalam bentuk molekul, sehingga dapat saling bertambah warna dari satu
bentuk kebentuk lain pada konsentrasi H+ atau pH tertentu. Titter yang digunakan
ada alkalimetri adalah NaOH atau KaOH yang mudah bereaksi dengan Co2
membentuk garam karbonat. Garam natrium karbonat lebih mudah dipisahkan dari
KoH, hal ini akan mengganggu reaksi yang terjadi pada alkalimetri, sehingga pelarut
air yang terjadi digunakan harus bebas Co2.

Pada reaksi alkalimetri, pada titrasi hasil akhir adanya sebuah reaksi netralisasi.
Reaksi netralisasi ini terjadi karena adanya rekais antara ion hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang
bersifat netral. Netralisasi juga dapat dikatan sebagai reaksi antara pemberi proton
( asam) dengan penerima proton( basa). Titik akhir titrasi adalah dimana pada saat
titrasi terjadi perubahan warna yang konstan. Titik ekivalen terjadi saat terjadinya
perubahan warna indikator yang diuji melalui Ph meter. Titrasi merupakan jalan yang
paling sederhana untuk standarisasi( Handayani. 2015)

Alkalimetri juga disebut reaksi yang merupakan reaksi antara ion hidrogen yang
berasal dari asam dengan io hidroksida yang berasal dari basa. Reaksi ini akan
membentuk molekul air, karena alkalimetri didefinisikan sebagai metode untuk
menerapkan kadar asam dari suatu bahan dengan menggunakan larutan basa yang
sesuai. Penetapan kadar alkalimetri yang memakai prinsip reaksi penetralan. Rekasi
ini sangat dipengaruhi oleh suasana keasaman/ kebasaan larutan yang benar-benar
netral dan bebas dari gas Co2 untuk menghindari kegagalan dalam titrasi. Titras basa
akan berksi dengan selain paroprotan. Penetapan kadar karoprotein dalam tablet
menggunakan metode spektofotometri yang diperoleh dari kadar titran menggunakan
metode alkalimetri ( Andari. 2013)

Titrasi asam basa juga merupakan salah satu metode analisis kuanttitatif untuk
menentukan konsentrasi dari suatu zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan dalam
titrasi asam basa sangat ditentukan oleh kinerja indikator yang mampu menunjukkan
titik akhir dari titrasi. Indikator merupakn suatu zat yang ditambahkan dalam larutan
sampel sebagai penanda yang menunjukkan telah terjadinya titik akhir titrasi pada
analisis volumetric. Suatu zat yang dapat dikatan sebagai indikator titrasi asam basa
ika memberikan perubahan warna pada sampel ( Ratnasari.2016)

Titrasi asam basa akan tercapai konsentrasi jika menggunakan larutan standar.
Larutan standar dapat beruap asam maupun basa yang telah diketahui konsentrasinya.
Larutan standar asam diperlukan untuk menetukan konsentrasi asam, titik akhir titrasi
adalah suatu keadaan dimana titik ekivalen sudah tercapai, namun apabila jumlah titer
teruk ditambahkan maka kelebihan titer akan beraksi dengan indikator dan
menghasilkan warna yang berbeda dari warna akhir keseimbangan ( Pratama.
Dkk.2015)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi


yang diketauhi dan diperlukan untuk berekasi secara lengkap dengan sejumlaj contoh
tertentu yang akan dianalisis. Alkalimetri merupakan cara penetralan jumlah basa
terlarut atau konsentrasi larutan basa melalui titrimetri. Alkalimetri merupakan rekasi
netralisasi yang rekasi ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida
yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral ( Handyani,
Agustina. 2015)

Alkalimetri merupakan terknnk analisis kimia berupa titrasi yang berhubungan


dengan asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Rekasi ini bisa terbentuk
dengan titrasi, merupakan suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit
sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen ( telah menunjukkan
perubahan, dan menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang
ditambahkan dari buret disebut juga titrant, sedangkan larutan yang ditambahkan
titrant disebut titrat. Pada saat ekivalen, penambahan titrant harus dihentikan karena
sudah tercapainya sebuah titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaa ekivalen dalam
proses alkalimetri diperlukan suatu zat yang dinamakan sebagai indikator asam-basa,
zat yang dapat merubah warna apabila pH lingkunganya berubah.

