Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM KROMATOGRAFI KERTAS

I. Tujuan Percobaan

1. Mahasiswa memahami prinsip - prinsip dasar kromatografi kertas


2. Mahasiswa mampu mengaplikasikan cara kerja kromatografi kertas menggunakan sampel
spidol warna.
3. Mahasiswa mampu menghitung nilai Rf
4. Mahasiswa mengetahui pengaruh fase gerak terhadap nilai Rf
5. Mahasiswa dapat membedakan kromatografi mendatar dan kromatografi menaik

II. Dasar Teori

Menurut farmakope Indonesia edisi IV, kromatografi didefinisikan sebagai prosedur


pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi differensial dinamis dalam sistem yang terdiri
dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah
tertentu dan di dalamnya zat - zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas, disebabkan adanya
perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan
ion.
Secara singkat dapat dikatakan , kromatografi adalah suatu cara pemisahan berdasarkan
perbedaan pengikatan zat-zat dalam campuran oleh suatu sistem dua fase, yaitu fase stasioner
(diam, tidak bergerak) dan fase mobil (bergerak). Pengikatan oleh fase-fase itu bersifat
reversibel.
Jenis-jenis kromatografi dapat digolongkan berdasarkan berbagai kriteria, yaitu :

1. Berdasarkan mekanisme pengikatan zat


a. Kromatografi Penjerapan (adsorption chromatography)

Pada kromatografi ini zat teradsorpsi pada permukaan partik fase stasioner/padat.
b. Kromatografi Partisi (partition chromatography)

Pada kromatografi partisi zat terbagi/terlarut dalam cairan fase stasioner dan fase
mobil
c. Kromatografi Pertukaran Ion (ion exchange chromatography)

Pada kromatografi ini, ion zat terikat pada fase stasioner/padat yang bersifat penukar
ion.
d. Kromatografi Eksklusi (exclusion chromatography, gel permeation chromatography)

Pada kromatografi eksklusi, molekul zat terjaring/terserap didalam pori-pori fase


stasioner
e. Kromatografi Afinitas (affinity chromatography)

Pada kromatografi ini zat terikat secara biospesifik, misalnya enzim-substrat, antigen-
antibodi, hormon-reseptor

2. Berdasarkan Fasenya
a. Kromatografi Cairan (liquid chromatography)
- Kromatografi cairan-cairan (liquid-liquid chromatography)
- Kromatografi cairan-padatan (liquid-solid chromatography)
b. Kromatografi gas (gas chromatography)
- Kromatografi gas-cairan (gas-liquid chromatography)
- Kromatografi gas-padatan (gas-solid chromatography) Cairan dapat berlaku sebagai
fase stasioner dengan bantuan zat padat sebagai penyangga/pendukung

3. Berdasarkan kriteria lain


a. Penempatan fase stasionernya dalam tabung (kromatografi kolom, coloumn
chromatography) atau pada permukaan bidang (kromatografi planar, planar
chromatogruphy)
b. Arah gerak fase mobilnya (kromatografi menaik, kromatografi menurun,
kromatografi mendatar)

Secara praktis, biasanya dibedakan jenis-jenis kromatograf sebagai berikut :

1. Kromatografi kolom konvensional, kromatografi cairan dengan mekanisme pemisahan


yang beragam
2. Kromatografi kertas (paper chromatography), tergolong kromatografi cairan planar
dengan mekanisme pemisahan partisi yang dominan
3. Kromatografi lapis tipis (thin layer chromatography),tergolong kromatografi cairan
planar dengan mekanisme pemisahan yang beragam
4. Kromatografi gas (gas chromatography)
5. Kromatografi cairan kinerja tinggi (high performance liquid chromatography)

Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan dalam penctapan kadar dan pengujian farmakope Indonesia adalah kromatografi
kolom, kromatografi gas kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis dan kromatograti cair
kineria tinggi. Kromatograi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih bermanfaat untuk
tujuan identifkasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom memberikan pilhan fase
diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif
dari suatu campuran. Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi kedua-duanya
membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakan metode dengan resolusi
tinggi yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan secara kuantitatif bahan dalam jumlah yang
sangat kecil.
Dalam kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis, perbandingan jarak rambat
(diukur sampai titik yang memberikan intensias maksimum pada bercak) suatu senyawa tertentu
terhadap jarak rombat fase gerak, diukur dari titik penotolan, dinyatakan sebagai harga Rf suatu
senyawa tersebut. Perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu dengan jarak perambatan
baku pembanding dinyatakan sebagai harga Rr. Harga Rf berubah sesuai dengan kondisi
percobaan, karena itu identifikas sebaiknya dilakukan dengan menggunakan baku pembanding
yang sama dengan uji kromatogram yang sama. Jika zat uji yang didentifkasi dan baku
pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam warna dan harga Rf pada semua kromatogram,
dan kromatogram dari campuran menghasilkan harga Rr adalah 1,0.
Bercak yang dihasilkan kromatografi kertas atau lapis tipis letaknya dapat ditetapkan
dengan :
1. Pengamatan langsung jika senyawanya tampak pada cahaya biasa, cahaya ultraviolet
gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm)
2. Pengamatan dengan cahaya biasa atau cahaya ultraviolet setelah disemprot dengan
pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak (pereaksi sebaiknya disemprotkan
melalui alat pengabut)
3. Menggunakan pencacah Geiger-muller atau tchnik autoradiografi jika terdapat zat
radioaktif
4. Menempatkan potongan penjerap dan zat pada media pembiakan yang telah ditanam
untuk melihat hasil stimulasi atau hambatan pertumbuhan bakteri.

Kromatografi kertas tergolong kromatogralfi cairan dengan kertas sebagai zat padat
pendukung. Karena kertas/serat-serat selulosa merupakan adsorben lemah yang hidrofil, adsorpsi
zat oleh kertas tidak terlalu kuat dan akan terdesak oleh air. Air itu bagian yang lebih polar dari
cairan yang dipakai sebagai eluen, akan berlaku sebagai fase stasioner, jadi komatografi kertas
dapat digolongkan sebagai jenis kromatografi cairan-cairan dan mekanisme pemisahan yang
dominan adalah partisi. Oleh gaya kapiler dari kertas, fase mobil dapat bergerak nalk, nendatar
maupun menurun.
Untuk kromatografi menaik dipakai kertas yang panjangnya sekitar 20 cm, pada
kromatografi menurun, panjang kertas dapat mencapai 50 cm atau lebih, sedangkan kromatografi
mendatar sirkulasi memerlukan kertas dengan diameter 10 - 20 cm. Kertas kromatografi berupa
kertas saring khusus, dengan lebar tidak kurang dari 2,5 cm, tidak lebih lebar dari panjang bak
pelarut dan dipotong lebih kurang sama dengan tinggi bejana.
Eluen (juga discbut pelarut, cairan pengelusi, cairan pengembang, cairan pneghantar)
pada kromatograf kertas biasanya merupakan campuran 2 komponen atau lebih. Yang berlaku
sebagai fase mobil selanjutnya adalah bagian campuran yang kurang polar.
Zat atau campuran yang diperiksa dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, kemudian
diteteskan pada kertas dengan bantuan pipet kapiler. Titik penetesan zat kira-kira z cm dari tepi
bawah kertas (pada elusi menaik) atau padd jarak yang sesuai, sehingga letak titik itu beberapa
cm dibawah eluennya (pada elusi menurun) .
Elusi dilakukan setelah eluen ditempatkan dalam bejana yang sesuai. Bejana itu
kemudian dijenuhkan dengan uap eluernya dengan cara menutupnya dan mendiamkannya selama
beberapa jam. Penjenuhan akan Iebih baik dengan cara meletakkan kertas saring yang dibasahi
dengan eluen pada dinding dalam bejana. Ujung kertas dicelupkan ke dalam eluen, dengan
menjaga agar zat yang diperiksa tidak terendam Kertas hendaknya tidak menyentuh dinding
bejana. Jarak elusi normal pada elusi menaik adalah 15 cm, pada elusi menurun jarak itu sangat
bervariasi.

