Keuntungan dari kromatografi yaitu merupakan metode pemisahan yang cepat dan
mudah serta menggunakan peralatan yang murah dan sederhana. (Kecuali untuk kromatografi
gas) hingga campuran yang kompleks dapat dipisahkan dengan mudah. Keuntungan lebih lanjut
ialah hanya membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit sekali, bahkan justru tak
mungkin menggunakan jumlah yang besar dalam kromatografi. Disamping itu pekerjaan dapat
diulang.
Jenis-Jenis Kromatografi
Kromatografi kertas adalah suatu metode pemisahan campuran dari substansinya menjadi
komponen- komponennya berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase, yaitu fase diam
dan fase gerak. Fasa diam dalam kromatografi berupa air yang terikat pada selulosa kertas,
sedangkan fasa geraknya berupa pelarut organik non polar (pelarut yang sesuai). Kromatografi
kertas sering dipakai untuk memisahkan zat-zat warna penyusun tinta atau bahan perwarna
lainnya. Kromatografi kertas yaitu suatu pemisahan dimana fase diam berupa zat cair yang
menggunakan zat padat untuk menyokong fase diam yaitu kertas, kemudian diletakkan dalam
bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini adalah merupakan jenis dari sistem partisi di
mana fase diam adalah air, disokong oleh molekul-molekul selulosa dari kertas, dan fase
bergerak biasanya merupakan campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut organik dan air.
Kromatografi kertas adalah metode analitik yang digunakan untuk memisahkan zat atau bahan
kimia yang berwarna terutama pigmen. Hal ini juga dapat digunakan untuk menganalisis warna
primer atau sekunder pada percobaan tinta.
Jenis Kertas
Kertas selulosa murni / kertas ini khusus dibuat untuk kromatografi, dapat
dipergunakan kertas whatman no. 1 dan no. 3 yang terdiri dari x-selulosa 98-99% dan
B-selulosa 0,3-1,0%. Kertas selulosa yang telah dimodifikasi Dengan zat kimia,
contoh : kertas diasetilasi dengan zat kimia untuk pemisahan steroid. Kertas yang di
Impregnase, contoh : kertas di impregnasi dengan minyak untuk pemisahan amina.
Kertas yang diberi zat tambahan
Cara kerja Kromatografi kertas
Potong kertas saring 2×12 cm. Tandai dengan menggunakan pensil dari tepi bawah (2
cm) dan tepi atas (1cm). Totolkan tinta pada garis tepi bawah. Masukkan akuades
dalam gelas ukur. Masukkan kertas saring ke dalam gelas ukur dengan posisi totolan
tinta berada dibawah (totolan tinta jangan sampai masuk ke dalam akuades). Biarkan
sampai terjadi elusi. Tandai bercak dengan menggunakan pensil. Ulangi cara kerja
nomer 1 hingga 7 dengan menggunakan pelarut isopropyl alcohol
Jenis-Jenis Kromatografi Kertas
Berdasarkan arahnya kromatografi kertas terbagi atas dua yaitu kromatografi kertas satu
arah dan kromatografi kertas dua arah.
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan
substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat serupa. Pada saat kromatogram dibuat dari bercak
tunggal dari campuran yang ditempatkan ke depan dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan
dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas
(Khopkar, 1990).
Pada krois matografi kertas terdapat tiga metode yang digunakan dalam proses kromatografi
kertas, yakni :
Berdasarkan arahnya kromatografi kertas terbagi atas dua yaitu kromatografi kertas satu arah dan
kromatografi kertas dua arah.
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan salah
satu jenis kromatografi analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak
keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT termasuk dalam
kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas. Kromatografi juga merupakan analisis
cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. KLT dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida
dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna
untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil
(Fessenden,2003).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana yang banyak
digunakan, metode ini menggunakan empeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi penyerap
atau lapisan tipis dan kering. Untuk menotolkan karutan cuplikan pada kempeng kaca, pada
dasarnya menggunakan mikro pipet atau pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng
dicelup dalam larutan pengelusi di dalam wadah yang tertutup (Soebagio,2002).
Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi
senyawamurni dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan kromatografi juga merupakan
analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik menyerap maupun merupakan
cuplikan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofilik
seperti lipid-lipid dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga
dapat digunakan untuk mencari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapis tipis seperti silika gel adalah
senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.(
Fessenden, 2003 )
Pertimbangan untuk pemilihan pelarut pengembang (aluen) umumnya sama
dengan pemilihan eluen untuk kromatografi kolom. Dalam kromatografi adsorpsi, pengelusi
eluen naik sejalan dengan pelarut (misalnya dari heksana ke aseton, ke alkohol, ke air). Eluen
pengembang dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu.
Pelarut-pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tiggi. Terdapatnya sejumlah air
atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan.
KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase
geraknya dapat berupa cairan dan gas. Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel
padat..( Soebagio,2002)
Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam
larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan. Kecepatan gerak senyawa-senyawa ke
atas pada lempengan tergantung pada (Soebagil,2002):
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, hal ini bergantung pada bagaimana besar
atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut. Bagaimana senyawa melekat pada fase
diam, misalnya gel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa
dengan gel silika. Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben
seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan
sebagai fasa diam Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen.
Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa
cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih
dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi)
yang diperoleh (Gandjar,2007).
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor resensi.
Pada fase diam, jika dilihat mekanisme pemisahan, fase diam dikelompokkan (Gritter,1991) :
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa
yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga
sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan
tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus
berkisar antara 0,2 - 0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi
kepolaran eluen, dan sebaliknya (Gandjar,2007).
PERTEMUAN KE 6
Teknik pemisahan dengan metode kromatografi kertas dan metode kromatografi lapis tipis.
pemisahan logam-logam Fe3+, Cu2+, Mn2+, dan Ni2+ atau protein / karbohidrat dalam
campuran dengan teknik kromatografi kertas dan teknik kromatografi lapis tipis.
1. Kromatografi Kertas
Reaksi Lengkap
Perhitungan
Kromatografi Kertas
Penyelesaian :
a)
b)
c)
d) Nilai Rf campuran :
Jarak laktosa = 0 cm
Jarak sukrosa = 0 cm
Jarak madu = 0 cm
Penyelesaian :
a)
b)
c)
d) Nilai Rf campuran :
Jarak Pb2+ = 0 cm
Penyelesaian :
a)
b)
c)
d)
Penyelesaian :
PERTEMUAN KE 7
ANALISIS KLT DENSITOMETRI
Pengertian KLT-Densitometri
Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi
elektromagnetik dengan analit yang merupakan bercak pada Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Densitometri dimaksudkan untuk analisis kuantitatif analit dengan kadar kecil, yang sebelumnya
dilakukan pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) (Rohman, 2009).
Densitometri adalah metode analisis instrumental yang berdasarkan interaksi radiasi
elektromagnetik dengan analit yang merupakan noda pada KLT. Interaksi radiasi
elektromagnetik dengan noda KLT yang ditentukan adalah absorpsi, transmisi, pantulan
(refleksi) pendar fluor atau pemadaman pendar fluor dari radiasi semula. Densitometri lebih
dititik beratkan untuk analisis kuantitatif analit-analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu
dilakukan pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Densitometri merupakan metode penetapan
kadar suatu senyawa pada lempeng kromatografi, menggunakan instrumen TLC scanner,
pengukuran dilakukan dengan cara mengukur serapan analit (cahaya yang diukur dapat berupa
cahaya yang dipantulkan atau yang diteruskan), pemadaman fluoresensi untuk lapisan yang
mengandung bahan berfluorsensi analit atau hasil eaksi analit.
Densitometri adalah alat pelacak kuantitatif yang sangat terkenal. Alat ini dilengkapi
dengan spektrofotometer yang panjang gelombangnya dapat diatur dari 200-700 nm. Alat
tersebut dinamakan TLC Scanner. Teknik penggunaannya didasarkan pada pengukuran sinar
yang diteruskan, diserap dan dipantulkan atau yang dipendarkan. Sinar yang dipantulkan
mengalami hambatan oleh pendukung lempeng dan keseragaman fase diamnya. Sinar yang
dipantulkan dengan arah yang sudah pasti menuju bercak, maka arah pantulannya sehingga dapat
dipantau jumlah sinar yang diserap. Sinar ini sangat sensitif, maka untuk setiap senyawa dapat
dicari dengan serapan maksimalnya. Susunan optik densitometer ini tidak banyak berbeda
dengan spektrofotometer tetapi pada densitometer digunakan alat khusus yaitu reflection
photomultiflier, sebagai pengganti photomultiflier pada spektrofotometer yang dapat
memperbesar tenaga beda potensial listrik sehingga mampu menggerakkan integrator.
S. LEVI dan R. Reisfeld telah mengangkat metode densitometri ke tingkat analisis
kualitatif ultrmikro. Prinsipnya analisis kuantitatif dengan metode densitometri hampir sama
dengan spektrofotometri.
Instrumen
Komponen penting dari densitometer antara lain:
1. Sumber radiasi (Source), pengatur panjang gelombang (λ selector), beam spliter, thin layer
plate (end view), detector phototube (transmitance position) Sumber radiasi ada 3 macam
tergantung rentang panjang gelombang dan prinsip penentuan. Pada umumnya densitometri
memberikan rentang gelombang penentuan 200-630 nm. Lampu Deuterium (D2) dipakai
untuk pengukuran pada daerah cahaya tampak. Untuk penetapan pendar fluor dan
pemadaman pendar fluor dipakai lampu busur Hg bertekanan tinggi. Sama seperti pada
spektorfotometri, pada densitometri juga dilakukan penentuan transmisi atau adsorpsi dan
refleksi pada panjang gelombang maksimal. Pada penetapan pendar fluor dan pemadaman
pedar fluor juga harus dilakukan pada panjang gelombang dimana terjadi emisi atau
intensitas realitif pendar fluor yang optimal.
2. Monokromator dengan fungsi yang sama seperti pada spektrofotometri UV-Vis yang
diperlukan pada densitometer. Biasanya dipakai monokromator kisi difraksi 1200 garis/mm.
