Anda di halaman 1dari 15

KLT

Fluffy
Kromatografi
Presentation
Lapis Tipis
Kelompok 1
Keanggot
aan
Kelompok
1. Elsya Miftahul Jannah
1 : Putri Maharani
2. Andi
Daido
3. Cici Jumianti Eka
Saputri
Abstrak
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk menentukan jumlah
komponen dalam campuran. Identitas senyawa, dan kemudian suatu senyawa.
Dalam percobaan ini sampel yang diuji adalah salep pagoda. Tujuan percobaan ini
adalah untuk menganalisis komponen sampel dalam campurannya. Percobaan
dilakukan berdasarkan prinsip procedural dari KLT. Analisis komponen sampel
dalam campuran dapat dapat diamati dengan nilai (Rf) yang menyatakan
perbandingan jarak yang ditempuh oleh pelarut. Semakin besar nilai Rf dari sampel
maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada lempeng
kromatografi. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasi senyawa. Jika
identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat
dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rf
nya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang
memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerapannya maupun bahannya.
Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemisahan dan
analisis sampel dengan metode KLT cukup sederhana yaitu sebuah bejana
tertutup (chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT
KLT juga termasuk salah satu metode pemisahan komponen menggunakan fase
diam berupa plat dengan lapisan bahan absorben inert. KLT sering digunakan
untuk identifikasi awal.
Fluffy
Pendahuluan
Presentation
Tujuan Percobaan
Tujuan Percobaan ini yaitu
untuk mempelajari mengenai
Kromatografi Lapis Tipis

Prinsip Percobaan
Identifikasi suatu golongan
senyawa berdasarkan nilai Rf.
Metode Percobaan

1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada uji KLT ini yaitu, (a) Lempeng KLT, (b)
pipet tetes, (c) Pipa kapiler, (d) gelas ukur, (e) kertas penyaring, (f)
chamber, (g) vial.
Adapun bahan yang digunakan yaitu : (a) salep, (b) Kloroform, (c)
asam benzoate, (d) asam salisilat, (e) methanol, (f) N-Heksana, (g) etil
asetat
Metode Percobaan ( Prosedur Kerja )
A. Pembuatan Larutan Uji
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Diambil secukupnya salep pagoda
3) Dilarutkan salep pagoda dalam kloroform secukupnya
4) Dimasukkan ke dalam vial
B. Pembuatan Larutan Baku
5) Siapkan alat dan bahan
6) Dilarutkan asam benzoat secukupnya dengan methanol secukupnya,
begitupun dengan asam salisilat
7) Masukkan ke dalam vial.
C. Disiapkan Lempeng KLT
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Diukur lempeng KLT dengan Panjang lempeng 7 cm dan masing masing batas atas dan batas
bawah berukuran 0,5 cm
D. Pembuatan Fase Gerak
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Diukur N—heksana 3 ml dan etil asetat 1 ml

E. Uji KLT
3) Disiapkan alat dan bahan
4) Dimasukkan fase gerak yaitu N-Heksan 3 ml dan etil asetat 1 ml ke dalam chaber lalu
dihomogenkan , sebelum itu tutup chamber terlebih dahulu.
5) Dimasukkan kertas penyaring ke dalam chamber untuk mengetahui kejenuhan, jika telah
mencapai atas keluarkan kertas penyaring lalu tutup chamber.
6) Diteteskan masing masing sampel menggunakan pipa kapiler masing masing 3 tetes tepat
pada tengah garis, lalu keringkan
7) Dimasukkan lempeng tadi ke dalam chamber secara miring lalu tunggu hingga eluennya
mencapai batas atas.
8) Keringkan lempeng KLT, lalu amati lempeng tersebut pada lampu UV 254 dan lampu UV
336
9) Hitung nilai Rf.
Hasil Dan Pembahasan
A. Hasil Percobaan
1) Nilai Rf

Sampel Hasil

Noda 1 Noda 2 Noda 3

Asam Benzoat 0,52 - -

Asam Salisilat 0,62 - -

Salep Pagoda 0,36 0,56 1


2) Perhitungan Nilai Rf
  𝑓= 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢h 𝑛𝑜𝑑𝑎
R
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

 1) Asam benzoate


= 0,52

2) Asam salisilat

3) Salep pagoda
a) Noda 1 =

Noda 1 =

b) Nilai 3 = a)
Pembahasan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah tipe kromatografi cair yang fase diamnya berupa lapisan tipis sorben
partikel yang seragam dalam bentuk pelat gelas aluminiumfoil, atau plastik. Dalam prosedur KLT. Larutan sampel
diaplikasikan ke dalam pelat, dan pelat dikembangkan dengan memasukkannya ke dalam bejana tertutup dan bagian
dasar dari bejana diisi dengan fase geraknya (eluen) yang biasanya terdiri dari campuran dari beberapa pelarut.
Setelah pengembangan pelat di angkat dari bejana dan ditandai untuk di hilangkan nilai Rf nya (Sherna & Fried
005)
Pada uji kramatografi lapis Tipis dilakukan pengujian pada sampel yaitu pagoda salep dan lanutan baku sebagai
pembanding berupa asam benzoat dan asam salisilat .
Ada hasil 3 yang didapatkan yaitu pada sampel pagoda salep terdapat 3 noda dengan nilai Rf noda 1 yaitu 0,36,
noda 2 dengan Rf 0,56. Dan noda 3 dengan Rf 1. Dari hasil yang didapatkan dapat diketahui bahwa pagoda salep
mengandung asam salisiat dan asam benzoate. Hal ini disimpulkan dari nilai Rf yang di dapatkan yang dimana nilai
Rf pagoda salep diketahui hampir atau mendekai nilai Rf dari asam salisilat dan asam benzoat. Hasl uji juga sesuai
dengan komposisi dari pagoda salep itu sendiri yaitu dimana pada pagoda salep mengandung asam benzoat 65mg
dan asam salisilat 60 mg
Dalam literatur Gandjar dkk. Tahun 2013 dan beberapa pustaka mengatakan nilai Rf yang baik yang
menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8 dan pada hasil yang didapat nilai Rfnya
Sudah tergelong baik. Hubungan asam benzoat dan asam salisilat sesuai dengan fungsi pagoda salep yaitu sebagai
obat panu atau gatal yang dimana dua kombinasi bahan ini sebagai zat anti jamur. (Ade Nofita. 2016)
Adapun faktor -faktor kesalahan yang mungkin terjadi saat uji coba yaitu cara penotolan sampel pada lempeng KLT,
pembuatan uji baku saat pencampuran/pelarutan.
Kesimpulan

Dari uji kromatografi lapis tipis (KLT) dengan sampel pagoda salep dan
asam benzoat dan asam salisilat sebagai pembanding dapat disimpulkan
dari hasil uji coba bahwa pagoda salenp mengandung asam benzoate
dan asam salisilat. Hal ini juga sesuai dengan komposisi dari pagoda
salep itu sendiri.
1. Apa alasan menggunakan kedua sinar UV 254 dan lampu UV 366?
(C_Muhlisuddin)

2. Bagaimana mekanisme kerja fase gerak dan fase diam sehingga dapat
menggerakkan sampel yang ditotol pada lempeng KLT? (C_Andi Ilmi)

3. Apa tujuan dilakukan penjenuhan saat menggunakan kertas saring?


(C_Umi Kalsum)

4. Bagaimana pengaruh waktu pada fase gerak dan fase diam terhadap
hasil pemisahan? (D_Miftahul Jannah)

Anda mungkin juga menyukai