Anda di halaman 1dari 15

PEMISAHAN ANALITIK

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaaan ini, kami diharapkan dapat melakukan
analisa sampel (zat warna alami) secara kromatografi lapis tipis.

II. ALAT DAN BAHAN UANG DIGUNAKAN


Alat yang digunakan:
- Pelat TLC
- Chamber kromatografi
Bahan yang digunakan:
- Zat warna alami
- Etanol 96%
- Heksana

III. DASAR TEORI


Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan
adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT
sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk
dalam kategori kromatografi planar (selain kromatografi kertas). Kromatografi
juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik
penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat digunakan untuk memisahkan
senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga
dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil (Gandjar et al, 2008).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana yang
banyak digunakan, metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran
plastik yang ditutupi penyerap atau lapisan tipis dan kering. Untuk
menotolkan karutan cuplikan pada kempeng kaca, pada dasarya menggunakan
mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup
dalam larutan pengelusi di dalam wadah yang tertutup (Bernaseoni, 2005).
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah
penyerapan pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau
kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut
yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke atas pada lempengan
tergantung pada (Sudarmadji et al. 2007):
a. Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada
bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
b. Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya gel silika. Hal ini
tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan gel
silika.

Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan


adsorben seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa.
Adsorben tersebut berperan sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan
dalam KLT sering disebut dengan eluen. Pemilihan eluen didasarkan pada
polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang
berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT
dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh
terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh (Gritter et al, 1991).

Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai


faktor resensi. Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam
dikelompokkan (Gritter et al. 1991) :

a. Kromatogarfi serapan (Silika gel, alumina).


b. Kromatografi partisi (Selulosa, keiselguhr, silika gel).
c. Kromatografi penukar ion (Penukar ion selulosa, resina).
d. Kromatografi gel (Sephadex, Biogel).

Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan
suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki
jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan
tersebuta dalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif
antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam
fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Faktor retensi
(Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:

Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fase diam.


Karena itu Rf juga disebut faktor referensi, dengan titik asal adalah titik
tengah noda contoh yang terdapat pada pelat KLT.
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu.
Hal tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan
senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti
mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut
dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan
kuat pada fasa diam,sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT
yang bagus berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus
dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi
yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan
berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf
dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi
nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan
memiliki karakteristik yang sama sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan senyawa yang berbeda (Anonim, 2012).

Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini adalah sebagai berikut :
 Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
 Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
 Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending ), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.
 Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa
 Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
 Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
 Waktu analisis yang singkat (15-60 menit).
 Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
 Preparasi sample yang mudah
 Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak
mungkin
 Kebutuhan ruangan minimum

Kelemahan KLT :
 Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang cocok dengan
pada kromatografi kolom.
 Noda yang terbetuk belum tentu senyawa murni (Putri. 2012).

Analisis KLT banyak digunakan karena :


 Waktu yang diperlukan untuk analisis senyawa relatif pendek.
 Dalam analisis kualitatif dapat memberikan informasi semi kuantitatif tentang
konstituen utama dalam sampel.
 Cocok untuk memonitor identitas dan kemurnian sampel.
 Dengan bantuan prosedur pemisahan yang sesuai, dapat digunakan untuk
analisis kombinasi sampel terutama dari sediaan herbal.

IV. PROSEDUR KERJA


- Menyediakan pelat yang telah selesai dilapisi.
- Meneteskan cuplikan dengan menggunakan pipa kapiler pada permukaan
pelat.
- Memasukan pelat kedalam chamber yang telah diisi dengan etanol 96% dalam
50 ml. Tetesan yang berada pada pelat tidak boleh terendam pelarut.
- Membiarkan pelarut naik perlahan-lahan sepanjang pelat hingga hampir di
capai ujung yang lain dari pelat. Tandai batas perjalanan pelarut.
- Membiarkan pelat kering dan dibandingkan harga Rf dari noda-noda yang
terbentuk.
- Mengulangi prosedur kerja dengan mengganti etanol dengan campuran
heksana dan etanol (1:1) dalam 50 ml.

5. DATA PENGAMATAN
- Menggunakan pelarut etanol 96% dalam 50 ml
No Sampel Warna Noda Jarak Jarak Rf
. (warna) Komponen Pelarut
(cm) (cm)
1. Buah naga Ungu muda 4 6,8 0,5882
Ungu tua 4,5 0,6618
2. Daun suji Kuning muda 5,5 6,8 0,8088
Hijau muda 6,4 0,9411
3. Kopi Cokelat muda 6,4 6,8 0,9411
Cokelat tua 5,5 0,8088
4. Kunyit Kuning muda 5,6 6,8 0,6765
Kuning tua 4,6 0,8235
5. Strawberry Ungu muda 3,5 6,8 0,3677
Ungu tua 2,5 0,5147

Jarak
Sampel Jarak
No Warna Noda Kompone Rf
(Warna) Pelarut (cm)
n (cm)
1. Kuning 6 0,7058
Daun Pandan 8,5
Hijau 6,5 0,7647
2. Ungu muda 6 8,5 0,7058
Buah Naga Ungu tua
4,8 0,5670

