Anda di halaman 1dari 43

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan dengan judul “Identifikasi Zat Warna dengan


Kromatografi Kertas” yang bertujuan untuk mengetahui identifikasi zat warna
yang terdapat dalam pewarna (gincu) dengan kromatografi kertas. Prinsip yang
digunakan dalam percobaan ini adalah penambahan pereaksi atau reagen tertentu
dengan menggunakan metode kualitatif. Eluen yang di gunakan yaitu propanol-
asam asetat-aquadest (4:1:5).Hasil yang di dapat pada percobaan ini diperoleh
nilai RF dari kedua noda yang ada pada kertas yaitu warna hijau 0,7 cm dan warna
campuran (merah-hijau) 1,2 cm semaikin jauh jarak noda maka hasil yang di
dapat maka semakin besar nilai RF yang di hasilkan.

Kata kunci : zat pewarna,kertas saring, kromatografi kertas.

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi Kertas adalah teknik metode analisa untuk memisahkan dan
mengidentifikasi campuran yang bisa berwarna (terutama pigmen) yang terdiri
dari dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam. Tujuan kromatografi kertas adalah
untuk memisahkan campuran dari subtensi menjadi komponen dalam skala kecil
dan untuk mengidentifikasi zat-zat yang ada dalam campuran, fase gerak pada
kromatografi kertas berupa campuran pelarut yang akan mendorong senyawa
untuk bergerak disepanjang kolom kapiler, fase diamnya adalah air yang terodarsi
pada kertas dan sebagai larutan pengembang, biasanya pelarut organic yang telah
di jenuhkan dengan air.
Kromatografi Kertas semua dianggap sebagai suatu bentuk sederhana dari
partisi cair-cair serta selulosalid. Roflik dari kertas dapat mengikat air setelah
berada diudara yang lembab dan kertas penyaring yang lembab. Kertas penyaring
yang tampak kering sebenarnya dapat mengandung persentase air yang besar,
katakanlah 20 % atau lebih (% berat). Jadi kertas dianngap analog dengan suatu
kolom yang mengandung fase diam yang berair, kemudian zat terlarut dipastikan
diantara air ini dan pelarut organik yang mudah tercampur dengan air,
bagaimanapun akan segera disadari bahwa model ini terlalu sederhana, pemisahan
diperoleh di tempat fase gerak dapat bercampur dengan air atau pada beberapa
kasus fase geraknya adalah larutan berair itu sendiri.

1.2 TujuanPercobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi zar warna
yang terdapat dalam sampel dengan kromatografi kertas

2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kromatografi adalah metode yang digunakan untuk memisahkan campuran


senyawa kedalam komponen-komponennya. Semua bentuk kromatografi memiliki
prinsip kerja yang sama, yaitu fase diam dan fase gerak. Semua tipe kromatografi
terdiri atas fase diam (berupa padat atau cair yang diletakkan pada benda padat),
dan fase gerak (cair atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen pada campuran. Komponen yang berbeda akan
bergerak dengan kecepatan yang berbeda (Day dan Underwood 2006).
Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, yang
pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya
bidang datar) yaitu bentuk kertas. Pada kromatografi kertas, kertas saring paling
banyak digunakan, sedangkan kertas minyak tidak dapat digunakan sebagai fase
diam. Fase cair yang digunakan adalah solvent tertentu yang sesuai dengan
komponen yang akan dipisahkan. Pada kromatografi kertas, solut dalam analit
akan terelusi atas dasar konsep partisi, dimana solut akan terdistribusi diantara
fase gerak dan fase diam sesuai dengan kelarutan relatif diantara keduanya
(Gandjar dkk., 2007 ; 326-331).
Berdasarkan arahnya, kromatografi kertas terbagi atas dua yaitu
kromatografi kertas satu arah dan kromatografi kertas dua arah. Kromatografi
kertas satu arah ialah kromatografi yang fase diam didalamnya adalah kertas serap
yang sangat seragam, fase geraknya pelarut yang sesuai. Pewarna diteteskan pada
garis yang sama kemudian ditaruh didalam pelarut yang sesuai. Dengan jumlah
yang minimum. Kerta digantungkan pada wadah berisi lapisan tipis pelarut. Batas
atas dikaitkan pada atas wadah hingga terelusikan naik. Sedangkan juga terdapat
kromatografi kertas satu arah yang lain yang arahnya menurun, disebut dengan
metode descending (Sastrohamidjojo, 1985).
Analisis sampel zat warna dengan kromatografi kertas pada sampel zat
warna dan sampel zat warna sintetik digunakan warna pembanding. Berdasarkan
arahnya kromatografi kertas dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu; metode

3
ascending (menaik), descending (menurun) dan metode radial (mendatar).
Kromatografi ascending merupakan kromatografi kertas yang arah fase geraknya
menaik, dengan memanfaatkan gaya kapiler. Sedangkan pada kromatografi
descending dalam pelaksanaannya memanfaatkan gaya gravitasi sehingga arah
fase geraknya menurun. Dan, pada kromatografi radial, memanfaatkan bentuk
bulat dari kertas, komponen-komponen akan dielusikan melingkar (Khopkar,
1990).
Dalam mengidentifikasi noda-noda sangat lazim menggunakan harga Rf
(Retordation factor). Cara paling mudah dalam pengukuran Rf adalah dengan
menggunakan mistar. Namun ada cara lain untuk mengidentifikasi senyawa-
senyawa yaitu dengan reaksi-reaksi warna yang karakteristik. Reaksi kenayakan
sangat berguna dalam pemisahan senyawa-senyawa anorganik, tetapi untuk
senyawa organik sangat kecil kejadiannya, karena kebanyakan konstituen-
konstituen dari campuran mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip (Wertheim,
2000).

