Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia

dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat

penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut

bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya.

Kromatografi kertas termasuk dalam kelompok kromatografi planar, dimana

pemisahannya menggunakan medium pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar)

yaitu benuk kertas. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau

cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir

melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama.

Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.

Kromatografi kertas merupakan analisis kromatografi dengan kertas sebagai

penyerap selektif dapat sebagai sobekan kertas yang bergantung dalam larutan contoh atau

sebagai lingkaran yang pada pusatnya ditempatkan larutan yang akan dianalisis. Berdasarkan

uraian di atas, maka pembahasan berikut akan membahas tentang cara pemisahan dan

menentukan pigmen warna dengan metode kromatografi kertas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada percobaan ini

adalah:

1. Bagaimana cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas?

2. Bagaimana menentukan pigmen warna dalam tinta dengan metode kromatografi kertas?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah:


1. Mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas.
2. Menentukan pigmen warna dalam tinta dengan metode kromatografi kertas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah kromatografi berasal dari kata latin chroma berarti warna dan graphien berarti

menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tsweet (1903) seorang ahli

botani dari Rusia. Michael Tsweet dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan

pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium

karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses

pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium

karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang

terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak

tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan

kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut

dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008, hal: 137).

Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase

gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-

molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap. Pada kromatografi

kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven

di dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas

dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke

bawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai

bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu

hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas

dengan kecepatan yang berbeda, untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila

senyawa berwarna, tentu saja noda-nodanya dapat terlihat. Distribusi dapat terjadi antara fase

cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase

cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase
cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan
tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Kromatografi Kertas,

2010).

Teknik kromatografi kertas yaitu proses pengeluaran asam mineral dari kertas disebut

desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 2 3

cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas

dikeringkan, diletakkan diruang yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang

sesuai. Penjenuhan dapat dilakukan 24 jam sebelum analisis. Descending adalah salah satu

teknik di mana cairan dibiarkan bergerak menuruni kertas akibat gravitasi. Pada teknik

ascending, pelarut bergerak ke atas dengan gaya kapiler. Nilai Rf harus sama baik pada

descending maupun ascending. Sedangkan yang ketiga dikenal sebagai cara radial atau

kromatografi kertas sirkuler. Kondisi-kondisi berikut harus diperhatikan untuk memperoleh

nilai Rf yang reprodusibel. Temperatur harus dikendalikan dalam variasi tidak boleh lebih

dari 0,5oC. Kertas harus didiamkan dahulu paling tidak 24 jam dengan atmosfer pelarutnya,

agar mencapai kesetimbangan sebelum pengaliran pelarutnya pada kertas. Dilakukan

beberapa pengerjaan yang parallel, Rfnya tidak boleh berbeda lebih dari 0,02 (Khopkar,

2008, hal: 163).

Suatu atomiser umumnya digunakan sebagai reagent penyemprot bila batas

permukaan pelarut dan zat terlarut dalam kertas ingin dibuat dapat dilihat. Atomiser yang

halus lebih disukai. Gas-gas juga dapat digunakan sebagai penanda bercak, untuk karbohidrat

notasi Rg digunakan untuk menggantikan Rf. Setelah penandaan bercak batas permukaan,

selanjutnya dapat dilakukan analisis kolorimetri atau spektroskopi reflektansi bila sampel

berupa logam. Materi yang terdapat di dalam kertas dapat ditentukan secara langsung dengan

pelarutan. Kromatografi kertas selain untuk pemisahan dan analisis kuantitatif, juga sangat

bermanfaat untuk identifikasi. Hal ini dapat dilakukan misalkan dengan membuat grafik

antara Rm terhadap jumlah kation dalam suatu deret homolog, maka memungkinkan untuk

mengidentifikasi suatu anggota deret homolog (Khopkar, 2008, hal: 163).

Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat

untuk mengalirnya fase gerak. Berbagai macam kertas yang secara komersial tersedia adalah
whatman 1, 2, 31 dan 3 MM, kertas asam asetil, kertas kieselgurh, kertas silikon dan kertas
penukar ion juga digunakan. Tersedia juga kertas selulosa murni, kertas selulosa yang

dimodifikasi dan kertas serat kaca. Zat-zat hidrofobik dapat dipisahkan pada kedua jenis

kertas terakhir ini. Kertas asam asetil atau kertas silikon dapat digunakan untuk zat-zat

hidrofobik, sedangkan untuk reagent yang korosif, kertas serat kaca dapat digunakan. Untuk

memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan,

difusivitas pembentukan spot, efek tailing dan pembentukan komet serta laju pergerakan

pelarut terutama untuk teknik descending (Khopkar, 2008, hal: 161 162).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/ Tanggal : Kamis/ 21 November 2013

pat : Laboratorium Kimia Analitik

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Chamber 3 buah

b. Pipet skala 10 mL 2 buah

c. Bulp 2 buah

d. Gelas piala 400 mL 2 buah

e. Gelas piala 300 mL 1 buah

f. Penotol 3 buah

g. Penggaris 2 buah

h. Pensil 2 buah

i. Botol semprot 1 buah

2. Bahan

a. Aquades (H2O)

b. Aluminium foil

c. Etanol : kloroform (1:1)

d. Etanol : kloroform (1:4)

e. Etanol : kloroform (4:1)

f. Tissue

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah:

1. Menyiapkan chamber lalu mengisi dengan larutan fase geraknya (eluen) yaitu campuran

etanol : kloroform (1:1) sebanyak 20 mL.

2. Pada kertas kromatogram dibuat tiga noda tetesan (spot) dari sampel tinta (ungu, merah dan
biru) dengan jarak yang sama dalam satu garis lurus sekitar 2 3 cm dari batas kertas.
3. Memasukkan kertas kromatogram ke dalam chamber, lalu menutup chamber tersebut.

4. Proses pemisahan komponen pigmen warna dari sampel berlangsung sekitar 1 jam, hasil

pemisahan diamati serta dicatat

5. Menghitung besarnya nilai Rf dari masing-masing sampel hasil pemisahan, mencatat juga

warna noda pada masing-masing sampel.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Perbandingan etanol dan kloroform (1:1)

2.
No Warna noda Jarak noda Jarak pelarut
1. Ungu 3,0 cm 7,7 cm
2 Merah 2,9 cm 7,8 cm
3. Biru 2,8 cm 7,7 cm

Perbandingan etanol dan kloroform (1:4)


No Warna noda Jarak noda Jarak pelarut

1. Ungu 3,5 cm 7,5 cm


2 Merah 3,3 cm 7,2 cm
3. Biru 3,4 cm 7,4 cm
3. Perbandingan kloroform dan metanol (4:1)

No Warna noda Jarak noda Jarak pelarut


1. Ungu 0,6 cm 7,0 cm
2 Merah 0,9 cm 7,0 cm
3. Biru 0,6 cm 7,0 cm

C. Pembahasan

Pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode

kromatografi kertas dan memisahkan pigmen warna pada tinta dengan metode kromatografi

kertas. Dalam hal ini tinta warna merah, ungu dan biru yang dijadikan sebagai sampel yang

akan dipisahkan oleh pelarut cair yaitu kloroform etanol (C2H5OH):(CHCl3) dengan nilai

perbandingan 1:1, 1:4 dan 4:1. Etanol:kloroform dimasukkan ke dalam chamber sebanyak 20

mL yang berfungsi sebagai pelarut nonpolar pada kromatografi kertas. Setelah itu pada kertas

saring dibuat garis pada jarak 3 cm dari salah satu sisinya yang berfungsi sebagai pembatas
ketika kertas saring dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut. Selanjutnya
memberikan tiga sekat pada kertas saring dan menotolkan tinta berwarna ungu, merah dan

