Anda di halaman 1dari 5

KROMATOGRAFI KERTAS DAN KROMATOGRAFI

LAPIS TIPIS

Pendahuluan
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas) (Patnaik 2004). Teknik pemisahan ini
memanfaatkan interaksi komponen dengan fase diam dan fase gerak serta sifat fisik dan
sifat kimia komponen. Berdasarkan fase gerak dan fase diam yang digunakan, kromatografi
dibedakan menjadi liquid-solid chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud
padat dan fase gerak berwujud cair), gas-solid chromatography (kromatografi dengan fase
diam berwujud padat dan fase gerak berwujud gas), liquid-liquid chromatography
(kromatografi dengan fase diam berwujud cair dan fase gerak berwujud cair), dan gas-liquid
chromatography (kromatografi dengan fase diam berwujud padat dan fase gerak berwujud
gas) (Harvey 2000).
Berdasarkan interaksi komponen dengan fase diam dan fase gerak, kromatografi
dibedakan menjadi kromatografi adsorpsi (kromatografi dengan teknik penyerapan
komponen oleh adsorben tertentu), kromatografi partisi (kromatografi dengan partisi terjadi
antara fase gerak dan fase diam), kromatografi pertukaran ion (kromatografi yang dapat
memisahkan senyawa dengan afinitas ion yang berbeda dengan resin penukar ion), dan
kromatografi permeasi atau filtrasi (kromatografi berdasarkan perbedaan bobot molekul)
(Skoog et al 2002). Berdasarkan bentuk ruang penyangganya, kromatografi dibedakan
menjadi kromatografi planar (kromatografi dengan fase diam terletak pada permukaan
datar) yang meliputi kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis serta kromatografi
kolom (kromatografi dengan fase diam tertahan pada sebuah kolom) yang meliputi
kromatografi manual, high performance liquid chromatography, dan kromatografi gas
(Harvey 2000). Percobaan ini hanya melakukan aplikasi kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Prinsip dari kedua aplikasi tersebut adalah dengan meneteskan
sampel pada kertas di garis startnya berulang-ulang. Setelah kering, kertas dimasukkan
dalam pelarut jenuh dan dibiarkan bergerak menuju garis finish. Kromatografi lapis tipis
menggunakan lempeng tipis/ plastik yang dilapisi adsorben sebagai penyangga. Kromatografi
kertas menggunakan kertas sebagai penyangga (Rouessac 2007).
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan melatih penggunaan analisis kualitatif dengan metode
kromatografi lapis tipis (Thin Layer Chromatography) pada klorofil daun dan menentukan
susunan logam pada uang logam Rp 100 berwarna kuning dan putih.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipakai adalah botol eluen, botol semprot, cawan petri, corong, corong
pisah, gelas ukur 50 ml, kaca obyek, kertas saring, kertas kromatografi, lempeng porselin,
pipet kapiler, dan tabung reaksi.. Bahan-bahan yang digunakan adalah aseton, NH4OH,
Na2SO3 kering, petroleum eter, CuSO4 0,1 M, HCl pekat, NiSO4, klip plastik, dan uang logam
Rp 100 warna kuning dan putih.
Prosedur Percobaan
Percobaan kromatografi lapis tipis klorofil daun diawali dengan pembuatan ekstrak
daun. Daun diiris halus, diambil sebanyak 1 gram, dimasukkan dalam mortar, ditambahkan
sedikit pasir kuarsa, dan digerus selama 10 detik. Daun dipindahkan ke dalam tabung reaksi
bertutup dan ditambahkan 4 ml aseton, ditutup, dan dikocok selama 10 detik. Campuran
dibiarkan selama 10 menit. Ditambhan 6- 7 ml air dan dikocok. Petroleum eter 3 ml
ditambahkan, dikocok, dan dipisahkan dengan sentrifus. Lapisan yang berwarna hijau dipipet
ke dalam tabung reaksi dan dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat selama 15 menit. Larutan
yang telah dikeringkan dituang ke dalam pinggan petri, diuapkan sebentar supaya lebih
pekat. Larutan yang telah pekat dituang ke dalam tabung reaksi, lalu ditutup rapat. Larutan
tersebut siap untuk dianalisis dengan metode kromatografi.
Pada percobaan kali ini, pembuatan lapisan TLC tidak dilakukan karena lapisan TLC
sudah tersedia. Selanjutnya pembuatan kromatogram dilakukan dengan eluen (campuran
aseton dan PE (1: 9)). Sedikit ekstrak daun diteteskan dengan pipa kapiler di atas lapisan TLC
pada jarak 1 cm dari tepi kaca bagian bawah. Pelarut dibiarkan mengering. Lapisan TLC
dimasukkan ke dalam botol yang berisi eluen dengan bagian yang ditetesi berada di bawah.
Setelah cairan eluen naik sampai hampir di ujung lapisan TLC, maka lapisan TLC dikeringkan
di udara. Komponen warna yang terpisah dicatat. Setelah kering, lapisan TLC dimasukkan
dalam alat pemancar ultraviolet untuk membuat komponen pada lapisan TLC menjadi jelas.
Komponen yang nampak dihitung nilai Rfnya dengan rumus <!--[if !msEquation]--> <!--[endif]--
>.
Pemisahan susunan logam pada uang logam diawali dengan uang logam dicuci
dengan sabun dan disikat, kemudian dibilas dengan akuades. Uang logam tersebut diberi
setetes HCl pekat dan ditunggu beberapa menit. Dari tetesan ini, dibuat spot uang logam,
spot CuSO4, spot HCl pekat, spot NiSO4, jarak start-front, dan jarak dari tepi kertas bawah
pada kertas kromatografi. Kertas digulung dengan klip plastik dan dimasukkan ke dalam
toples yang berisi pelarut. Kertas dimasukkan ke dalam botol dengan garis start di bagian
bawah. Pelarut dibiarkan naik sampai mendekati garis front. Kertas diangkat dan
dikeringkan. Untuk menampakkan warna spot, kertas disemprot dengan NH4OH pekat.
Dicatat warna dan jarak spotnya dari garis start. Dihitung nilai Rf masing-masing spot.
Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan analisis terhadap klorofil atau pigmen hijau yang ada
pada daun dengan metode kromatografi lapis tipis atau thin layer chromatography (TLC).
Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap komponen logam yang terkandung dalam uang
logam 100 rupiah berwarna kuning dan berwarna putih dengan metode kromatografi kertas.
Pada percobaan TLC, daun diiris halus lalu digerus dengan sedikit pasir kuarsa agar
mempercepat halusnya daun yang digerus. Daun yang telah halus ditambahkan aseton yang
berfungsi untuk mengekstrak klorofil daun karena aseton bersifat nonpolar dan klorofil juga
bersifat non polar sehingga dapat terekstrak. Setelah disentrifusa, ekstrak ditambahkan
dengan Na2SO4 anhidrat untuk mengikat air yang masih terkandung di dalam ekstrak
sehingga ekstrak klorofil murni mudah diambil. Fase diam pada percobaan ini adalah lapisan
pelarut yang teradsorbsi pada permukaan adsorben berupa lapisan tipis (thin layer) dan fase
geraknya adalah bagian dari pelarut yang berfungsi menggerakkan eluen berupa aseton dan
PE.
Volume eluen aseton dan PE digunakan dalam perbandingan yang beragam.
Perbandingan volume eluen aseton dan PE yang beragam digunakan untuk menentukan
perbandingan volume eluen yang paling baik untuk kromatografi lapis tipis pada klorofil.
Pada perbandingan eluen aseton:PE = 1:9, dihasilkan dua spot dengan Rf masing-masing
sebesar 0,1852 dan 0,3704. Pada perbandingan eluen aseton:PE = 9:1, dihasilkan satu spot
dengan Rf sebesar 0,9390. Dan pada perbandingan eluen aseton:PE = 5:5, dihasilkan dua
spot dengan Rf masing-masing sebesar 0,8987 dan 0,9620. Nilai Rf tersebut menunjukkan
bahwa pelarut terbaik digunakan pada perbandingan 5:5 karena jumlah spot pemisahan
yang banyak dan nilai Rf yang mendekati satu. Hal ini berarti jarak spot dari garis start
hampir sama dengan jarak batas eluen dari garis start. Pendeteksian letak spot lebih mudah
dilakukan dengan menggunakan penyinaran sinar ultra violet. Terdapat dua penjang