4
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat alat yang digunakan adalah chamber kromatografi, kertas saring (kkt),
beaker glass, kaca arloji, pipet tetes, dan peralatan gelas lainnya .
Bahan bahan yang digunakan adalah pewarna (gincu), methanol, butanol,
asam asetat, air (4:1:5) HCl pekat.

3.2 Konstanta Fisik


Tabel 3.1 Konstanta Fisik

NO BAHAN BM (g/mol) TD (0C) TL (OC) SIFAT

Sedikit larut dalam


1. CH3OH 239 64,7 97 minyak dan lemak

2. H4H9OH 74,129 117,7 89,8 Berbahaya

Tidak berwarna,
3. CH3COOH 60 118,5 167 berasa asam

4. H2O 185 100 0 Cairan murni, netral

Tidak berwarna,
5. HCl 480 89 114,8 mudah larut dalam air

Sumber : (Farmakope Indonesia. Edisi IV.1996)

5
3.3 Prosedur Kerja

1. PEWARNA GINCU
 dijenuhksn chamber dengan pelarut pengelusi
 dilarutkan 0,05 g pewarna (gincu) dengan methanol atau pelarut
yang sesuai
 ditotolkan dengan kertas saring (kkt)
 dimasukan kedalam chamber kertas kromatografi yang sudah diisi
sampel, bagian tepi diikat, biarkan pelarut sampai pada garis atas
atau depan
 disemprot dengan AlCl3, atau dimasukan dalam chamber yang
berisi uap ammonia jenuh
 diukur RF masing-masing senyawa

6
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 data hasil pengamatan

No Noda Jarak Noda Jarak Pelarut Rf

1. Merah 1 5,5 cm 7 cm O,785

2. Merah 2 4,5 cm 7 cm 0,642

3. Kuning 6 cm 7 cm 0,857

4. Hijau 7cm 7cm 1

Sumber : (Laboratorium Akafarma YHB , 9 November 2017).

4.2. Pembahasan

Identifikasi zat warna dalam gincu (pewarna) dilakukan secara kualitatif


dengan menggunakan metode kromatografi kertas (KKT). Metode kromatografi
kertas digunakan untuk memisahkan suatu campuran senyawa secara cepat dan
sederhana, berdasarkan distribusi dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam yang digunakan adalah kertas saring (KKT) dan fase gerak yang digunakan
adalah propanol, asam asetat dan air dengan perbandingan (4:1:5) dengan tujuan
untuk memisahkan campuran senyawa berdasarkan pada perbedaan bercak warna.

Percobaan ini bertujuan untuk mekanisme kerja kromatografi kertas dan


cara memisahkan suatu campuran senyawa menjadi komponen-komponen.
Adapun sampel yang digunakan adalah propanolyang terikat pada kertas selulosa
dan fase gerak yang di gunakan adalah larutan campuran propanol, asam asetat,
air dengan perbandingan 4:1:5, kemudian setelah itu dicampurkan dan di
masukkan kedalam beaker glass dan ditutup menggunakan aluminium foil agar

7
larutan tersebut tidak menguap karena propanol bersifat mudah menguap
(volatile).

Percobaan ini dibuat tanda batas pada kertas saring (KKT) dengan ukuran
bawah kertas 1 cm dan atas kertas 7 cm, selanjutnya sampel pewarna (gincu)
diteteskan sekitas dua tetes kedalam kaca arloji dan yang satunya lagi dicampur
dengan dua warna, kemudian kertas saring KKT yang sudah diberikan batas
bawah 1 cm ditengahnya diberikan dua tanda titik agar dapat di bedakan, lalu
ditotolkan sampel dari gincu tersebut yang telah diberikan dua tanda titik dengan
titik pertama berisi satu warna dan titik keduanya berisi campuran dua warna,
kemudian barulah dimasukkan kedalam beaker glass yang sudah berisi pelarut
tadi, fungsi pelarut untuk menarik atau mengekstrak senyawa yang ingin
dipisahkan mudah keluar dan digunakan kertas saring karena memiliki pori-pori
yang besar dan rapat sehingga noda merembes dengan cepat dan teratur serta zat
yang diperoleh sebagian totolan ialah hasil pewarna (gincu) yang telah di larutkan.

Kertas saring yang sudah siap ditotolkan tadi dan yang sudah dimasukkan
kedalam beaker glass ditunggu beberapa menit sampai nodanya naik dengan
sempurna hingga tanda batas, lama kelamaan noda akan naik dan noda yang
bercampur dua warna tadi yaitu merah dengan hijau akan membentuk atau timbul
tiga warna noda yaitu merah, kuning dan hijau. Sedangkan noda pda titik yang
satunya lagi tetap menghasilkan warna merah yang seperti pada awalnya , sesudah
jarak noda mencapai 7 cm atau jarak pelarut maka kertas yang sudah kelihatan
nodanya dikeluarkan dari beaker glass yang sudah ditutupi dengan aluminium foil.

Pergerakan noda semakin jelas terlihat setelah disemprotkan dengan AlCl3


dan yang berisi uap ammonia lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan
terlihatlah warna yang jelas dari sampel. Kemudian kertas yang menghasilkan
warna-warna yang berbeda atau warna noda yang berbeda diukur masing-masing
warna atau senyawa agar dapat diukur Rf nya tersebut.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diukur harga Rf dengan


menggunakan rumus:

8
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Hasil pemisahan bercak noda menimbulkan tiga warna yaitu merah,


kuning, hijau , pada campuran dua warna (senyawa). Sedangkan yang satu warna
menghasilkan bercak noda berwarna merah, dengan jarak yang ditempuh noda
berwarna merah satu 5,5 cm dan jarak yang ditempuh pelarut 7 cm, maka nilai
ukur harga Rf adalah 0,785 cm. pada warna merah kedua dengan jarak nodanya
4,5 cm dan jarak pelarutnya 7 cm maka nilai ukur Rf nya adalah 0,642 cm, warna
kuning dengan jarak nodanya 6 cm dan jarak pelarut 7 cm maka nilai ukur Rf
warna kuning adalah 0,857 cm dan warna hijau dengan jarak noda 7 cm dan jarak
pelarutnya 7 cm maka nilai ukur Rf nya adalah 1 cm.