biru ke masing-masing antara sekat yang telah dibuat, dalam hal ini tinta berwarna berfungsi

sebagai zat yang akan dipisahkan pigmen warnanya pada setiap tinta. Setelah itu meletakkan

kertas saring ke dalam chamber yang telah disediakan dengan sisi plat yang mengandung

tetesan-tetesan zat pada bagian bawah dan menjaga agar tetesan-tetesan tidak tercelup ke

dalam pelarut, lalu menutup chamber. Setelah permukaan pelarut berjalan hingga bagian

dari tinggi kertas saring tersebut, lalu mengeluarkan kertas saring dari chamber dan memberi

tanda permukaan pelarut serta noda-noda yang terbentuk pada kertas saring dengan

menggunakan pensil yang berfungsi untuk mengetahui nilai Rf dari tiap noda yang terbentuk

dari hasil pengukuran perbandingan antara panjang noda dan pelarutnya.

Berdasarkan data yang diperoleh, nilai Rf dari tiap noda yang terbentuk yaitu, untuk

tinta ungu dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:1) membentuk noda ungu dengan

nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,389. Pada tinta merah dengan perbandingan eluen etanol :

kloroform (1:1) membentuk noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,372. Pada

tinta biru dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (1:1) membentuk noda biru dengan

nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,364. Pada tinta ungu dengan perbandingan eluen etanol :

kloroform (1:4) membentuk noda ungu dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,466. Pada tinta

merah dengan perbandingan etanol : kloroform (1:4) membentuk noda merah dengan nilai Rf

yang diperoleh yaitu 0,458. Pada tinta biru dengan perbandingan eluen etanol : kloroform

(1:4) membentuk noda biru dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,459. Pada tinta ungu

dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (4:1) membentuk noda ungu dengan nilai Rf

yang diperoleh yaitu 0,085. Pada tinta merah dengan perbandingan eluen etanol : kloroform

(4:1) membentuk noda merah dengan nilai Rf yang diperoleh yaitu 0,128. Pada tinta biru

dengan perbandingan eluen etanol : kloroform (4:1) membentuk noda biru dengan nilai Rf

yang diperoleh yaitu 0,085. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin panjang ukuran

noda pada setiap zat maka semakin besar pula nilai Rf yang diperoleh sebab panjang ukuran

noda berbanding lurus dengan nilai Rf. Nilai Rf yang berbeda-beda tergantung pada noda-
noda yang tampak karena noda-noda yang timbul pada kertas saring memiliki jarak masing-
masing yang tidak akan sama dengan jarak noda yang lain dibagi dengan jarak pelarut (eluen)

yang digunakan, dalam hal ini nilai pelarut yang baik berdasarkan teori yaitu akan

menghasilkan nilai Rf antara 0,5 sampai 0,8. Dapat diketahui dari percobaan bahwa nilai Rf

yang baik terdapat pada pelarut (eluen) etanol : kloroform (1:4) karena perbandingan eluen

yang terbanyak yaitu kloroform yang memiliki sifat non polar yang mampu mengikat noda

yang memiliki sifat non polar sehingga menyebabkan noda akan naik hampir bersamaan

dengan eluennya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah:

1. Mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kertas yaitu memasukkan kertas

saring yang telah diteteskan noda-noda ke dalam chamber yang berisi eluen, lalu beberapa

saat kemudian pelarut dan noda-noda akan naik berdasarkan gaya kapiler dengan

memisahkan komponen-komponennya.

2. Memisahkan pigmen warna dalam suatu cuplikan dengan metode kromatografi kertas dengan

perbandingan Rf yang berbeda-beda yaitu pada etanol: kloroform (1:1) memiliki warna ungu,

merah, biru dan nilai Rf secara berurutan yaitu 0,389; 0,372; 0,364. Pada etanol: kloroform

(1:4) memiliki warna ungu, merah, biru dan nilai Rf secara berurutan yaitu 0,466; 0,458;

0,459. Pada etanol: kloroform (4:1) memiliki warna ungu, merah, biru dan nilai Rf secara

berurutan yaitu 0,085; 0,128; 0,085.