3. Ungu tua 6,5 0,7647


Strawberry 8,5
Ungu muda 7 0,8235
4. Kuning tua 6,4 0,7529
Kunyit Kuning muda 8,5
7,5 0,8823
5. Kopi Coklat Tua 6,5 0,7647
Coklat Muda 8,5
7 0,8235
- Menggunakan Pelarut Etanol 96 % (25 mL) + Heksana (25 mL)

6. PERHITUNGAN
1) Percobaan 1: Pelarut Etanol 96% dalam 50 ml
a. Zat warna dari buah naga
- Ungu muda
Dik. : Jarak Komponen : 4 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 4 cm
Rf = = =0,5882
Jarak pelarut 6,8 cm
- Ungu tua
Dik. : Jarak Komponen : 4,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 4,5 cm
Rf = = =0,6618
Jarak pelarut 6,8 cm

b. Zat warna dari daun suji


- Kuning muda
Dik. : Jarak Komponen : 5,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 5,5 cm
Rf = = =0,8088
Jarak pelarut 6,8 cm
- Hijau muda
Dik. : Jarak Komponen : 6,4 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 6,4 cm
Rf = = =0,9411
Jarak pelarut 6,8 cm

c. Zat warna dari kopi


- cokelat muda
Dik. : Jarak Komponen : 6,4 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 6,4 cm
Rf = = =0,9411
Jarak pelarut 6,8 cm
- cokelat tua
Dik. : Jarak Komponen : 5,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 5,5 cm
Rf = = =0,8088
Jarak pelarut 6,8 cm

d. Zat warna dari kunyit


- Kuning muda
Dik. : Jarak Komponen : 4,6 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 4,6 cm
Rf = = =0,6765
Jarak pelarut 6,8 cm
- Kuning tua
Dik. : Jarak Komponen : 5,6 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 5,6 cm
Rf = = =0,8235
Jarak pelarut 6,8 cm

e. Strawberry
- Ungu muda
Dik. : Jarak Komponen : 2,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 2,5 cm
Rf = = =0,3677
Jarak pelarut 6,8 cm
- Ungu tua
Dik. : Jarak Komponen : 3,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 3,5 cm
Rf = = =0,5147
Jarak pelarut 6,8 cm

2) Campuran pelarut Etanol 50% dan Heksana 50%

a. Sampel zat warna dari pandan

- Kuning

Dik: Jarak komponen : 6 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 6 cm
Rf = = = 0,7058
Jarak pelarut 8,5 cm

- Hijau

Dik: Jarak komponen : 6,5 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 6,5 cm
Rf = = = 0,7647
Jarak pelarut 8,5 cm

b. Sampel zat warna dari kopi

- Coklat tua

Dik: Jarak komponen : 6,5 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 6,5 cm
Rf = = = 0,7647
Jarak pelarut 8,5 cm

- Coklat muda

Dik: Jarak komponen : 7 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 7 cm
Rf = = = 0,8235
Jarak pelarut 8,5 cm

c. Sampel zat warna dari bauh naga

- Ungu tua

Dik: Jarak komponen : 4,8 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 4,8 cm
Rf = = = 0,5670
Jarak pelarut 8,5 cm

- Ungu muda

Dik: Jarak komponen : 6 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 6 cm
Rf = = = 0,7058
Jarak pelarut 8,5 cm

d. Sampel zat warna dari stoberi

- Ungu muda

Dik: Jarak komponen : 7 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 7 cm
Rf = = = 0,8235
Jarak pelarut 8,5 cm

- Ungu tua

Dik: Jarak komponen : 6,5 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 6,5 cm
Rf = = = 0,7647
Jarak pelarut 8,5 cm

e. Sampel zat warna dari kunyit


- Kuning tua

Dik: Jarak komponen : 6,4 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 6,4 cm
Rf = = = 0,7529
Jarak pelarut 8,5 cm

- Kuning muda

Dik: Jarak komponen : 7,5 cm


Jarak pelarut : 8,5 cm
Dit: Rf…?
Jawab;
Jarak kmponen 7,5 cm
Rf = = = 0,8823
Jarak pelarut 8,5 cm

7. ANALISIS PERCOBAAN
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.

Pada percobaan 1, pelarut yang digunakan ialah 96% etanol dalam 50 ml.
Dimana etanol merupakan pelarut polar. Sampel yang digunakan ialah ekstrak dari
buah naga, daun suji, kopi, kunyit dan stroberi. Pada percobaan 2, pelarut yang
digunakan ialah campuran heksana dan etanol (1:1) dalam 50 ml. Heksana
merupakan pelarut non polar sementara etanol merupakan pelarut polar. Dengan
sampel yang digunakan ialah ekstrak dari daun pandan, kunyit, kopi, buah naga,
stroberi. Dan fase diam yang digunakan adalah kapur CaCO3 yang dilapisi dengan
kaca.