Kromatografi kertas umumnya dilakukan sebagai berikut :

1. Persiapan
a. Keras kromatogafi dipotong menurut ukuran yang dinginkan dan siapkan titik penotolan
(dengan pensil)
 Menaik
Ukuran kertas 13 x 5 cm, garis awal 1,5 cm dari tepi bawah, titik-titik penotolan zat pada
garis itu dengan jarak 0,5 - 1 cm.
 Sirkular
Ukuran kertas 10x10 cm, gari awal berupa lingkaran berdiameter 15 cm ditengah kertas,
titik titk penotolan zat pada lingkaran itu dengan jarak antara yang sama (misalnya 6o"
untuk 6 titik penotolan). Lubangi pusat kertas, beri sumbu dari gulungan kertas ixi cm.
b. Eluen.
Eluen sebanyak 50 ml untuk bejana besar dan 15 - 25 ml untuk bejana kecil, tinggi eluen
dalam bejana 0,5 cm. Komponen-komponen eluen yang dapat bercampur dicampur
langsung dalam bejana elusi. Bila ada komponen-komponen yang tidak dapat bercampur,
pengocokan dan pemisahan dilakukan dengan bantuan corong pisah. Isikan eluen ke
dalam bejana elusi, jenuhkan.
c. Larutan Uji
Larutan zat uji disiapkan sesuai masing -masing prosedur
d. Cara deteksi
Amati kromatogram, dengan cara deteksi yang sesuai

2. Cara Kerja
 Kromatografi Menaik
a. Totolkan larutan uji pada titik - titik yang telah disiapkan, usahakan bercak awal sekecil
mungkin, biarkan pelarutnya menguap.
b. Tempatkan kertas dalam bejana elusi yang telah mengandung eluen, ujung kertas tercelup
ke dalam eluen, tetapi zat uji tetap di atas permukaan eluen.
c. Elusi, biarkan eluen merambat sampai jarak 10 cm
d. Angkat kertas, tandai batas elusi, biarkan eluen menguap
e. Amati kromatogram dengan cara deteksi yang sesuai. Hitung harga Rf.

 Kromatografi sirkular
a. Totolkan larutan uji pada titik - titik yang telah disiapkan pada kertas 10 x 10 cm
b. Tempatkan eluen sebanyak z ml pada kaca arloji Ø 10 cm
c. Elusi secara mendatar (horizontal) dengan mencelupkan sumbu kertas ke dalam eluen,
biarkan eluen merambat sampai 1 cm dari tepi kertas
d. Angkat kertas, tandai batas elusi, biarkan eluen menguap
e. Amati kromatogram dengan cara deteksi yang sesuai. Hitung harga Rf.

III.Alat Dan Bahan

 Alat :
Bejana kromatografi, lampu UV, kertas kromatografi, microcap (alat penotol), waterbath,
tabung reaksi, cawan penguap, kaca arloji, benang, label, dan alat gelas lainnya

 Bahan :
Spidol berbagai warna (ungu, hijau, dan biru), etanol, kloroform

IV. Cara Kerja

 Kromatografi Menaik :

1. Pembuatan Fase gerak


Fase gerak : Etanol : kloroform (1 :1) sebanyak 5 ml
Etanol : kloroform (4 :1) sebanyak 5 ml
Etanol : kloroform (1 : 4) sebanyak 5 ml
Masukkan masing-masing pelarut sesuai volumenya ke dalam beaker glass (atau
langsung dalam bejana kromatografi), aduk hingga homogen.

2. Penjenuhan Bejana
Masukkan 5 ml fase gerak ke dalam bejana kromatografi dan biarkan dalam keadaan
tertutup selama 40 menit hingga bejana jenuh. Untuk membantu penjenuhan dapat
diletakkkan kertas saring yang telah dibasahi eluen pada dinding dalam dari bejana
kromatografi.

3. Persiapan Kertas Kromatografi


Siapkan kertas dengan ukuran P : 13 cm dan L : 4 cm, jarak noda : 1 cm, jarak titik
totol 1 cm dari dasar kertas, dan jarak elusi : 8 cm

4. Pembuatan Larutan
5. Percobaan Spidol atau tinta berwarna langsung ditotolkan pada kertas kromatografi.

6. Penotolan (Spotting)
Totolkan spidol dengan ukuran totoal sekecil mungkin, kemudian ulangi 2 kali lagi,
sehingga konsentrasi tinta cukup pada titik totol. Beri tanda sesuai nama/merk spidol
atau tintanya.