9
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang di peroleh pada percobaan ini adalah:


 Prinsip kromatografi kertas didasarkan pada dua fase yaitu fase gerak dan
fase diam, dimana fase diam adalah kertas dan fase gerak adalah pelarut
 Kromatografi kertas terbagi dalam tiga tahap yaitu : penotolan,
pengembangan dan identifikasi.
 Komponen warna terpisah sesuai persamaan daya serap dan kertas.
 Nilai Rf dari warna merah satu : 0,785, merah dua : 0,642, kkuning : 0,857
dan hijau : 1 cm.

10
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A, Juniar dan A.L. Underwood. 2006. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta. Erlangga.

Gandjar, dkk,. 2007. Kimia Farmasis Analisis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Harborne, J.B. 1967. Metode Fitokimia. Bandung. ITB Press.

Khopkar, S.M,. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakartaa. UI Press.

Sastrohamidjojo, H., 1985. Kromatografi. Yogyakarta. Liberty.

Wertheim, June,. 2000. Kamus Kimia Bergambar. Jakarta. Erlangga.

11
LAMPIRAN

𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝒏𝒐𝒅𝒂


Rumus : Rf =
𝑱𝒂𝒓𝒂𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒎𝒑𝒖𝒉 𝒑𝒆𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕

5,5 𝑐𝑚
 Merah 1 : Rf = = o,785
7 𝑐𝑚

4,5 𝑐𝑚
 Merah 2 : Rf = = 0,642
7 𝑐𝑚

6 𝑐𝑚
 Kuning : Rf = 7 𝑐𝑚 = 0,857

7 𝑐𝑚
 Hijau : Rf = 7 𝑐𝑚 = 1

12
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan identifikasi campuran parasetamol,salisilamida,dan


caffein dengan kromatografi lapis tipis. Yang menggunakan plat sebagai
penunjang fase gerak untuk pemisahan campuran pada sediaan obat tablet. Tujuan
dilakukannya percobaan ini untuk mengidentifikasi campuran pada sediaan obat
parasetamol,salisilamida,dan cafeein. Eluen yang digunakan sebagai fase diam
yaitu metanol:aquadest:amonia(70:29:1) dengan menggunakan metode kualitatif
dengan cara kromatografi lapis tipis. Dari hasil percobaan nilai Rf yang diperoleh
dari sampel baku dan campuran parasetamol yaitu; sampel baku 0,87 cm dan
campuran 0,88 cm. Jika nilai Rf dari sampel campuran mendekati dengan hasil
nilai Rf pada sampel baku artinya obat sediaan campuran positif mengandung
parasetamol.

Kata kunci : Parasetamol, salisilamida, caffein, plat KLT, Kromatografi lapis tipis

13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Paracetamol atau artaminofen adalah turunannya paramino phenol memiliki
khasiat sebagai analgesik,antipiretik,atau aktivitas anti radang yang
lemah.paracetamol merupakan analgesic no-aplod sering di coba pertama untuk
pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migren dan sakit kepala
tiperensi.

Kromatografi lapis tipis (disingkat KLT) atau dalam bahasa inggris di sebut
thin layer chromatography (KLT) merupakan salah satu contoh kromatografi
planer di samping kromatografi kertas.Berbeda dengan kromatografi kolom
dimana fase diamnya di kemas dalam kolom. Maka, pada kromatografi lapis tipis
(TLC) Fase diamnya adalah berupa lapisan seragam pada permukaan bidang datar
yang di dukung oleh lempeng kaca, plat alumunium,atau plat pelastik

KLT digunakan secara lunis untuk analisis solute-solute organik terutama


dalam bidang kimia,farmasi,klinik dan porensik baik untuk analisis kualitatif
dengan cara membandingkan nilai RF solute dengan nilai RF senyawa baku atau
untuk analisis kualitatif. Pada analis kualitatif KLT dapat di gunakan untuk uji
identifikasi senyawa baku . Para meter pada KLT yang di gunakan untuk
identifikasi adalah nilai RF dua senyawa identifikasi identik jika mempunyai nilai
RF yang sama jika di ukur pada kondisi KLT yang sama untuk meyakinkan
identifikasi dapat di lakukan dengan menggunakan lebih dari satu fase gerak dan
jenis pereduksi semprot.

Untuk analisis kuantitatif pada KLT dapat digunakan dua cara pertama
bercak KLT di ukur langsung pada lempeng dengan menggunakan ukuran luas
atau dengan tekhnik lensitometri cara kedua dengan bergerak bercak lalu
menetapkan kadar senyawa yang di dalam bercak tersebut dengan metode analisis
yang lain, misalnya metode spektrofotometri.

14
Kafein adalah senyawa alkaloid berbentuk Kristal dan berasa pahit yang
bereaksi sebagai obat perangsang psikoaktif dan di uretik ringan . kafein di jumpai
secara alami pada bahan pangan sendiri seperti biji kopi,daun teh,bush
kola,guarana,pada pertumbuhan ia berperan sebagai pastisida alami yang
melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman
tersebut.

Fungsi kafein dalam tubuh berperan untuk meningkatkan kerja


psikomotorik coffein member efek rasa segar dan saraf pada manusia dan dapat
mengusir rasa ngantuk secara sementara minuman yang mengandung cafein
seperti kopi dan teh.

1.2. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun dari tujuan percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi campuran


paracetamol,salisilamida,caffeine dengan kromatografi lapis tipis.