Indikator pada titirasi asam basa adalah asam atau basa adalah asam atau basa
organic lemah yang mampu berada dalam dua macam bentuk warna yang berbeda,
warna dalam bentuk ion dan warna dalam bentuk bentuk molekul sehingga dapat
saling bertambah warna dari satu bentuk ke bentuk lain pada konsentrasi H+ atau Ph
tertentu. Titer yang digunakan pada alkalimetri adalah NaOH atau KOH yang mudah
bereaksi dengan Co2 membentuk garam karbonat, garam natrium karbonat lebih
mudah dipisahkan dari KOH, hal ini akan mengganggu reaksi yang terjadi pada
alkalimetri, sehingga pelarut air yang digunakan harus bebas CO2.
Reaksi penetralan atau alkalimetri melibatkan titrasi asam bebas ( asam yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu basa
standar). Rekasi ini melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion hidroksida dan
membentuk air titrasi asam basa mengacu pada rekasi protolisis( Perpindahan proton
antar senyawa yang mempunyai sifat-sifat asam atau basa). Umumnya digunakan
larutan baku basa kuat untuk titrasi asam.

Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah H+ dan OH- dalam larutan,
baik sebagai titrat maupun sebagai titran. Oleh karena itu maka dalam
mempersiapkan larutan pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai pelarut,
karena air suling memiliki pH netral. Dalam titrasi alkalimetri, didalam titrat asam
sudah mempunyai harga pH tertentu. Perjalanan titrasi dengan penambahan titran
yang menyebabkan perubahan pH, yang pada suatu saat menjadi meq titrat= meq
titran akan memiliki pH tertentu.

Prinsip dari penetapan titrasi alkalimetri sangat dipengaruhi oleh suasan keasaman/
kebesaan larutan, sehingga pada metode ini pelarut yang digunakan harus benar-benar
netral dan bebas dari gas co2 untuk menghindari kesalahan titrasi,yaitu titran basa
pereaksi dengan selain reaksi yang seharunya. Penetapan kadar keroproten dalam
tablet menggunakan metode spektofotometri didapatkan dari kadar metode
alkalimetri ( Fakultas ilmu Kesehatan. 2013)

Volume ( titrasi ) dilakukan dengan menambahkan ( mereaksikan ) sejumlah


volume tertentu ( biasanya dalam buret) larutan standar ( yang sudah diketahui
konsentrasinya dengan pasti ) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna
dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinnya. Untuk mengetahui apakah
telah mencapai rekasi yang sempurna, maka digunakan larutan indikator kedalam
larutan yang dititrasi ( Ratnasari, dkk. 2016).

Dalam suatu titrasi larutan yang harus dinetralkan, seperti asam yang dimasukkan
kedalam wadah atau tabung. Larutan lain, seperti basa dimasukkan kedalam buret
yang kemudian kedalam asam mula-mula cepat kemudian tetes demi tetes sampai
titik setara dari titrasi tersebt dicapai. Salah satu usaha untuk mencapai titik setara
adalah dengan melalui perubahan warna dari indikator asam basa. Titik pada titrasi
dimana indikator berubah warna dinamakan titik akhir indikator. Titik akhir dengan
titik penetralan harus dicapai setara. Hal ini dapat dicapai dengan menemukan
indikator yang sesuai dengan perubahan warna terjadi dalah selang pH yang sesuai
titik setara.

Dalam titrasi juga diperhatikan larutan standar primer dan larutan standar
sekunder. Larutan standar primer adalah suatu larutan yang sudah diketahui
kemurniannya dengan pasti, konsentrasinya dapat diketahui dengan pasti dan teliti
berdasarkan berat zat yang dilarutkan. Larutan standar sekunder adalah suatu zat yang
tidak murni atau kemurniannya belum diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat
diketahui dengan teliti melalui proses standarisasi, standarisasi dilakukan dengan cara
menitrasi larutan tersebut dengan larutan standar primer. Serta factor yang paling
penting adalah ketepatan dalam pemilihan indikator agar kesalahn titrasi yang terjadi
menjadi diminimalisir.