gelombang yang digunakan, yaitu 366 nm dan 254 nm. Panjang gelombang efektif yang
digunakan kemudian adalah 366 nm karena spot yang terlihat lebih banyak dan jelas.
Pada percobaan kromatografi kertas, uang logam warna kuning dan putih dicuci dan
disikat, kemudian ditambahkan tetesan HCl pekat sebagai pelarut pemisah komponen uang
logam. Selanjutnya spot dari tetesan tersebut dirunning bersama dengan spot HCl pekat,
NiSO4, dan CuSO4. Fase diam pada percobaan ini adalah lapisan pelarut yang teradsorbsi
pada permukaan kertas berupa kertas kromatografi dan fase geraknya adalah bagian dari
pelarut yang berfungsi menggerakkan eluen berupa campuran n-butanol, asam asetat
glasial, dan air (untuk uang logam putih) dan campuran n-butanol, etanol, dan amoniak 2M
(untuk uang logam kuning). Pada percobaan ini, kromatografi kertas dilakukan secara
ascending dimana pelarut yang terdapat di bawah akan bergerak ke atas pada kertas yang
tercelup didalamnya. Penjenuhan dengan uap pelarut bertujuan untuk mempercepat
terjadinya elusi atau pergerakan komponen-komponen sampel pada media kertas
kromatografi.
Pada uang logam warna kuning, spot dari uang logam tersebut memiliki Rf sebesar
0,1068 dan spot dari NiSO4 memiliki Rf sebesar 0,1792. Namun, spot dari CuSO4 tidak
bermigrasi secara berarti dan spot dari HCl pekat tidak terlihat. Berdasarkan literatur, spot
uang logam warna kuning memiliki Rf yang sama dengan spot dari CuSO4 karena uang logam
warna kuning tersebut mengandung tembaga (Nurcahyo 2007). Pada uang logam warna
putih, tidak terbentuk spot dari uang logam tersebut dan HCl pekat, sedangkan spot dari
NiSO4 menunjukkan Rf sebesar 0,1456 dan spot dari CuSO4 menunjukkan Rf sebesar 0,0500.
Tidak terbentuknya spot dari uang logam warna putih disebabkan oleh eluen yang digunakan
kurang jenuh. Berdasarkan literatur, spot uang logam warna putih tidak memiliki Rf yang
sama dengan spot dari CuSO4 dan NiSO4 karena uang logam warna putih tersebut
mengandung alumunium (Nurcahyo 2007).
Perbedaan antara hasil percobaan dengan literatur menunjukkan masih terdapat
kesalahan yang dilakukan dalam percobaan ini, antara lain kertas kromatografi tidak bersih
dan dipegang dengan tangan, kesulitan dalam pengukuran jarak saat penyinaran dengan
ultra violet, eluen yang digunakan kurang jenuh, dan uang yang digunakan sudah
terkontaminasi zat lainnya.
Simpulan
Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk pemisahan komponen klorofil. Data
percobaan menunjukkan bahwa perbandingan pelarut aseton:PE yang digunakan adalah 5:5
dengan Rf tertinggi sebesar 0,9620. Panjang gelombang ultra violet yang paling baik
digunakan untuk mendeteksi keberadaan spot komponen klorofil adalah 366 nm.
Kromatografi kertas digunakan untuk menentukan komponen yang terkandung dalam uang
logam warna kuning dan putih. Uang logam warna kuning seharusnya mengandung tembaga
dan uang logam warna putih seharusnya mengandung alumunium.
Daftar Pustaka
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill Comp.
Nurcahyo Priyadi. 2007. Nilai Mata Uang Logam. http://priyadi.net/archives/2007/04/27/nilai-
mata-uang-logam/. (13 Mei 2010)
Patnaik Pradyot. 2004. Dean’s Analytical Chemistry Handbook. Second Edition. New York:
McGraw-Hill Comp.
Rouessac Francis, Annick Rouessac. 2007. Chemical Analysis: Modern Instrumentation Methods
and Techniques. Second Edition. West Sussex: John Wiley & Sons, Ltd.
Skoog Douglas et al. 2002. Fundamentals of Analytical Chemistry. Eight Edition. Canada: Thomson
Learning.

http://worldofandika.blogspot.com/2010/06/kromatografi-kertas-dan-kromatografi.html

6/22/10
Posted byandikaprakoso

at10:39:00 PM

Anda mungkin juga menyukai