B. Saran

Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya dapat mengganti pelarut

etanol:kloroform dengan pelarut etanol:benzena yang volumenya sama agar dapat

membandingkan seberapa cepat pelarut dapat memisahkan komponen-komponen tiap noda

yang terbentuk.
Pelaksanaan kromatografi kertas

Latar belakang

Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-


komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang sama.

Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung
pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan
membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang
berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Kita akan melihat alasannya pada
halaman selanjutnya.

Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase gerak
adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.

Kromatogram kertas

Anda mungkin telah menggunakan kromatografi kertas sebagai salah satu hal pertama yang
pernah anda kerjakan dalam bidang kimia untuk pemisahan, misalnya campuran dari
pewarna-pewarna yang menyusun warna tinta tertentu. Ini merupakan contoh yang mudah,
mari memulai dari hal itu.

Anggaplah anda mempunyai tiga pena biru dan akan mencari tahu dari tiga pena itu, yang
mana yang digunakan untuk menulis sebuah pesan. Sampel dari masing-masing tinta
diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna larut
dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di teteskan pada garis
yang sama. Dalam gambar, pena ditandai 1, 2 dan 3 serta tinta pada pesan ditandai sebagai
M.

Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada bercak
diatasnya. Gambar berikutnya tidak menunjukkan terperinci bagaimana kertas di gantungkan
karena terlalu banyak kemungkinan untuk mengerjakannnya dan dapat mengacaukan gambar.
Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan
klip kertas pada bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri
pada bawah wadah.

Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia
terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap
menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas.
Karena pelarut bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran tinta akan bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan
pada perbedaan bercak warna.

Gambar menunjukkan apa yang tampak setelah pelarut telah bergerak hampir seluruhnya ke
atas.

Dengan sangat mudah dijelaskan melihat dari kromatogram akhir dari pena yang ditulis pada
pesan yang mengandung pewarna yang sama dengan pena 2. Anda juga dapat melihat bahwa
pena 1 mengandung dua campuran berwarna biru yang kemungkinan salah satunya
mengandung pewarna tunggal terdapat dalam pena 3.

Nilai Rf

Beberapa senyawa dalam campuran bergerak sejauh dengan jarak yang ditempuh pelarut;
beberapa laiinya tetap lebih dekat pada garis dasar. Jarak tempuh relative pada pelarut adalah
konstan untuk senyawa tertentu sepanjang anda menjaga segala sesuatunya tetap sama,
misalnya jenis kertas dan komposisi pelarut yang tepat..

Jarak relative pada pelarut disebut sebagai nilai Rf. Untuk setiap senyawa berlaku rumus
sebagai berikut:

Rf=jarak yang ditempuh oleh senyawa


jarak yang ditempuh oleh pelarut

Misalnya, jika salah satu komponen dari campuran bergerak 9.6 cm dari garis dasar,
sedangkan pelarut bergerak sejauh 12.0 cm, jadi Rf untuk komponen itu:
Dalam contoh kita melihat ada beberapa pena, tidak perlu menghitung nilai Rf karena anda
akan membuat perbandingan langsung dengan hanya melihat kromatogram.

Anda membuat asumsi bahwa jika anda memiliki dua bercak pada kromatogram akhir dengan
warna yang sama dan telah bergerak pada jarak yang sama pada kertas, dua bercak tersebut
merupakan senyawa yang hampir sama. Hal ini tidak selalu benar. Anda dapat saja
mempunyai senyawa-senyawa berwarna yang sangat mirip dengan nilai Rf yang juga sangat
mirip. Kita akan melihat bagaimana anda menemukan masalah itu pada penjelasan
selanjutnya.

Bagaimana halnya jika substansi yang anda ingin identifikasi tidak berwarna?

Dalam beberapa kasus, dimungkinkan membuat bercak menjadi tampak dengan


mereaksikannya dengan beberapa pereaksi yang menghasilkan produk yang berwarna.
Contoh yang baik yaitu kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.