7. Elusi
Masukkan kertas kromatografi yang telah ditotolkan ke dalam bejana kromatografi
dengan bantuan tali agar kertas terletak dalam posisi berdiri, dengan bagian bawah
menyentuh dasar bejana. Biarkan fase gerak naik hingga jarak elusi 8 cm. Angkat
kertas kromatograf, biarkan mengering atau dengan bantuan hair dryer, deteksi noda
dengan uap ammonia, amati hasil di bawah sinar UV 254 nm dan 366 nm. Beri tanda
pada noda dengan pensil. Hitung Rf-nya!

 Kromatografi Mendatar (Sirkular)

1. Pembuatan Fase gerak


Fase gerak : Sama dengan kromatografi menaik. Volume 2 ml.

2. Penjenuhan Bejana
Masukkan 2 ml fase gerak ke dalam kaca arloji diameter 10 cm dan tutup dengan kaca
arloji lagi di atasnya.

3. Persiapan Kertas Kromatografi


Siapkan kertas dengan ukuran diameter : 10 cm, beri lubang ditengahnya, dan
masukkan tali benang ke dalamnya beri simpul. Jarak titik totol 0,5 cm dari tengah
lingkaran, jarak noda : 0,5 cm, jarak elusi : 4,5 cm (beberapa mm dari tepi kertas).

4. Pembuatan Larutan Percobaan


Spidol atau tinta berwarna langsung ditotolkan pada kertas kromatografi.

5. Penotolan (Spotting)
Totolkan spidol dengan ukuran totoal sekecil mungkin, kemudian ulangi 2 kali lagi,
sehingga konsentrasi tinta cukup pada titik totol. Beri tanda sesuai nama/merk spidol
atau tintanya.

6. Elusi
Masukkan kertas yang telah ditotolkan ke dalam kaca arloji dengan posisi tali
menyentuh pelarut. Biarkan fase gerak naik hingga jarak elusi 9 cm, Angkat kertas
kromatograf, biarkan mengering atau dengan bantuan hair dryer, amati pemisahan
warna yang tcrjadi. Hitung Rf masing-masing noda ter terpisah.

V. Hasil

 Kromatografi Menaik

Warna Noda Nilai Rf


Sampel
1:1 4:1 1:4 1:1 4:1 1:4

Biru Muda Biru Muda

Biru Muda Biru Muda 7 6,2


=0,875 =0,775 Ungu
Spidol 1 8 8
Biru Tua Biru Tua Ungu 3,5
(Biru) Biru Tua Biru Tua = 0,4375
8
1 1,8
=0,125 = 0,225
8 8

Spidol 2 Kuning Kuning - Kuning Kuning -

(Hijau) Biru Muda Biru Muda 0,5 2,5


=0,0625 =0,3125
8 8

Biru Muda Biru Muda


7,5 5,5
=0,937 5 =0,6875
8 8

Jingga Jingga

0,5 2,5
=0,0625 =0,3125 Merah Muda
Spidol 3 Jingga Jingga 8 8
Merah Muda 8
(Merah) Merah Muda Merah Muda Merah Muda Merah Muda =1
8
7,5 5,5
=0,937 5 =0,6875
8 8

 Kromatografi Mendatar

Warna Noda Nilai Rf


Sampel
1:1 4:1 1:4 1:1 4:1 1:4

Biru Muda
Biru Muda

1, 5 Ungu
=0,333 2,3
Spidol 1 Biru Muda Biru Muda 4,5 =0,511
4,5
Ungu
(Biru Tua) Biru Tua Biru Tua Biru Tua 0,5
Biru Tua =0,111
4,5
0,5
=0,111 0,5
4,5 =0,111
4,5

Kuning Kuning

1,3 2,5
=0,288 =0,555
Spidol 2 Kuning Kuning 4,5 4,5
- -
(Hijau Tua) Biru Muda Biru Muda Biru Muda Biru Muda