15
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran zat-zat yang komponen-


komponen yang akan di pisahkan di distribusikan antara dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak . fase diam cenderung menahan komponen dalam campuran
sedangkan fase gerak cenderung menghanyutkan pada kromatografi lapis tipis
KLT berperan sebagai fase diam sedangkan pelarut sebagai fase gerak
(Harjono,1985).

Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-


komponen dasar perbedaan migrasi masing-masing komponen antara dua fase
yaitu fase diam dan fase gerak perbedaan kromatografi dapat di sebabkan oleh
masing-masing komponen yang di serap (Harjadi 2009).

Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas untuk analisis solute-solut


organic terutama dalam bidang farmasi,biokimia,klinik dan untuk analisis
kualitatif dengan cara membadingkan nilai RF solute dengan nilai RF senyawa
baku atau untuk analisis kualitatif. Penggunaan KLT dapat berupa analisis
kualitatif dan analisa kuantitatif. Pada analisa kuantitatif KLT yang digunakan
untuk mengetahui identifikasi adalah nilai RF dua senyawa di katakana identik
jika mempunyai nilai RF yang sama jika di ukur pada kondisi KLT yang sama
untuk meyakinkan identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari
satu fase dan jenis pereaksi semprot (standel,1985).

Deteksi senyawa pada KLT biasanya dilakukan dengan penyemprotan


identifikasi dengan KLT memiliki keuntungan yaitu memerlukan waktu yang
cepat dan mudah mengerjakannya serta menggunakan peralatan yang mudah dan
sederhana. Cuplikan sampel yang di gunakan juga sangat sedikit serta
pengerjaannya dapat di ulang (firdaus,2009).

Analisis kuantitatif dari suatu senyawa yang telah di pisahkan dengan KLT
biasanya dilakukan dengan densitometry langsung pada lempeng KLT (secara

16
insitu) densitometry dapat bekerja sama secara serapan atau fioresensi. Dimana
kebanyakan densitometer mempunyai sumber cahaya diarahkan menuju
monokromotor (untuk memilih rentang panjang gelombang yang cocok antara
200-800) system untuk memfokuskan sinar pada lempeng penggandaan foton dan
reckloler penggunaan monokromator lebih menguntungkan karena memudahkan
pengubahan panjang gelombang dan menghasilkan berkas sinar dengan sedikit
panjang gelombang (subyadi,1986).

17
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat-alat yang di gunakan pada percobaan ini adalah plat KLT,chamber
kaca,alat sinar ultra violet,dan peralatan lainnya.

Bahan yang di gunakan dalam percobaan ini adalah caffeine, salisilamida,


paracetamol, methanol, reagen dragendroff, dan bahan lainnya.

3.2. Konstanta fisik


Tabel 3.1 konstanta fisik

Bahan BM(g/mol) TD (°𝑪) TL (℃) Sifat


CH3OH 239 g/mol 64,7 ℃ -97 ℃ korosif
C6H9OH 74,129 g/mol 117,7℃ 89,8 ℃ berbahaya
CH3COOH 60 g/mol 11,5 °𝐶 16,7 ℃ Korosif
H2O 185 g/mol 100℃ 0℃ aman
HCL 450 g/mol 85℃ 11℃ korosif
Sumber : (farmakope Indonesia edisi:IV, tahun1994)

3.3. Cara Kerja

 Dilarutkan salisilamida,caffeine,paracetamol murni kedalam pelarut


methanol
 Ditotolkan masing-masing masing-masing sampel pada plat KLT .
pemilihan pelarut pengelusi di sesuaikan dengan hasil analisa (Try dan
Error)
 Dimasukkan plat KLT yang sudah berisi sampel ke dalam chamber yang
berisi pelarut pengelusi
 Di lihat flouresensi di bawah sinar ultra violet
 Di semprot plat KLT dengan reagen dragendroff.

18
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasi Pengamatan

No Sampel Jarak noda Jarak pelarut RF


9,2 cm 15 cm 0,613 cm
1 paracetamol

2 Paracetamol+ caffein 9,4 cm 15 cm 0,626 cm


Sumber : (LAB AKAFARMA YHB 09-November-2017)

4.2. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu tekhnik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (beberapa molekul) yang berbeda pada larutan.

Kromatografi lapis tipis adalah salah satu analisis kualitatif dari suatu
sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel
berdasarkan perbedaan kepolaran.

Prinsip kromatografi lapis tipis adalah pemisahan komponen kimia


berdasarkan prinsip partisi dan adsorbs secara selektif karena adanya perbedaan
daya serap terhadap adsorbsi dan kelarutannya komponen kimia terhadap cairan
pengelusi. Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran
antara sampel dengan pelarut yang digunakan . Tekhnik ini biasanya
menggunakanfase diam dari bentuk silika dan fase geraknya di sesuaikan dengan
jenis sampel yang ingin dipisahkan .larutan atau campuran larutan yang digunkan
dinamakan eluen .semakin dekat kepolarannya antara sample dengan eluen
dengan sample maka sample akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut zat
yang akan dipisahkan dinamakan elusi .sedangkan hasil dari pemisahan dinamkan
eluen .

Fase diam (fase stesioner)adalah suatu komponen yang paling penting


dalam proses kromatografi karena adanya intruksi dengan fase diamlah terjadi
perbedaan waktu resensi atau sering disebut RF dan terpisahkan komponen suatu

19
senyawa analis termasuk asam amino .Fase diam dapat berupa bahan padat atau
proses (berpori)dalam bentuk molekul hasil atau cairan yang umumnya dilapiskan
pada padatan pendukung.

