I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaaan ini, kami diharapkan dapat melakukan
analisa sampel (zat warna alami) secara kromatografi lapis tipis.
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan
suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki
jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan
tersebuta dalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif
antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam
fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Faktor retensi
(Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang
ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:
Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini adalah sebagai berikut :
Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending ), atau
dengan cara elusi 2 dimensi.
Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
dengan metode kertas tidak bisa
Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
Waktu analisis yang singkat (15-60 menit).
Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
Preparasi sample yang mudah
Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak
mungkin
Kebutuhan ruangan minimum
Kelemahan KLT :
Hanya merupakan langkah awal untuk menentukan pelarut yang cocok dengan
pada kromatografi kolom.
Noda yang terbetuk belum tentu senyawa murni (Putri. 2012).
5. DATA PENGAMATAN
- Menggunakan pelarut etanol 96% dalam 50 ml
No Sampel Warna Noda Jarak Jarak Rf
. (warna) Komponen Pelarut
(cm) (cm)
1. Buah naga Ungu muda 4 6,8 0,5882
Ungu tua 4,5 0,6618
2. Daun suji Kuning muda 5,5 6,8 0,8088
Hijau muda 6,4 0,9411
3. Kopi Cokelat muda 6,4 6,8 0,9411
Cokelat tua 5,5 0,8088
4. Kunyit Kuning muda 5,6 6,8 0,6765
Kuning tua 4,6 0,8235
5. Strawberry Ungu muda 3,5 6,8 0,3677
Ungu tua 2,5 0,5147
Jarak
Sampel Jarak
No Warna Noda Kompone Rf
(Warna) Pelarut (cm)
n (cm)
1. Kuning 6 0,7058
Daun Pandan 8,5
Hijau 6,5 0,7647
2. Ungu muda 6 8,5 0,7058
Buah Naga Ungu tua
4,8 0,5670
6. PERHITUNGAN
1) Percobaan 1: Pelarut Etanol 96% dalam 50 ml
a. Zat warna dari buah naga
- Ungu muda
Dik. : Jarak Komponen : 4 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 4 cm
Rf = = =0,5882
Jarak pelarut 6,8 cm
- Ungu tua
Dik. : Jarak Komponen : 4,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 4,5 cm
Rf = = =0,6618
Jarak pelarut 6,8 cm
e. Strawberry
- Ungu muda
Dik. : Jarak Komponen : 2,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 2,5 cm
Rf = = =0,3677
Jarak pelarut 6,8 cm
- Ungu tua
Dik. : Jarak Komponen : 3,5 cm
Jarak Pelarut : 6,8 cm
Dit. : Rf = ?
Jarak komponen 3,5 cm
Rf = = =0,5147
Jarak pelarut 6,8 cm
- Kuning
- Hijau
- Coklat tua
- Coklat muda
- Ungu tua
- Ungu muda
- Ungu muda
- Ungu tua
- Kuning muda
7. ANALISIS PERCOBAAN
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.
Pada percobaan 1, pelarut yang digunakan ialah 96% etanol dalam 50 ml.
Dimana etanol merupakan pelarut polar. Sampel yang digunakan ialah ekstrak dari
buah naga, daun suji, kopi, kunyit dan stroberi. Pada percobaan 2, pelarut yang
digunakan ialah campuran heksana dan etanol (1:1) dalam 50 ml. Heksana
merupakan pelarut non polar sementara etanol merupakan pelarut polar. Dengan
sampel yang digunakan ialah ekstrak dari daun pandan, kunyit, kopi, buah naga,
stroberi. Dan fase diam yang digunakan adalah kapur CaCO3 yang dilapisi dengan
kaca.
Dari percobaan dapat dilihat bahwa jarak dari setiap sampel sangat
bervariatif dari yang paling pendek hingga panjang. Senyawa yang mempunyai Rf
lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal
tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan
tertahan kuat pada fasa diam,sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah.
VIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan Percaboaan dapat disimpulkan bahwa
1. Warna-warna yang dihasilkan :
a. Percobaan 1
b. Percobaan 2
5. Fase diam yang digunakan pada kedua percobaa adalah kapur sedangkan
fase geraknya pada percobaan 1 yaitu etanol dan pada percobaan dua
etanol+heksana.
GAMBAR ALAT
DAFTAR PUSTAKA
- Kasie Laboratorium Kimia Analitik Instrumen. 2019. Penuntun Praktikum
Kimia Analitik Instrumen. Politeknik Negeri Sriwijaya: Palembang.
- Putuhena, Puspa. Laporan KLT.
(https://www.academia.edu/9645870/Laporan_KLT_puspa, diakses pada 7
Oktober 2019).
- Wulandari, Suci. Kromatografi Lapisan Tipis.
(https://www.academia.edu/33569588/KROMATOGRAFI_LAPISAN_TI
PIS.docx, diakses pada 7 Oktober 2019).
- Kurniawati, Sari. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
(https://www.academia.edu/8315572/Pengertian_Kromatografi_Lapis_Tipi
s_KLT, diakses pada 7 Oktober 2019).
- Yulianti. BAB I PENDAHULUAN.
(https://www.academia.edu/7153821/Seminar_Kimia_Yulianti_BAB_I_PE
NDAHULUAN, diakses pada 7 Oktober 2019)