0,3 0,6
=0,066 =0,133
4,5 4 ,5

Spidol 3 Jingga Jingga Merah Jingga Jingga Merah Muda

(Merah) Merah Muda Merah Muda Muda 1,5 2,3


=0,333 =0,511
4,5 4,5 1,5
=0,333
4,5
Merah Muda Merah Muda

0,3 0,7
=0,066 =0,155
4,5 4,5

VI. Pembahasan

Metode yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu kromatografi kertas.
Kromatografi kertas merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk memisahkan zat
atau bahan kimia yang telah tercampur dan berwarna, terutama pigmen. Hal ini juga dapat
digunakan untuk menganalisis warna primer atau Sekunder pada percobaan dengan
menggunakan tinta. Prinsip dari kromatografi kertas yaitu absorpsi fase diam terhadap fase
gerak.
Pada praktikum kromatografi kertas ini menggunakan metode kromatografi mendatar
(sirkular) dan metode kromatograsi menaik. Dimana kromatografi ini menggunakan 3 fase
gerak (eluen) yaitu etanol : kloroform (1:1), etanol : kloroform (4:1), dan etanol : kloroform
(1:4). Untuk kromatografi mendatar masing-masing 2 ml dan menggunakan kertas
berdiameter 10 cm, untuk kromatografi menaik masing-masing 5 ml dan menggunakan
kertas dengan pangang 10 cm dan lebar 4 cm, serta menggunakan zat uji berupa 3 warna
spidol.
Percobaan diawali dengan pencampuran etanol dan kloroform dalam suatu bejana
sesuai dengan perbandingannya masing-masing. Campuran tersebut dijenuhkan selama 24
menit dalam keadaan tertutup. Selama menunggu penjenuhan, gunting kertas kromatografi
menjadi ukuran 4 x 10 cm. Buatlah garis awal/start 1 cm dari bawah kertas dan garis
akhir/finish 1 cm dari atas kertas. Sehingga didapatkan jarak elusi sepanjang 8 cm. Kemudian
totolkan spidol warna merah, biru tua, dan hijau tua pada garis awal. Masing-masing warna
diulangi penotolannya sebanyak 3 kali. Jika campuran/eluen sudah jenuh, masukkan kertas
kromatografi ke dalam bejana. Pastikan tinta spidol tidak terendam eluen dan kertas dalam
keadaan berdiri tegak. Lalu tutup bejana dan tunggu warna tinta spidol tersebut menaik
sampai garis akhir. Kemudian catat warna yang terlihat dan hitung nilai Rf nya. Nilai Rf yang
baik berkisar antara 0.2 – 0.8. Pada spidol 1 (biru tua) dengan eluen etanol : kloroform
sebanyak 1:1 didapatkan warna noda biru muda sepanjang 7 cm dengan nilai Rf 0.875 dan
warna biru tua sepanjang 1 cm dengan nilai Rf 0.125. Dengan eluen etanol : kloroform
sebanyak 4:1 didapatkan warna noda biru muda sepanjang 6.2 cm dengan nilai Rf 0.775 dan
warna biru tua sepanjang 1.8 cm dengan nilai Rf 0.225. Dengan eluen etanol : kloroform
sebanyak 1:4 didapatkan warna noda ungu sepanjang 3.5 cm dengan nilai Rf 0.4375.
Pada spidol 2 (hijau tua) dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:1 didapatkan
warna noda kuning sepanjang 0.5 cm dengan nilai Rf 0.0625 dan warna biru muda sepanjang
7.5 cm dengan nilai Rf 0.9375. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 4:1 didapatkan
warna noda kuning sepanjang 2.5 cm dengan nilai Rf 0.3125 dan warna biru muda sepanjang
5.5 cm dengan nilai Rf 0.6875. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:4 tidak
didapatkan warna noda apapun karena warna tinta spidol tidak menaik sama sekali sehingga
nilai Rf nya 0.
Pada spidol 3 (merah) dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:1 didapatkan warna
noda jingga sepanjang 0.5 cm dengan nilai Rf 0.0625 dan warna merah muda sepanjang 7.5
cm dengan nilai Rf 0.9375. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 4:1 didapatkan warna
noda jingga sepanjang 2.5 cm dengan nilai Rf 0.3125 dan warna merah muda sepanjang 5.5