Fase gerak(fase mobile)merupakan pembawa analit(asam amino)dapat


bersifat iner ataupun berintruksi dengan analit tersebut . Fase gerak dapat berupa
bahan cair dan dapat juga berapa gas irut sebagai carier gas senyawa gas senyawa
mendidih menguap (Volatil)

Parasetamol atau asetaminofet adalah turunannya para mino phenol


memiliki khasiat sebagai analgesik antipiretik dan aktifiks antiradang yang lemah
.paracetamol merupakan analgesik no_apload sering di coba pertama untuk
pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala hipertensi

Dalam percobaan ini dilakukan beberapa tahapan,yaitu penyiapan


pengembangan kromatografi .penotolan sampel ,elasi dengan bebrapa larutan
.serta perhitungan nilai RF .Adapun langkah pertama dilakukan dengan
mengambil sampel yaitu noda dua sampel yang pertama ,parasetamol dan yang
kedua campuran parasetamol dan caffeine .sampel tersebut diambil dan diletakkan
masing-masing dikaca arloji lalu dilarutkan dengan pelarut yang sebelumnya
disebut yaitu eluen terdiri dari methanol ,air.amonia dalam 50ml denagn
perbandingan (70:29:1)lalu sampel tersebut dilarutkan.

Selanjutnya sampel ditotolkan pada plat KLT yang sebelumnya sudah


dibuat tanda batas pada plat dengan ukuran bawah 9,2cm dan jarak antara atas
tersebut yaitu dengan jarak 9,4cm.lalu sampel yang sudah d larutkan tadi di
totolkan pada plat KLT .lalu eluen yang sudah dibuat dimasukkan kedalam
chamber dan dimsukkan plat KLT kedalam chamber tersebut ,yang sebelumnya
eluen yang berada didalam telah dijenuhkan.fungsi penjenuhan eluen ini untuk
meratakan tekanan uap eluen sehingga pengisi dapat diserap dan kerapatan dapat
mengoptimalkan proses pengubangan fase gerak

20
Ketika plat dimasukan kedalam chamber pelarut mulai membasahi plat dari
bawah hingga sampai pada tanda batas atas setelah ditunggu beberapa menit plat
yang sudah sampai tanda batas dikrluarkan dari dalam chamber .senyawa-
senyawa akan cenderung bergerak pada kepingan KLT mengikuti pergerakan
eluen atau campuran yang digunakan kemudian plat disemprot dengan reagen
dragondrof.fungsi dari penyemprotan dilakukan supaya jarak noda terlihat
sehingga nilai RFnya bias ditentukan

21
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan yang telah di lakukan dapat di


simpulkan sebagai berikut :

 Tekhnik pemisahan dengan kromatografi lapis tipis merupakan tekhnik


pemisahan kromatografi pianar dimana zat-zat dipisahkan berdasarkan
perbedaan migrasi solute (zat terlarut antara fase diamnya).
 Kromatografi lapis tipis adalah cara pemisahan berdasarkan fase gerak
dan fase diam
 Fungsi plat KLT pada percobaan ini adalah sebagai fase diam yaitu
penyerapan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Bonnett,wenberg Alan,2002,Kaffein : Manfaat tak terduga caffeine. Penerbit


Qanita : Bandung.
Deinstrop,2007.Kimia organik. Solid 1.Erlangga : Jakarta. Ganjar dan Rohman .
2009.Analisa Anorganik kualitatif. PT. Kalman media pustaka :
Jakarta.
Munson.1991.Organik chemistery. Terjemahan Ahadiana Pudja Admaka dan
L.Sugiono. Badan penerbit Universitas di ponegoro : Semarang.
Sarkur . D. Satyant.2009.Kimia untuk Mahasiswa Farmasi Pustaka Pelajar :
Yogyakarta.
Supatman.1982.Elektrokimia dan kinetika Kimia . PT citra Aditra Bakti : Jakarta.

23
LAMPIRAN

Perhitungan nilai RF :

Jarak yang di tempuh senyawa terlarut =9,4 cm

Jarak yang di tempuh pelarut =9,2 cm

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


RF= 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

9,4𝑐𝑚
 Campuran RF= =0,613
15𝑐𝑚
9,4𝑐𝑚
 Baku RF= 15𝑐𝑚 =0,626

Eluen yang digunakan dalam 10ml

Metanol : Aquadest : Amonia


70 : 20 : 1

70
Metanol : 100 x 10 = 7ml

29
 Aquadest :100 x 10 =2,9ml
1
 Amonia 100 x 10 = 0,1 ml

24
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan identifikasi klorida epoksida dan diazepam, yang


menggunakan plat sebagai fase gerak dan dilakukan dengan penotolan dua arah
yaitu arah vertikal dan horizontal. Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk
mengidentifikasi klorida epoksida dan diazepam, yang menggunakan eluen
kloroform:metanol(9:1) dengan menggunakan metode KLT dua dimensi. Dari
hasil percobaan yang dilakukan diperolehlah nilai Rf dari dua arah, nilai Rf
dengan arah Vertikal 0,8 cm dan nilai Rf dengan arah Horizontal 0,76 cm.

Kata kunci : Diazepam, klorida epoksida, plat KLT, KLT dua dimensi.

25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

KLT dua dimensi dilakukan dengan cara penotolan sampel di salah satu
sudut lapisan lempeng tipis dan di pindahkan dari chamber menuju eluen di
biarkan menguap dari lempeng . selanjutnya lempeng di msukkan ke dalam
chamber yang menggunakan eluen kedua sehingga pengembangan menuju eluen
di biarkan menguap dari lempeng. Selanjutnya lempeng di masukkan ke dalam
chamber menggunakan eluen kedua sehingga pengembangan dapat terjadi pada
arah kedua yang tegak lurus dengan arah pngembangan yang pertama.
Berhasilnya pemisahan bergantung pada kemampuan untuk memodifikasi
selektifitas eluen kedua di bandingkan dengan selektifitas yang pertama.
Diazepam mempunyai aktifitas antiseptic yang bermanfaat. Senyawa ini bekerja
pada SINAP GABA (Gamma Amino Batgric Acid). Akan tetapi tempat kerja
dalam mengurangi selektifitas paling tidak terpisah dari kordasenalis karena
diazepam terbukti efektif pada pasien yang mengalami kengan otot pada semua
bagian tubuh.
Bentol diazepama adalah suatu obat yang termasuk dalam golongan
hipnotik sedative yang sangat penting . smua struktur yang di tujukan adalah 1,4
benzediapin dan sebagian besar mengandung grup karbohidat samida di dalam
struktur cincin heterosiklik dengan 7 anggota . salaha satu substitusi di dalam
posisi 7, seperti halogen atau nitro adalah di butuhkan untuk aktifitas sedative
hipnotik , sedative hipnotika yang lebih baru di tandai sebagai usaha untuk
menghindari sifat-sifat yang tidak di gunakan dari karbohidrat termasuk
potensinya yang menyebabkan ketergantungan psikologis dan fisiologi bagi
pemakainya
1.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi mekanisme
kerja KLT dua dimensi dan menghitung RF dari jarak tempuh suatu benda

