PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Bentuk lain dari kromatografi selain kromatografi kertas adalah kromatografi lapis
tipis disebut KLT pada dasarnya kromatografi lapis tipis atau KLT sangat mirip
dengan kromatografi kertas terutama pada prosedur kerjanya perbedaan terlihat pada
media pemisahannya yakni digunakan media padat yaitu gelas polyester dan
aluminium yang dilapisi bahan absorben halus seperti alumina, silika gel atau
selulosa. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam dan fase gerak fase gerak
mengalir melalui fase diam dan membentuk komponen-komponen dari campuran
bersama-sama komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula
seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama jenis-jenis
kromatografi dapat bermanfaat dalam analisis kuantitatif dan analisis kualitatif
analisis kualitatif digunakan dengan melihat nilai RF atau retension faktor nilai RF
merupakan hasil perbandingan jarak tempuh senyawa dengan jarak tempuh pelarut
(Sembada, 2015).
Meskipun dasar kromatografi adalah suatu proses pemisahan namun banyak diantara
cara ini dapat digunakan untuk analisis kuantitatif jenis-jenis kromatografi yang
bermanfaat dalam analisis kuantitatif dan analisis kualitatif adalah kromatografi
kertas kromatografi lapis tipis atau klt kromatografi kolom kromatografi gas dan
kromatografi cair kinerja tinggi kromatografi kertas dan KLT pada umumnya lebih
bermanfaat untuk tujuan identifikasi karena lebih mudah dan sederhana. (Alen, 2017)
Bentuk lain dari kromatografi pianer selain kromatografi kertas adalah kromatografi
lapis tipis disebut klt pada dasarnya kromatografi lapis tipis atau klt sangat mirip
dengan kromatografi kertas terutama pada prosedur kerjanya perbedaan terlihat pada
media pemisahannya yakni digunakan media padat yaitu gelas polyester dan
aluminium yang dilapisi bahan absorben halus seperti alumina silika gel atau selulosa
(Rohman, 2013).
Apabila prinsip kerja dari kromatografi kertas adalah partisi multifilkatif. Suatu
senyawa antara dua cairan yang tidak saling bercampur jadi partisi suatu senyawa
terjadi antara a kompleks selulosa air dan fase gerak yang melewatinya serta pelarut
organik yang sudah di jenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu gelas, gunting, kertas saring laboratorium,
kertas saring kopi, benang, pensil, stopwatch, penggaris. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu Pelarut: alkohol teknis, dan air mineral, bahan pewarna tekstil seperti
spidol hitam, spidol biru, dan spidol merah, dan bahan pewarna alami yaitu bunga
rosella, buah naga ungu, daun bayam merah, ubi ungu, kunyit, matca powder.
3.2 METODE
4.1 HASIL
2. Ungu 4 7 0,57
Tabel 2. Hasil percobaan menggunakan bahan alam dengan perbandingan pelarut 1:1
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini menggunakan bahan pewarna tekstil dan bahan pewarna alam
bahan pewarna tekstil seperti spidol hitam, spidol biru, dan spidol merah kemudian
bahan pewarna alami yaitu bunga rosella, buah bit, buah naga ungu, daun bayam
merah, ubi ungu, kunyit, matca powder, dan blueberry atau murbei . Untuk bahan
alam yang digunakan terlebih dahulu diambil ekstrak pewarna yang ada dalam bahan
alam tersebut. Bahan lain yang digunakan selain pewarna tekstil dan pewarna alam
yaitu alkohol teknik atau isopropanol dan air mineral. Sedangkan alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini antara lain gelas, gunting, kertas saring, pensil,
stopwatch, penggaris, dan benang.
Hasil pengamatan kromatografi pada pewarna tekstil yaitu spidol warna hitam yang
dilakukan percobaan dengan konsentrasi 1:1, 1:2, 2:1, 1:3, 3:1, dan 0:1 yaitu
perbandingan air dengan isopropil alcohol. Dari sebuah perbandingan yang telah
dilakukan pada spidol warna hitam rata-rata warna yang diperoleh adalah dari bagian
atas sampai bawah adalah biru coklat kuning dan warna yang dihasilkan memiliki
jarak noda dari perbandingan 1:1 adalah ungu, perbandingan 1:2 adalah biru,
perbandingan 2:1 adalah ungu, perbandingan 1:3 adalah ungu, perbandingan 3:1
adalah pink, dan perbandingan 0:1 adalah pink. Dari data yang diperoleh dari
perbandingan di atas jarak noda pada pewarna hitam pada setiap perbandingan itu
berbeda-beda.
Kemudian selanjutnya adalah pewarna tekstil dari tinta biru yang dilakukan dengan
konsentrasi 1:1, 1:2, 2:1, 1:3, 3:1, dan 0:1 dengan membandingkan air dengan
isopropil alcohol. Dari hasil percobaan rata-rata warna yang dihasilkan adalah biru
dan ungu atau ungu muda. Dari setiap perbandingan air:isopropil alkohol yang
memiliki jarak noda yang paling besar adalah ungu/ungu muda. Dari data dapat
diketahui bahwa jarak noda pasti berbeda-beda tiap perbandingan tapi yang memiliki
jarak noda terbesar selalu pada ungu/ungu pudar. (Sastromidjodjo, 2015)
Yang selanjutnya adalah bahan pewarna tekstil yaitu tinta spidol merah dengan
perbandingan antara air dengan suhu apabila alkohol yaitu 1:1, 1:2, 2:1, 1:3, 3:1, dan
0:1. Perolehan warna pada semua perbandingan adalah kuning ,namun pada
perolehan jarak noda pada setiap warna noda yang dihasilkan sangatlah berbeda-beda
jarak nada didominasi oleh warna nada pink. Sangatlah berbeda dengan spidol tinta
hitam yang telah dibahas sebelumnya bahwa jarak pada nada dipengaruhi
perbandingan antara air dan isopropil alkohol.