Dalam titrasi asam- basa perubahan Ph sangat kecil hingga hampir tercapai titik
ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan
menyebabkan perubahan pH yang besar,hal ini sering dideteksi dengan zat yang
dikenal sebagai indikator. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana
terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir
titrasi. Titik akhir titrasi sering juga dinamakan dengan titik ekivalen, walaupun
diantara keduanya masih ada selisih yang relative kecil. Semua masalah yang
berkaitan dengan titrasi asam basa dapat dipecahkan dengan konsep stoikiometri dan
konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan mol, perbandingan mol, molaritas atau
normalitas.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah buret berukuran 100 ml,
buret berfungsi dalam meneteskan sejumlah reagen cair dalam menetukan titrasi.
Selain itu digunakan juga klem dan statif, alat ini merupakan tempat untuk
meletakkan buret dalam proses titrasi. Lalu digunakan corong kaca, beaker glass
berukuran 100ml, Erlenmeyer berukuran 250 ml, pipet ukur 25 ml dan pipet tetes.

3.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum titrasi alkalimetri adalah berupa


larutan HCL yang belum diketahui konsentrasinya, dan akan dicari tau
konsentrasinya melalui larutan NaOH 0,1 M. Untuk menetralkan larutan tersebut
ditambahkan indikator PP dan dilengkapi dengan kertas pH universal.

3. 2 Metode
BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil Analisis Konsentrasi Larutan

Kelompok Kode sampel Volume(ml) Konsentrasi Konsentrasi


(m) sebenarnya
( m)
1 A 1,6 0,00064 0,05
B 2,9 0,0116 0,1
C 2,5 0,01 0,05
D 3,2 0,010128 0,1
2 A 1,6 0,0064 0,05
B 3 0,012 0,1
E 4,8 0,0376 0,15
F 7,4 0,0296 0,25
3 D 4,8 0,0192 0,2
E 4,8 0,0192 0,15
F 6,8 0,0272 0,25
4 C 1,7 0,0068 0,25
D 5,5 0,02 0,2
E 4,7 0,0188 0,15
5 C 1,7 0,0063 0,025
D 5 0,02 0,2
C 1,1 0,0044 0,025
6 E 4,5 0,08 0,15
F 7 0,028 0,25
4.2 Pembahasan

Pada praktikum modul 1 yang berjudul “ Titrasi Alkalimetri” yang bertujuan


untuk mengetahui konsentrasi asam dari larutan sampel dengan menggunakan metode
titrasi alkalimetri. Cara kerjanya adalah sebanyak 25 ml larutan HCL yang tidak
diketahui konsentrasinya dimasukaan kedalam Erlenmeyer, setelah itu ditambahkan
2-3 tetes indikator PP. sebelumnya larutan NaOH 0,1 M dimasukkan kedalam buret
hingga skala 0. Lalu dititrasikan larutan NaOH kedalam labuh Erlenmeyer yang berisi
larutan HCL secara perlahan sambal digoyangkan labu Erlenmeyer. Setelah terjadi
perubaha warna secara permanen, proses titrasi dihentikan dan catat volume 0,1 M
yang digunakan.

Pada praktikum kali ini digunakan NaOH sebagai larutan standar, namun karena
NaOH merupakan larutan standar maka diperlukan standarisasi dengan menggunakan
indikator PP asam oksalat ( h2c22o4. H2o) 0,02 N sebagai larutan standar primer
untuk menstandarisasi larutan NaOH sehingga bisa diketahui konsentrasinya. Titik
ekivalen pada proses titrasi merupakan titik dimana terjadinya perubahan warna
indikator phanolptalein. Titik pada titrasi dimana phenolptalein warnaya berubah
menjadi warna merah jambu, karena indikator ini dapat berubah warna dalam
keadaan basa yang memiliki pH 8-10.

Fenomena akhir titrasi disebut akhir titrasi, volume NaOH yang terpakai saat
titrasi dicataa dan percobaan ini dilakukan pada kode larutan NaOH yang berbeda.
Data yang telah diperoleh digunakan untuk menentukan kadar/konsentrasi tiap kode
larutan NaOH yang digunakan masing-masing kelompok. Data titrasi yang digunakan
adalah titik akhir bukan pada titik ekivalen, suatu larutan yang dinetralkan, misalkan
asam ditempatkan didalam flosk bersamaan dengan beberapa tetesan asam basa
sebagai indikator ( underwood. 2016)

Hasil yang didapat dari titrasi alkalimetri yang telah digunakan oleh kelompok 4
adalah sampel HCL 25 ml dengan kode sampel C, D,E. Hasil yang didpatkam volume
secara berturut-turut yaitu 1,7 ML, 5,5 ML dan 4,7 ML. konsentrasi HCL secara
berturut-turut setelah dititrasi yaitu 0,0068 M, 0,02 M dan 0,0188 M. sedangkan
konsentrasi sebenarnya dari HCL dengan sampel C yaitu 0,025 M, D yaitu 0,2 M dan
E yaitu 0,15 M.