26
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Diazepam mempunyai aktifitas anti septik yang bermanfaat bermanfaat.


Senyawa ini bekerja pada SINAP GABA (Gamma Amino Batgric Acid). Tetapi
tempat kerja dalam mengurangi spasitas paling tidak terpisah dari kordasnalis,
karena diazepam terbukti efektif pada yang mengalami kejang otot hamper pada
semua bagian tubuh atau trauma tubuh otot local. (standal,1985)

Dalam struktur cincin heterosiklik dengan 7 anggota. Salah satu substitusi di


dalam posisi 7 tersebut seperti halnya halogen atau nitro sangat di butuhkan
untuk aktifiats sedative hipnotika adalah motivasi untuk mengembangkan
benzodiazepine dan sedative hpnotika yang lebih baru di tandai sebagai usaha
untuk menghindarkan sifat-sifat yang tidak di inginkan dari barbiturat
menghindarkan sifat-sifat yang tidak di ingikan dari barbiturate termasuk
potensinya yang menyebabkan ketergantungan phisologis dan fisikologis pada
pemakainnya transfer sedative hipnotik darah merupakan proses dimana molekul-
molekul obat termasuk ke dalam jaringan pada kecepatan yang tergantung pada
aliran darah (martin,1990)

27
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah plat KLT ,chamber
kaca, dan pinset
Bahan yang d gunakan pada percobaan ini adalah dengan diazepam, klorida
epoksida, dan eluen : pengelusi I dan II (eluen di tentukan oleh uji coba)
3.2. konstanta fisik
Tabel 3.1 konstanta fisik dan tinjauan keamnan
TD TL Tinjauan keamanan
Senyawa BM(g/mol) O
( C) (OC)
Obat anti cemas,serbuk hablur
Diazepam 284,7 384 134,5 putir

Klorida 36,463 110 -27 Korosif

(Sumber :farmakope Indonesia edisi : VII tahun 1996)

3.3. Prosedur Kerja

Klorida Epoksida Dan Diazepam

 Di jenuhkan chamber I dan II dengan eluen pengelusi I dan II


 Di ambil sampel klorida epoksida dan diazepam dapa plat KLT dengan
arah vertical
 Di masukkan ke dalam chamber I sampai garis atas
 Di keluarkan Dari chamber dan di keringkan
 Di ambil dan di totoli sampel klorida dan diazepam dengan arah
horizontal
 Di masukkan kembali ke plat KLT chamber II
 Di lihat fluorisensi dan nilai RF nya

28
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 data hasil pengamatan

No Sampel Jarak Noda Jarak noda RF arah

1 Diazepam 7 cm 8 cm 0,875 cm Vertikal

(Sumber : Laboratorium AKFARMA YHB, 16 November 2017)

4.2. Pembahasan

Kromatografi adalah proses pemisahan dalam berbagai wujud baik gas


padat maupun cair dengan di dasarkan pada perbedaan migrasi komponen-
komponen yang di pisahkan antara dua fase yaitu fase gerak dan fase diam.
Dimana fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair sedangkan fase gerak dan
fase diam diamana fase diam berupat zat padat atau cair sedangkan fase gerak
berupa zat cair atau gas. Fase diam adalah senyawa pelarut atau di sebut juga
dengan cairan pengelusi. Kromatografi berasal dari Bahasa yunani yang terdiri
dari dua kata yaitu cromas dan grapas yang berarti warna dan menulis, meskipun
kromatografi di turunkan dariwarna dan tulis kromatografi pertama kali di berikan
oleh Michael sweet. Seorang ahli dari botani rusia yang menggunakan
kromatografi untuk memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain pada extract
tanaman

Prinsip kromatografi itu sendiri adalah memisalkan zat-zat berdasarkan


percobaan kecepatanperembesan zat-zat di dalam campuran tersebut dalam satu
medium pelarut . dengan kata lain memisahkan campuran dengan kecepatan
migrasi komponen-komponen yang di pisahkan di antara dua fase yaitu fase diam
berupa zat padat atau cair dan fase gerak berupa zat cair atau gas. Terdapat
berbagai macam penggololongan metode kromatografi. Penggolongan di dasarkan
dengan fasenya dapat di bedakan menjadi :

29
Krmatografi gas-cair : bila fase gerak nya berupa gas dan fase diamnya
beupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang inert.

Kromatografi cair-cair :bila fase geraknya dari fase diamnya berupa cairan
yang di lapiskan pada permukaan padatan yang inert

Kromatografi cair-padat :bila fase geraknya berupa cair, sedangkan fase


diamnya berupa padatan yang inert.