Anggaplah anda mempunyai campuran asam amino dan ingin memisahkan asam amino
tertentu yang terdapat dalam campuran. Untuk menyederhanakan, mari berasumsi bahwa
anda telah mengetahui kemungkinan campuran hanya mengandung lima asam amino yang
umum.

Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis dasar kertas, dan dengan cara yang sama
ditempatkan asam amino yang telah diketahui diteteskan disampingnya. Kertas lalu
ditempatkan dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar,
campuran adalah M, dan asam amino yang telah diketahu ditandai 1 sampai 5.

Posisi pelarut depan ditandai dengan pinsil dan kromatogram lalu dikeringkan dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan
senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu.

Gambar di sebelah kiri menunjukkan kertas setelah dilalui pelarut hampir pada bagian atas
kertas. Bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang mungkin tampak
setelah penyemprotan ninhidrin.
Tidak diperlukan untuk menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat
membandigkan bercak dalam campuran dengan asam amino-asam amino yang telah
diketahui berdasarkan posisi dan warnanya.

Dalam contoh ini, campuran mengandung asam amino yang diberi tanda 1, 4 dan 5.

Bagaimana jika campuran mengandung asam amino lain selain dari asam amino yang anda
gunakan untuk perbandingan? Akan terdapat bercak dalam campuran yang tidak sesuai dari
asam amino yang telah diketahu. Anda harus mengulangi percobaan menggunakan asam
amino-asam amino sebagai bahan perbandingan.

Kromatografi kertas dua arah

Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan
substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa.

Saya akan kembali membicarakan tentang senyawa-senyawa berwarna karena lebih mudah
melihat apa yang terjadi. Ada dapat mengerjakannya secara sempurna hal ini dengan
senyawa-senyawa yang tidak berwarna tetapi anda harus menggunakan banyak imajinasi
dalam menjelaskan apa yang terjadi !

Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang ditempatkan kedepan
dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah
sampai pelarut mendekati bagian atas kertas.

Dalam gambar, posisi pelarut ditandai dengan pinsil sebelum kertas kering. Posisi ini ditandai
sebagai SF1 yaitu pelarut depan untuk pelarut pertama. Kita akan menggunakan dua pelarut
yang berbeda

Jika anda melihatnya lebih dekat, anda dapat melihat bahwa bercak pusat besar dalam
kromatogram sebagian biru dan sebagian hijau. Dua pewarna dalam campuran memiliki nilai
Rf yang hampir sama. Tentunya, nilai-nilai ini bisa saja sama, keduanya memiliki warna yang
sama; dalam hal ini anda tidak dapat mengatakan bahwa ada satu atau lebih pewarna dalam
dalam bercak itu.
Apa yang anda kerjakan sekarang adalah menunggu kertas kering seluruhnya, dan putar 90 o
dan perlakukan kromatogram kembali dengan pelarut yang berbeda.
Hal yang sangat tidak dipercaya bahwa dua bercak yang membingungkan akan memiliki nilai
Rf dalam pelarut kedua sama halnya dengan pelarut yang pertama, dengan demikian bercak-
bercak akan bergerak dengan jumlah yang berbeda.
Gambar berikutnya menunjukkan apa yang mungkin terjadi pada berbagai bercak pada
kromatogram awal. Posisi pelarut kedua juga ditandai.

Tentunya anda tidak dapat melihat bercak-bercak dalam posisi awal dan akhir; Bercak-bercak
telah bergerak! Kromatogram akhir akan tampak seperti ini:

Kromatografi dua arah secara seluruhnya terpisah dari campuran menjadi empat bercak yang
berbeda.

Jika anda akan mengidentifikasi bercak-bercak dalam campuran, secara jelas anda tidak dapat
melaksanakannya dengan perbandingan substansi pada kromatogram yang sama seperti yang
kita lihat pada contoh sebelumnya menggunakan pena atau asam amino-asam amino. Anda
dapat berakhir dengan kekacauan pada bercak-bercak yang tanpa arti.