Dari hasil yang telah didaptkan diketahui bahwa konsentrasi yang didapatkan
berbda jauh dengan konsentrasi sebenarnya. Titrasi asam basa melibatkan asam
maupun basa sebagai titer ataupun titrat. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes
sampai mencapai keadaan ekivalen yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna
indikator. Titik ekivalen juga disebut sebagai titik akhir titrasi ( Pratama. 2015)

Pada praktikum ini juga menggunakan indikator PP ( Penolphatelein). PP


digunakan dalam praktikum ini sebagai indikator. Indikator dapat memberitahu titik
titrasi pada percobaan titrasi ini. Penolphatein adalah indikator titrasi yangsering
digunakan, dan penolphatalein merupakan bentuk asam lemah yang lain. Pada
praktikum ini terjadi perubahan warna netral atau bening menjadi warna ungu. Jadi
pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa proses titrasi terjadi kelebihan pada
penambahan titrat ( Furi. 2012)

Dari hasil data percobaan didapatkan warna larutan NaOH setelah titrasi adalah
warna unngu, yang menandakan percobaan titrasi gagal, hal ini karena warna lauran
NaOH sete;ah dilakukan titrasi seharusnya berwarna merah muda. Pada praktikum ini
yang menggunakan indikator fenolftalein (PP) dalam proses titrasi menggunakan cara
alkalimetri akan merubah warna menjadi pink pada saat setelah tercapainya titik
ekivaleb, namun seperti yang data tertera pada tabel setelah mencapai titik ekivalen
didapatlan beberapa data dari kelompok 1,2,3,4,5,6 penambahan warna yang terjadi
adalah pink keunguan. Hal ini dikarena titik ekivalen pada saat titrasi terlampaui.

Pada titrasi alkalimetri NaOH merupakan basa yang paling lazim digunakan NaOH
berperan sebagai titran. Biasanya juga dipakai KOH. NaOH mempunyai keunggunlan
dibandingkan KOH dalam harga. NaOH maupun KOH mudah bereaksi dengan CO2
membentuk garam karbonat. NaOH maupun KOH mudah berekasi dengan CO2
membentuk garam karbnat, garam natrium karbonat lebih mudah dipisahkan dari
NaOH daripada garam kalium karbonat. Yang sulit dipisahkan dari KOH hal ini akan
menganggu reaksi yang terjadi. ( Andari. 2013)

Konsentrasi larutan dengan kode yang diperoleh dari setiap kelompok, memiliki
konsentrasi yang berbeda-beda setiap kode, yang meliputi A ( 0,05), B (0,1), C
( 0,025), D ( 0,2 ), E ( 0,15), F ( 0,25) merupakan konsentrasi sebenarnya. Untuk
mendapatkan konsentrasi yang sebenarnya ini, maka kita harus melakukan beberapa
cara, seperti rekasi yang dilakukan harus berlangsung sangat cepat, rekasi harus
sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan rekasi yang kuantitatif, harus ada
perubahan yang terlihat pada saat titik ekivalen tercapau, baiak secara kimia maupun
secara fisika.

Pada konsentrasi larutan kode E ( 0,0188 M), Larutan kode C ( 0,0068M) dan
Larutan kode D ( 0,02 M). Namun data perhitungan ini berbda dengan konsentrasi
larutan NaOH yang sebenarnya E( 0,15 M), C (0,025 M) dan D ( 0,2 M). penerapan
kadar secara alkalimetri dengan prinsip reaksi penetralan sengat dipengaruhi oleh
suasan keasaman/ kebasaan larutan, sehingga pada metode ini pelarut yang digunakan
harus benar-benar netral dan terbebas dari gas CO2, karena hal ini merupakan salah
satu factor yang akan mempengarui keberhasilan titrasi. Maka dari itu untuk
meghindari kesalahn titrasi, yaitu titran basa berekasi dengan selain ketoprofen
( Fatah. 2015)