Pada percobaan ini dilakukan satu kali percobaan pada setiap bahan sintetis dengan
perbedaan perbandingan pelarut (air : isopropil alkohol). Pada perbandingan 1:1 nilai
Rf tertinggi yaitu 0,79 pada tinta biru dengan warna noda ungu sedangkan Rf terkecil
yaitu 0,06 pada tinta hitam dengan warna noda biru, pada perbandingan 1:2 nilai Rf
tertinggi yaitu 1 pada tinta biru dengan warna noda biru sedangkan Rf terkecil yaitu
0,42 pada tinta hitam dengan noda coklat. Pada perbandingan 2:1 nilai Rf tertinggi
yaitu pada tinta merah dengan warna noda pink. Sedangkan nilai terkecil yaitu 0,23
dengan warna noda biru pada tinta hitam. Pada perbandingan 2:1 nilai Rf tertinggi
yaitu pada tinta merah dengan warna noda pink. Sedangkan nilai Rf terkecil yaitu
0,23 dengan warna noda biru pada tinta hitam. Pada perbandingan 2:1 nilai Rf
tertinggi yaitu pada tinta merah dengan warna noda pink sedangkan nilai Rf terkecil
yaitu 0,23 dengan warna biru pada tinta hitam. Pada perbandingan 1:3 nilai Rf
tertinggi yaitu 0,85 dengan warna noda putih pada tinta hitam. Sedangkan Rf
terendah yaitu 0,01 pada tinta hitam dengan warna noda kuning. Pada perbandingan
3:1 nilai Rf tertinggi yaitu 0,84 dengan warna noda biru pada tinta merah. Sedangkan
nilai Rf terendah yaitu 0,11 pada tinta hitam dengan warna noda orange. Pada
perbandingan 0,1 nilai Rf tertinggi yaitu 0,80 pada tinta merah dengan noda pink
sedangkan Rf terendah yaitu 0,14 dengan noda biru pada tinta hitam.
Waktu tempuh pada setiap perbandingan dan tinta bervariasi mulai dari 6,5 menit
sampai 38 menit. Dari nilai Rf yang telah didapat dapat diketahui bahwa warna yang
bergerak terjauh adalah warna biru pada tinta biru dengan perbandingan 1:2.
Kemudian adalah bahan pewarna alami dari alam dengan bahan alam kelompok 1
adalah buah naga, kelompok 2 bayam merah, kelompok 3 matcha, kelompok 4 ubi
ungu, kelompok 5 daun suji dan kelompok 6 kunyit. Dari masing-masing kelompok
mendapatkan nilai Rf adalah 0 , karena dalam proses pencelupan tidak terjadi gerak
yang ditempuh dari pewarna bahan alam tersebut. Waktu yang ditempuh pelarut
sampai titik atas sangatlah besar kelompok 1 yaitu 55,2 menit. Dari hasil pengamatan
dapat dilihat tidak ada jarak yang ditempuh karena zat warna pada bahan alam hanya
warna yang dimilikinya, sedangkan pewarna tekstil seperti sudah merupakan
campuran dari berbagai warna (S.M, 2018).
Indikasi yang berperan pada praktikum ini adalah tinta yang berwarna biru, hitam,
dan merah yang fungsinya sebagai noda yang akan bergerak saat kromatografi
berlangsung, kertas saring fungsinya sebagai tempat berjalannya noda, air dan
alkohol sebagai pelarut , sedangkan pada bahan alam noda yang akan bergerak pada
saat kromatografi berlangsung yaitu ubi ungu, buah naga, bayam merah, matcha,
daun suji dan kunyit.
1. Prinsip dari kromatografi kertas adalah pelarut bergerak lambat pada kertas
komponen-komponen bergerak pada laju yang berbeda dan campuran
dipisahkan berdasarkan pada perbedaan bercak warna warna.
2. Prinsip dasar dari kromatografi yaitu berdasarkan dari koefisien zat-zat
terhadap dua fase tetapi pendukung di sini bila kertas saring yang sifatnya
kapiler pelarut yang digunakan air dan isopropil alkohol di mana kertas saring
mudah menyerap air sehingga akan naik lebih cepat.
3. Nilai RF tertinggi pada senyawa sintetis yaitu 1 pada perbandingan 1:2
dengan tinta biru dan warna noda biru. Sedangkan nilai RF terendah yaitu
pada perbandingan 1:3 pada tinta hitam dengan nilai RF 0,01 warna nodanya
kuning.
4. Pada senyawa bahan alam nilai RF tertingginya yaitu 0,6 pada bahan alam
yaitu buah naga.
5. Hasil RF berbeda-beda pada setiap warna dan setiap perbandingan yang
digunakan.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Alen, Y. A. (2017). Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Aktivitas
Antihiperurisemia Ekstrak Rebung Schizostachyum brachycladum Kurz (Kurz) pada
Mencit Putih Jantan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 146-152.
Asrina, R. &. (2018). Identifikasi Rhodamin B Pada Arum Manis Yang Dijual Di SD Inpres
PAI 2 Makassar Secara Kromatografi Kertas (Paper Chromatography). Jurnal
Farmasi Sandi Karsa, 4(6), 10-14.
Atun, S. (2014). Metode isolasi dan identifikasi struktur senyawa organik bahan alam. Jurnal
konservasi cagar budaya borobudur, 8(2), 53-61.
Rohman, E. (2013). Analisis Obat Secara Kromatografi Dan mikroskopi. Bandung: ITB
Ekspress.
S.M, S. (2018). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(2).309-319.
LAMPIRAN
0:1 1:2 2:1