Meskipun demikian, anda dapat bekerja dengan nilai Rf untuk setiap bercak-bercak dalam
pelarut-pelarut, dan kemudian membandingkan nilai-nilai yang anda telah ukur dari senyawa
yang telah diketahui pada kondisi yang tepat sama.

Bagaimana kromatografi kertas bekerja?

Meskipun kromatografi kertas sangat mudah pengerjaannya, tetapi sangat sulit dijelaskan
apabila membadingkannya dengan kromatografi lapis tipis. Penjelasannya tergantung
tingkatan pemilihan pelarut yang anda gunakan, dan beberapa sumber untuk mengatasi
masalah secara tuntas. Jika anda telah pernah melakukannya, ini sangat membantu jika anda
dapat membaca penjelasan bagaimana kromatografi lapis tipis bekerja.Struktur dasar
kertas

Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu
glukosa.
Sangat menarik untuk mencoba untuk menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka
bahwa senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan
kertas. Dengan kata lain, akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi
lapis tipis dan kertas. Sayangnya, hal ini lebih kompleks daripada itu!

Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari atmosfer
sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Oleh karenanya, anda dapat
berpikir yakni kertas sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari
molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan.

Interaksi ini dengan air merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi
kertas.

Kromatografi kertas menggunakan pelarut non polar

Anggaplah anda menggunakan pelarut non polar seperti heksana untuk mengerjakan
kromatogram.

Molekul-molekul polar da;am campuran yang anda coba untuk pisahkan akan memiliki
sedikit atraksi antara akan memiliki sedikit atraksi untuk molekul-molekul air dan molekul-
molekul yang melekat pada selulosa, dan karena akan menghabisakan banyak waktunya
untuk larut dalam pelarut yang bergerak. Molekul-molekul seperti ini akan bergerak
sepanjang kertas diangkut oleh pelarut. Mereka akan memiliki nilai Rf yang relatif tinggi.

Dengan kata lain, molekul-molekul polar akan memiliki atraksi yang tinggi untuk molekul-
molekul air dan kurang untuk pelarut yang non polar. Dan karenanya, cenderung untuk larut
dalam lapisan tipis air sekitar serat lebih besar daripada pelarut yang bergerak.

Karena molekul-molekul ini menghabiskan waktu untuk larut dalam fase diam dan kurang
dalam fase gerak, molekul-molekul tidak akan bergerak sangat cepat pada kertas.

Kecenderungan senyawa untuk membagi waktunya antara dua pelarut yang tidak bercampur
(misalnya pelarut heksana dan air yang mana tidak bercampur) disebut sebagai partisi.
Kromatografi kertas menggunakan pelarut non-polar kemudian menjadi tipe kromatografi
partisi.

Kromatografi kertas menggunakan air dan pelarut polar lainnya


Waktu akan mengajarkan anda bahwa partisi tidak dapat dijelaskan jika anda menggunakan
air sebagai pelarut untuk campuran anda. Jika anda mempunyai air sebagai fase diam, tidak
akan sangat berbeda makna antara jumlah waktu substansi menghabiskan waktu dalam
campuran dalam bentuk lainnya. Seluruh substansi seharusnya setimbang kelarutannya
(terlarut setimbang) dalam keduanya.

Namun, kromatogram pertama yang telah anda buat mungkin merupakan tinta menggunakan
air sebagai pelarut.

Jika air bertindak sebagai fase gerak selayaknya menjadi fase diam, akan terdapat perbedaan
mekanisme pada mekanisme kerja dan harus setimbang untuk pelarut-pelarut polar seperti
alkohol, misalnya. Partisi hanya dapat terjadi antara pelarut yang tidak bercampur satu
dengan lainnya. Pelarut-pelarut polar seperti alkohol rendah bercampur dengan air.

Anda mungkin juga menyukai