Pemisahan yang tidak ada dalam kromatografi di laksanakan sedemikian


rupa dengan memanipulasi sifat-sfat fiasik umum dari suatu senyawa yaitu:

 Kecenderungan suatu molekul untuk larut dalam cairan


 Kandungan suatu molekul untuk menguap (volalitas)
 Kecenderungan suatu molekul untuk larut dengan serbuk suatu bahan
padat

Kromatografi lapis tipis adlah absorbs dimana merupakan analisis kualitatif


dari suatu sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-
komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolarannya, komponen dan
komposisi aktif sedian aobat. Namun di dalam KLT masih terdapata beberapa
kekurangan dan kelebihan , keuntungan dari KLT dua dimensi adalah untuk
mendapatakan resolusi baik dari hasil KLT, memfokuskan zona pemisahan, KLT
dua dimensi potensi pemisahan 150-300 komponen senyawa kimia

Diazepam adalah obat termasuk golongan hipnotik. Senyawa ini bekerja


pada SINAP GABA (Gamma Amino Badgric Acid) tetapi tempat kerja dalam
mengurangi obat ini di gunakan pada pasien yang mengalami kejang otot hamper
semua bagian tubuh atau trauma otot local. Rumus dan struktur dari diazepam
adalah.

BAB IV
KESIMPULAN

30
Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan dapat di Tarik kesimpulan :

 Pemisahan yang telah di lakukan di peroleh hasil yang sempurna


 Noda pengelusi I dan II terlihat dnegan jelas
 Eluen yang di pakai adlaah kloroform dan methanol 9:1
 Nilai RF yang di dapat adalah 0,875cm dengan arah vertical

DAFTAR PUSTAKA

31
Martin,afred dkk 1990 farmasi fisik UI press:Jakarta

Standal, egon 1985 Metode pemisahan UGM Press: Jakarta

LAMPIRAN

32
Jarak 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ noda
Rumus RF =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

7 𝑐𝑚
Diazepam RF =
8 𝑐𝑚

= 0,875 cm

Eluen yang digunakan dalam 50 ml kloroform dan methanol perbandingan 9:1


1
Methanol = x 50 ml = 5
10

9
Kloroform = 10X 50 ml = 45

ABSTRAK

33
Telah dilakuan percobaan pemisahan campuran denga kromatografi
kolom, yang menggunakan silika gel sebagai kolom kromatografi dalam
pemisahan ekstrak. Tujuan dilakukannya percobaan ini untuk mengetahui cara
pemisahan dari suatu campuran. Eluen yang digunakan yaitu DCM : Metanol
(9:1), DCM : Metanol (8:2),DCM : Metanol (7:4),DCM : Metanol (6:5),DCM :
Metanol (5:5) yang dilakukan sebanyak 5 kali fraksi dengan menggunakan
metode kolom kromatografi. Dari hasil percobaan yang dilakukan ditampung
ekstrak pada tabung reaksi sampai didapati larutan berwarna putih dan kemudian
dilakukan penotolon noda pada plat KLT tetapi tidak mendapatkan hasil hal ini
disebabkan karena terjadi keretakan silica gel yang ada pada kolom.

Kata kunci : ekstrak daun jambu air, silica gel,kolom kromatografi.

BAB I
PENDAHULUAN

34
1.1. Latar Belakang

Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul


campuran antara dua atau lebih. Tipe-tipe kromatografi adalah absorbs,
kromatografi partisi cairan dan dan petukaran ion. System utama yang digunakan
dalam kromatografi menggunkan alas atau bergerak misalnya kromatografi kolom
prinsip kerja kroamtograafi kolom dengan adanya perbedaan daya setiap masing
masing komponen campuran yng akan di uji di larutkan dalam sedikit pelarut lalu
di masukkan lewat puncak kolom dan di biarkan mengalir ke dalam zat penyerap
senyawa non polar terserap lebih lama dan turun lebih cepat zat yang terserap dari
larutan secara sempurna oleh bahan penyerap beberapa pita masing-masing zat
akan bergerak turun dengan kecepatan khsuus sehingga terjadi pemisahan kolom

Dalam kromatografi kolom, amaka terdapata volume yang cukup berarti


dari fase diam, relative kecil sehingga dari fase gerak yang meninggalkan
kolom,keadaan puncak maksimum zat-zat terlarut mencapai maximum ketika
meninggalkan klom keadann puncak makasimum zat terlarut di capai pada satt
separuh zat terlarut sudah dengan volum retensi V dan separuh lainnya, metode
pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia yang lumayan
banyak

1.2. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pemisahan suatu
campuran dengan kromatografi kolom

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

35
Prinsip kerja kromatografi dengan adanya perbedaan daya setiap masing-
masing komponen pelarut lalu di masukkan lewat puncak kolom dan di biarkan
mengalir kedalam zat penyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap dari
larutan kuat sehingga lebih lembut dari senyawa yang lebih lembut dari senyawa
non polar terserap lebih lemah, dan turun lebih cepat, zat yang diserap dari larutan
secara sempurna oleh bahan penyerap berapa pita masing masing zat akan
bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan kolom
(martin,1990)
Dalam kromatografi kolom, amak terdapat volume yang cukup berate dari
fase gerak yang meninggalkan kolom pada saat jumlah zat terlarut sudah
mencapai maximum ketika meninggalkan kolom. Keadaan puncak maksimum zat
terlarut dicapai pada saat separuh zat terlarut sudah terelusi dengan volume
rertensi V dan separuh lainnya , metode pemisahan kromatografi kolom ini
memerlukan bahan kimia yang cukup banyak fase diam dan fase gerak gantung
pada ukuran kolom gelas (khopkar,1992)
Ukuran diameter parikel yang cukup besar membuat luas permukaan fase
diam relative kecil sehingga tempat untuk berinteraksi antara komponen-
komponen dengan fase diam menjadi terbatasapabila ukuran diameter partikel di
perkecil supaya luas permukaan fase diambertambah menyebabkan semakin
lambatnya aliran fase gerak atau fase fase gerak tidak dapat mengalir sama sekali,
selain itu fase diam yang sudah terpakai tidak dapat diguanakn lagi untuk
pemisahan campuran yang lain Karen sukar meregenerasi fase diam
(hendayana,2006)