Percobaan dilakukan dengan meneteskan sampel dengan pipa kapiler pada


plat yang telah diberi garis sekitar 1-2 cm dari permukaan plat. Tujuan diberinya
garis pada plat tersebut adalah agar ketika dimasukkan dalam chamber, pelarut
tidak langsung membawa sampel ke atas dan juga agar jarak antar cuplikannya
merata. Setelah itu plat dimasukkan ke dalam chamber yang telah berisi pelarut.
Kemudian pelarut dibiarkan naik membawa sampel secara perlahan-lahan
disepanjang pelat hingga dicapai ujung yang lain. Proses naiknya sampel
didasarkan adanya gaya kapiler. Dapat terlihat bahwa sampel akan naik ke atas
dan terdapat bercak-bercak yang terpisah, hal ini dikarenakan setelah sampel
dilarutakan pada pelarut maka sampel akan berinteraksi pada fase diam yang
terdapat pada plat. Sampel yang terdapat pada bagian paling bawah menunjukkan
bahwa sampel tersebut memiliki tingkat kepolaran yang tinggi. Kemudian plat
dikeringkan dan dilihat bercak noda yang terbentuk setelah proses pemisahan
dibawah sinar UV.

Dari percobaan dapat dilihat bahwa jarak dari setiap sampel sangat
bervariatif dari yang paling pendek hingga panjang. Senyawa yang mempunyai Rf
lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal
tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan
tertahan kuat pada fasa diam,sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan Percaboaan dapat disimpulkan bahwa
1. Warna-warna yang dihasilkan :

a. Percobaan 1

- Buah Naga menghasilkan 2 warna yaitu ungu muda (Rf =


0,5882) dan ungu tua (Rf = 0,6618).

- Daun suji menghasilak warna yaitu kuning muda (Rf = 0,8088)


dan hijau muda (Rf = 0,9411).

- Kopi menghasilkan warna yaitu coklat muda (Rf = 0,9411) dan


coklat tua (Rf = 0,8088).

- Kunyit menghasilkan warna yaitu kuning muda (Rf = 0,6765) dan


kuning tua (Rf = 0,8235).

- Strawberry menghasilkan warna yaitu ungu muda (Rf = 0,3677)


dan ungu tua (Rf = 0,5147).

b. Percobaan 2

- Buah Naga menghasilkan 2 warna yaitu ungu muda (Rf =


0,7058) dan ungu tua (Rf = 0,5670).

- Daun pandan menghasilak warna yaitu kuning (Rf = 0,7058) dan


hijau (Rf = 0,7647).

- Kopi menghasilkan warna yaitu coklat muda (Rf = 0,8235) dan


coklat tua (Rf = 0,7647).

- Kunyit menghasilkan warna yaitu kuning muda (Rf = 0,8823) dan


kuning tua (Rf = 0,7529).

- Strawberry menghasilkan warna yaitu ungu muda (Rf = 0,8235)


dan ungu tua (Rf = 0,7647).

2. Percobaan yang menggunakan pelarut etanol lebih cepat sampai keujung


plat daripada yang menggunakan pelarut etanol+heksana, hal ini
dikarenakan etanol merupakan pelarut polar sedangkan heksana
merupakan pelarut non polar.

3. Pada percobaan 1 strawberry mempunyai nilai Rf paling rendah maka


dapat dipastikan bahwa strawberry merupakan pelarut polar dan kopi
mempunyai Rf yang besar sehingga kopi merupakan zat yang kurang
polar.

4. Pada percobaan 2 yang mempunyai Rf paling kecil adalah buah naga


dan yang mempunyai Rf yang paling besar adalah kunyit.

5. Fase diam yang digunakan pada kedua percobaa adalah kapur sedangkan
fase geraknya pada percobaan 1 yaitu etanol dan pada percobaan dua
etanol+heksana.

GAMBAR ALAT

Gelas Kimia Labu Ukur

Chamber Alat sinar UV


Bola Karet Pipa Kapiler

DAFTAR PUSTAKA
- Kasie Laboratorium Kimia Analitik Instrumen. 2019. Penuntun Praktikum
Kimia Analitik Instrumen. Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang.
- Putuhena, Puspa. Laporan KLT.
(https://www.academia.edu/9645870/Laporan_KLT_puspa, diakses pada 7
Oktober 2019).
- Wulandari, Suci. Kromatografi Lapisan Tipis.
(https://www.academia.edu/33569588/KROMATOGRAFI_LAPISAN_TI
PIS.docx, diakses pada 7 Oktober 2019).
- Kurniawati, Sari. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
(https://www.academia.edu/8315572/Pengertian_Kromatografi_Lapis_Tipi
s_KLT, diakses pada 7 Oktober 2019).
- Yulianti. BAB I PENDAHULUAN.
(https://www.academia.edu/7153821/Seminar_Kimia_Yulianti_BAB_I_PE
NDAHULUAN, diakses pada 7 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai