ABSTRAK
Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan
sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Sedangkan alkalimetri pada
prinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan
analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam. Percobaan ini bertujuan untuk
membuat larutan standar HCl 0,1 N dan menetapkan konsentrasi larutan tersebut dengan cara
standarisasi dengan larutan borax dan natrium karbonat anhidrous, membuat larutan standar
primer asam oksalat dan menentukan kadar asam cuka yang diperdagangkan.
Dalam percobaan ini larutan dibuat dengan cara pengenceran kemudian dilakukan titrasi
dengan larutan-larutan standar tertentu sehingga didapatkan harga konsentrasi dari larutan
hasil pengenceran tersebut. Selain itu dalam percobaan ini digunakan metode titrimetri untuk
menganalisa kadar suatu sampel dengan proses asidimetri maupun alkalimetri.
Dari hasil percobaan didapatkan larutan hasil standarisasi HCl adalah 0,0662 N dan 0,867 N
dan larutan hasil standarisasi NaOH adalah 0,0113 N, Sedangkan kadar asam cuka yang
diteliti adalah 0,24 %, serta kadar NH3 yang terkandung dalam 0,2 gram NH4Cl adalah
sebesar 10,75 %.
Kata Kunci : asidimetri, alkalimetri, larutan standar.
PERCOBAAN 1
ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah :
1. Membuat larutan standar HCl 0,1 N serta menetapkan konsentrasi larutan standar HCl
dengan cara standarisasi dengan larutan borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3 anhidrous.
2. Membuat larutan standar NaOH dan standarisasi dengan asam oksalat.
3. Menentukan kadar asam dalam asam cuka yang diperdagangkan serta menentukan kadar
NH3 dalam garam ammonium (NH4Cl).
1.1.2 Latar Belakang
Pada prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai
titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa, ataupun
pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya). Sedangkan alkalimetri
pada prinsipnya adalah analisa titimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan
analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam.
Larutan yang biasa dipakai sebagai titran dalam alkalimetri adalah NaOH, KOH, dan
Ba(OH)2 yang merupakan larutan baku standar sekunder. Larutan yang biasa digunakan
dalam analisa ini adalah NaOH karena harganya relatif murah.
Indikator yang sering digunakan dalam percobaan asidimetri dan alkalimetri adalah indikator
metil merah dan metil orange untuk asidimetri karena skala pH pada kedua indikator memang
berkisar pada larutan yang bersifat asam dan indikator PP untuk alkalimetri karena skala pH
pada indikator PP berkisar pada larutan yang bersifat basa.
garam. Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam
air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif.
Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam iar,
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif
(Svehla, 1979).
Air mengandung ion dalam jumlah kecil sekali. Hal itu disebabkan oleh terjadinya rekasi
asam basa sesama molekul air (autoionisasi) dan membentuk kesetimbangan :
H2O + H2O H3O+ + OHDengan kata lain, air adalah elektrolit lemah dan bila H3O+ disederhanakan menjadi H+,
maka kesetimbangan itu ditulis sebagai :
H2O H+ + OHJika larutan mengandung asam, berarti menambahkan jumlah H+, dan akan menggeser
kesetimbangan ke kiri sampai tercapai kesetimbangan baru. Pada kesetimbangan baru,
konsentrasi H+ lebih besar dari pada OH-, tetapi perkaliannya tetap 10-14. Hal yang sama
akan terjadi bila air ditambah bas sehingga dicapai kesetimbangan baru dengan nilai [OH-] >
[H+] dan perkaliannya tetap 10-14.
Berdasarkan konsentrasi ion tersebut, larutan dibagi tiga, yaitu :
Larutan asam : [H+] > [OH-]
Larutan netral : [H+] = [OH-] = 10-7
Larutan basa : [H+] < [OH-]
(Syukri, 1999).
Analisis titrimetrik adalah salah satu divisi besar dalam kimia analitik. Perhitungan yang
tercakup di dalamnya berdasarkan pada hubungan stokiometrik dari reaksi kimia yang
sederhana.
Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada rekasi kimia seperti :
aA + tT produk
Di mana a molekul analit, A, bereaksi dengan t molekul pereaksi, T. Pereaksi T, yang disebut
titran, ditambahkan secara kontinu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud larutan yang
konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar, dan konsentrasinya ditentukan
dengan sebuah proses yang dinamakan standarisasi. Penambahan dari titran tetap dilakukan
sampai jumlah T secara kimiawi sama dengan yang telah ditambahkan kepada A. selanjutnya
akan dikatakan titik ekivalen dari titrasi telah dicapai. Agar diketahui kapan harus berhenti
menambahkan titran, maka dapat menggunakan bahan kimia, yaitu indikator, yang bereaksi
terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan perubahan warna. Perubahan
warna ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen , tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi
dimana indikator berubah warnanya disebut titik akhir ( Day dan Underwood).
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang pH
yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah yang mempunyai
warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna yang
sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus
ditambahkan ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat
rendah ini hampir tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator
mencerminkan pengaruh asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Oxtoby, 2001).
Reaksi kimia yang mungkin di perlakukan sebagai basis dari penentuan titrimetrik telah
dikelompokan ke dalam empat tipe :
a. Asam-Basa. Ada sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditentukan oleh titrimetri. Jika
HA mewakili asam yang akan ditentukan dan B mewakili basa, rekasinya adalah sebagai
berikut
HA + OH- A- + H2O
dan
1.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah HCl pekat, akuades, borax,
Na2CO3, asam oksalat (H2C2O4.2H2O), ammonium klorida (NH4Cl), asam cuka, indikator
PP, indikator metil merah, indikator metal orange, NaOH Kristal
1.5 PENUTUP
1.5.1 Kesimpulan
1. Untuk menstandarisasikan larutan Borax 0,0418 N sebanyak 25 ml diperlukan 0,0134 ml
atau 13,4 ml larutan HCl dengan konsentrasi normalitas sebesar 0,0779 N
2. Larutan standar HCl 0,1 N sebanyak 59,4 ml digunakan untuk standarisasi larutan Na2CO3
dengan konsentrasi normalitas 0,0634 N
3. Untuk membuat 1 gram NaOH dengan konsentrasi normalitas sebesar 0,1 N
4. Dalam menstandarisasikan larutan oksalat 0,1332 N sebanyak 100 ml diperlukan larutan
baku NaOH 1 N sebanyak 10 ml
5. Kadar NH3 yang terkandung dalam 0,2 gram NH4Cl adalah sebesar 50,45 %
6. Kadar asam yang terkandung dalam 5 ml asam cuka cap Botol adalah sebesar 1,8133%.
1.5.2 Saran
1. Sebaiknya alat-alat yang digunakan pada percobaan mencukupi dan sesuai dengan
percobaan tersebut, sehingga praktikan tidak mendapatkan masalah karena kekurangan alat.
2. Asisten laboratorium seharusnya lebih memperhatikan pekerjaan praktikan sehingga tidak
terjadi kesalahan prosedur.
- See more at: http://dwitaariyanti.blogspot.co.id/2010/07/asidimetri-danalkalimetri.html#sthash.wg6m50yN.dpuf