3. Detektor PMT Photo Multiplier Tube = Tabung Penggandaan Foto) merupakan detektor
umum yang dipakai pada densitometer.
INSTRUMENT KLT (TLC Scanner 3 CAMAG)
a. Detektor
Detektor pada alat TLC Scanner 3 CAMAG menggunakan photomultipliers.Komponen
didalam phot omultipier (PMT) sendiri adalah photomultiplier tube (tabung vakum
photomultiplier), photocathode (katoda metalik yang terbuat dari bahan logam multi alkali),
struktur dynode (berbentuk lempengan cekung) dan anoda (memilki spectral sensitivity 185-850
nm).
Prinsip kerja dari PMT adalah permukaan logam katoda disinari dengan seberkas cahaya
dan sejumlah elektron terpancar dari permukaannya, yang biasa disebut dengan efek fotoelektrik
dengan kondisi hampa udara.
Elektron yang terpancar dan terlepas karena adanya sekumpulan energi yang timbul dan
dikuatkan oleh susunan komponen dynode (linier -focused type) secara berurutan dan keluar
mengenai anoda.Elektron tersebut terikat dalam logam dengan energi W (eV), yang dikenal
sebagai fungsi kerja (work function), logam yang berbeda memilki fungsi kerja yang berbeda
pula. Dan logam katoda yang digunakan sebagai permukaan fotosensitif, dibawah panjang
gelombang pancung (cutoff wavelength) λc, sembarang sumber cahaya, selemah apapun, akan
menyebabkan terjadinya pemancaran fotoelektron. Cahaya yang masuk difokuskan dengan
melewati focusing electrode dan elektron mengenai dynode pertama kemudian dipantulkan dan
dipancarkan ke dynode kedua sampai ke dynode yang terakhir (proses pengalian) sehingga
terjadi muatan elektron yang lebih besar dan timbul tegangan.
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi
dengan satu panjang gelombang.Monokromator untuk radiasi ultra violet, sinar tampak dan infra
merah adalah serupa, yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan prisma atau grating.
Terdapat 2 macam monokromator yaitu monokromator prisma Bunsen dan monokromator
grating Czerney-Turney
Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar polikromatis dari sumber cahaya menjadi
sinar monokromatis. Bila seberkas cahaya dilewatkan melalui sebuah prisma, maka cahaya
tersebut akandiuraikan menjadi beberapa warna (terdapat berbagai warna merah, jingga, hijau,
biru, dan lain-lain).
2. Kurva kalibrasi :
Kurva kalibrasi dibuat dengan cara memplot area bercak terhadap konsentrasi dari satu
seri larutan baku pembanding. Kurva yang tebentuk harus linear, kemudian dengan persamaan
garis regresi dapat ditentukan kadar analit.
Penentuan kadar analit yang dikorelasikan dengan area noda plat KLT akan lebih
terjamin kesahihannya dibanding metode KCKT atau KGC, sebab area noda kromatogram
diukur pada posisi diam atau “zig-zag” menyeluruh. Korelasi kadar analit pada noda
kromatogram yang dirajah terhadap area tidak menunjukkan garis lurus, akan tetapi merupakan
garis lengkung mendekati parabola (mulja,1985).
PERTEMUAN KE 8
Bahan
a. Aquades
b. Fase gerak etanol : n-butanol : air (8:3:1)
c. Kertas saring
d. Metanol
e. Sampel ( 1 bungkus Nutrisari 14 g)
f. Silika gel GF254
g. Standard tartrazine
Cara Kerja
b. Preparasi sampel
V1 × M1 = V2 × M2
x = 2 ml
V1 × M1 = V2 × M2
V1 × M1 = V2 × M2
x = 6 ml
V1 × M1 = V2 × M2
x = 8 ml
V1 × M1 = V2 × M2
x = 10 ml
Data Hasil
Y = bx + a
a = 4950.54
b = 10.087
r = 0.74
Perhitungan Yi
= 2017.4 + 4950.54
= 6967.94
= 4034.8 + 4950.54
= 8985.34
= 6052.2 + 4950.54
= 11002.74
= 8069.6 + 4950.54
= 13020.14
= 10087 + 4950.54
= 15037.54
Ʃ = 40295.54
Perhitungan Xi
Sampel 1
Y = 10.087 (X1) + 4950.54
7770.06 = 10.087x1
X1 = 770.304 ppm
Sampel 2
7748.46 = 10.087x2
X2 = 768.163 ppm
Sampel 3
12054.56 = 10.087 x3
X3 = 1195.058 ppm
= 911.175 mg / 1000 ml
2000 mg / 10 ml
100 %
Validasi Metode
Sy / x = akar Ʃ ( y – yi )2 / n – 2
= akar 33620266.05 / 5 – 2
= akar 11206755.35
= 3347.645
= akar 120886.627 / 3 – 1
= akar 60443.3135
= 245.852
LOD = 3.3 ( Sy / x ) : b
= 1095.1967
LOQ = 10 ( Sy / x ) : b
= 10 (3347.65) : 10.087
= 3318.78
= 26.98 %