BAB III
METODELOGI PERCOBAAN

36
3.1. Alat dan bahan

Alat yang digunakan yaitu : kolom terbuka (kolom gravitasi) dan


Erlenmeyer

Bahan-bahan yang di gunakan yaitu: K2CR2O 2 yaitu 0,5gram KMNO4


sebanyak 0,5gram, air, dan silica gel GF 254 (agak kasar)

3.2. Konstanta Fisik

Tabel 3.1 konstanta fisik dan tujuan kemanan

Senyawa BM(g/mol) TD(oC) TL(oC) Tinjauan Keamanan

K2CR2O7 294 162 634 Sangat reaktif dalam air,


korosif

KMNO4 297,12 32,25 2,83 Larut dalam


methanol,berbahaya

H2O 18 100 0 Tidak berbahaya,pelarut


murni

(sumber:farmakope Indonesia edisi VII,tahun 1996)

3.3. Cara kerja


 Disiapkan alat kromatografi kolom terbuka pada statif
 Didispersikan silica gel dalam air, lalu di tuang pada kolom terbuka
 Diletakkan sampel di atas silica gel
 Dipenuhi kolom dengan air secara perlahan-lahan
 Ditampung hasil pemisahanpada botol 50cc
 Dilihat nilai RF apda hasil pemisahan di KLT
 Di catat hasilnya

BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Penagamatan

37
Tabel 4.1 data hasil pengamatan

NO Sampel pengelusi Perbandingan

Ekstrak daun
1 DCM:metanol 9:1
jambu biji

Ekstrak daun
2 DCM:metanol 8:2
jambu biji

Ekstrak daun
3 DCM:metanol 7:3
jambu biji

Ekstrak daun
4 DCM:metanol 6:4
jambu biji

Ekstrak daun
5 DCM:metanol 5:5
jambu biji

(sumber:Laboratorium AKAFARMA YHB, 23 November 2017)

4.2. Pembahasan

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan


kecepatan pelambatan komponen dalam medium tertentu. Uraian mengenai
kromatografi pertama kali di jealskan oelh Michael swett. Seorang ahli botani
rusia yang melakukan pemisahan klorofil dan pigmen-pigmen lain dan extract
tanaman menggunakan kromatografi kolom yang berisi dengan kalsium
karbonat, kromatografi kolom bertujuan untuk punsikasi dan isolasi komponen
dan suatu campurannya metode pembuatan kolom bertujuan untuk metode kering
dan basah. Kromatografi juga suatu metode analait untuk pemurnian senyawa dan
pemisahan senyawa-senyawa organik dan a norganik kromatografi merupakan
teknik pemisahan campuran yang berdasarkan kecepatan perambatan komponen
dalam medium tertentu komponen-komponen campuran tersebut di antara dua
fase yaitu fase diam berupa zat padat yang tidak aktif . maka dikenal dengan
istilah kromatografi penyerapan (absorphien crhomatografi) bila fase diam berupa
cair maka teknik ini di sebut kromatografi pembagian

38
Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi adalah:

1. Dapat digunakan untuk sampel kosntituen yang sangat kecil


2. cukup selektif terutama untuk senyawa-senaywa organic
3. murah dan sederhana kaerena pada umum nya tidak memerlukan alat
yang mahal dan rumit
4. proses pemisahan dalam kromatografi kolom dilakukan dalam waktu
yang relative singkat

Metode pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia yang


relative cukup banyak sebagai fase diam dan fase bergerak tergantung pada
ukuran kolom gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan morfologi
kromatografi kolom di perlukan waktu yang cukup lama, biasanya berjam jam
hanya untuk campuran selain itu hasil pemisahan kurang jelas artinya kadang-
kadang sukar mendapatkan pemisahan secara sempurna karena pita komponen
yang bertumpang tindih dnegan komponen yang lain termasuk pad acara
pemisahan cair padat,substrat padat bertindak sebagai fase diam yang sifatnya
tidak larut dalam feses cair

Sedangkan fase gerak adlaah fase yang bergerak adlaha cairan atau pelarut
yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom pemisahan
bergantung pada kesetimbangan yang berbentuk pada bidang antar muka diantara
butiran-butiran adsorben dan fase gerak serta kelarutan relative komponen pada
fase geraknya pada kromatografi adsorbs besarnya di tuangkan ke dalam lapisan
ini biasanya di tutupi dengan lapisan organic dari kecepatan baru di tambahkan
eluen

Sebagian besar prinsip pemisahn kromatografi kolom berdasarkan pada


afinitas kepolaran analit dengan fase diam sedangkan fase gerak selalu memiliki
kepolaran yang berbeda dengan fase diam ada percobaan kali ini di dapatakan dari
hasil pengijian pada extrak daun yaitu authorium dari tabung 1 sampai tabung 8 di
acatat hasil jarak nya noda ialah 7,8 cm nilai pelarut ialah 8,5 cm dari nilai Rfnya
0,92

39
BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dapat di ambil kesimpulan bahwa :

1.Dari percobaan kolom yang dilakukan tidak mendapatkan hasil karena


silika yang ada dalam kolom retak sehingga hasilnya tidak maksimal

40
2.Pada percobaan ini mneggunakan metode kromatografi kolom.
3. Pelarut/ eluen yang digunakan adalah DCM : Metanol (9:1), DCM :
Metanol (8:2),DCM : Metanol (7:4),DCM : Metanol (6:5),DCM :
Metanol (5:5) yang dilakukan sebanyak 5 kali.

DAFTAR PUSTAKA

Martin, afred dkk, 1990 farmafisik, UI press :Jakarta

Hendayana, 2002 metode pemisahan UGM press: Jakarta

Khopkar, 1992 konsep dasar kromatografi lapis tipis UI press:jakartaa

41
LAMPIRAN

42
43

Anda mungkin juga menyukai