Dalam kondisi yang sangat basa dengan pH lebih besar dari14, indikator
fenolftalein (PP) Kembali menjadi tidak bewarna. Dengan kata lain setelah larutan
basan berwarna pink, pink ke unggu, unggu, larutan akan Kembali berwarna awal
atau tidak bewarna yaitu pada saat kondisi sangat basa. Dapat disebabkan oleh
perubahan dari struktur pada indikator PP khas bagai semua indikator. Terbentuknya
struktur karbinol mengakibatkan terbentuknya struktur kuinvid dan resonansi. Pada
kondisi resonansi akan memberikan warna merah karena memiliki pH kecil dari 8,3.
Fenolftalein berwarna merah dalam kondisi basa akibat struktur ion resonansinya.
Fenolftaleoin Kembali menjadi tidak bewarna dalam penambahan basa pekat berlebih
karena perubahan strukturnya menjadi karbinol. Perubahan struktur fenolftaleoin
disebabkan oleh pH nya yang lebih kecil dari 8,3 seperti yang telah dijelaskan, hal ini
menyebabkan cincin lakton pada struktur trifenilkarbinol, dan struktur
triifenilkarbinol akan kehilangan air dengan menghasilkan ion resonansi( struktur
resonansi ) yang membrikan warna merah. Dengan adanya penambahan basa alkali
alkoholik pekat yang berlebih, aka atom c sp2 mengikat tiga gugus fenil akan
diserang oleh OH- yang menyebabkan pemutusan ikatan rangkap konjugasi dan
membentuk atom c sp3 dengan struktur karbinol.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa;
1. Titrasi alkalimetri untuk mengukut HCL dengan NaOH sebagai basa kuat.
2. Reaksi dapat kita lihat dengan adanya perubahan warna
3. Perubahan warna standarisasi pada berwarna merah muda
4. Konsentrasi yang didapatkan pada hasil berbeda dengan kosentrasi
sebenarnya
5.2 saran
Pada praktikum sebaiknya lebih teliti dalam mencampurnkan dan menambahkan
larutan , agar mendapatkan hasil titrasi yang sesuai.
LAMPIRAN

Sampel NAOH 0,1 M Volume buret Sebelum Penambahan Indikator


Tabung C dan Tabung dilakukan titrasi PP
E Sebanyak 2 – 3 tetes

Proses titrasi Larutan Volume buret setelah Hasil Proses titrasi


NaOH 0,1 M dengan dilakukan titrasi dihasilkan warna
cara dihomogenkan larutan Ungu

Hasil Titrasi Tabung D Proses Titrasi Untuk Proses titrasi yang


dihasilakan warna tabung D yang ketiga
sampel pink proses menghasilkan Warana
titrasi berhasil sampel Pink

/
DAFTAR PUSTAKA

Andani, Susilowati. 2013. Perbandingan Penetapam kadar Ketoprofen Tablet Secara


Alkalimetri Dengan Spektofotometri UV. Jurnal Edu health.VOL 3(2); 114-
119

Asmah.Nuruh,dkk.2020.Penentuan Kadar Anion dan Kation Pada Air Injeksi Di


WTIP.Jurnal Kimia Sains dan Terapan. Vol 2, Nomor 1. 1-12

Fatah, AM,Mursidi.2015.Kimia Farmasi Analitik Volumterik Dan Gravimetri.


Yogyakarta; Universitas Gajah Mada

Furi, T.a.2012.Pengaruh Perbedaan Ukuran Patikel Dari Ampas Tebu Dan


Konsentrasi Natrium Bisulfit ( NaHSO3) Pada Proses Pembuatan Surfaktan.
Jurnal Teknik Kimia. 18(4).

Pratama. Yanti,dkk.2013. Pemnafaatan Ekstrak Daun Jari Sebagai Indikator Titrasi


Asam Basa. Indonesia Junal Of Chemical Science. Nomor 4. Vol 2. 153-152

Mundriyastutik, Y.Maulida.dkk.2021.Analisis Volumetrik.

Pratama, y,Prasetya.2015. PEMANFATAAN EKSTRAK DAUN JATI SEBAGAI


INDIKATOR TITRASI ASAM-BASA. Indonesi Jurnal Of Chemical Science.
A2

Ratnasar,s,Suhendar, dkk.2016. Studi Potensi EKtrak Daun Adam Hawa Sebagai


Indikator Titrasi Asam Basa. Chimica Et. Natura Acta. 4(1). 39-46.

Under wood.2016. Analisis Kimmia Kuantitatif Edisi kelimia. Jakata; Erlangga

Anda mungkin juga menyukai