cm dengan nilai Rf 0.6875. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:4 didapatkan warna
noda merah muda (tidak nampak begitu jelas) sepanjang 8 cm dengan nilai Rf 1.
Dalam kromatografi mendatar, fase stasioner (diam) yang digunakan adalah kertas
kromatografi berbentuk lingkaran dengan diameter 10 cm sebagai medium
penghantar/adsorben eluen. Sementara fase mobil (gerak) nya adalah campuran antara etanol
(polar) dan kloroform (non polar) dengan perbandingan tertentu sebagai eluen atau cairan
penghantarnya. Campuran etanol dan kloroform tersebut dibuat dengan tiga macam
perbandingan, yaitu 1:1, 4:1, dan 1:4 dengan volume total sebanyak 2 mL. Sampel yang akan
diidentifikasi komponen penyusunnya sama seperti pada kromatografi menaik (biru tua, hijau
tua, dan merah).
Percobaan diawali dengan pencampuran etanol dan kloroform dalam gelas beker sesuai
dengan perbandingannya masing-masing, lalu tuang ke kaca arloji. Campuran tersebut
dijenuhkan selama 24 menit dalam keadaan tertutup. Selama menunggu penjenuhan, gunting
kertas kromatografi menjadi lingkaran dengan diameter 10 cm. Buatlah lingkaran kecil 0.5
cm dari pusat lingkaran sebagai garis awal dan lingkaran besar 4.5 cm dari garis awal sebagai
garis akhirnya. Sehingga didapatkan jarak elusi sepanjang 4.5 cm (beberapa mm dari tepi
kertas). Lubangi pusat lingkaran dengan jarum, lalu masukkan tali dan ikat simpul.
Kemudian totolkan spidol warna merah, biru tua, dan hijau tua pada garis awal.
Masingmasing warna diulangi penotolannya sebanyak 3 kali. Jika campuran/eluen sudah
jenuh, letakkan kertas kromatografi di atas kaca arloji, lalu tutup kembali dengan kaca arloji
lainnya. Biarkan eluen merambat melalui tali dan tunggu warna tinta spidol tersebut
menyebar sampai garis akhir. Kemudian catat warna yang terlihat dan hitung nilai Rf nya.
Pada spidol 1 (biru tua) dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:1 didapatkan
warna noda biru muda sepanjang 1.5 cm dengan nilai Rf 0.333 dan warna biru tua sepanjang
0.5 cm dengan nilai Rf 0.111. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 4:1 didapatkan
warna noda biru muda sepanjang 2.3 cm dengan nilai Rf 0.511 dan warna biru tua sepanjang
0.5 cm dengan nilai Rf 0.111. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:4 didapatkan
warna noda ungu sepanjang 0.5 cm dengan nilai Rf 0.111.
Pada spidol 2 (hijau tua) dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:1 didapatkan
warna noda kuning sepanjang 1.3 cm dengan nilai Rf 0.288 dan warna biru muda sepanjang
0.3 cm dengan nilai Rf 0.066. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 4:1 didapatkan
warna noda kuning sepanjang 2.5 cm dengan nilai Rf 0.555 dan warna biru muda sepanjang
0.6 cm dengan nilai Rf 0.133. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:4 tidak
didapatkan warna noda apapun karena warna tinta spidol tidak menaik sama sekali sehingga
nilai Rf nya 0.
Pada spidol 3 (merah) dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:1 didapatkan warna
noda jingga sepanjang 1.5 cm dengan nilai Rf 0.333 dan warna merah muda sepanjang 0.3
cm dengan nilai Rf 0.066. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 4:1 didapatkan warna
noda jingga sepanjang 2.3 cm dengan nilai Rf 0.511 dan warna merah muda sepanjang 0.7
cm dengan nilai Rf 0.155. Dengan eluen etanol : kloroform sebanyak 1:4 didapatkan warna
noda merah muda sepanjang 1.5 cm dengan nilai Rf 0.333.
Berdasarkan nilai Rf yang didapat dalam setiap percobaan, terlihat bahwa eluen dengan
perbandingan 4:1 dapat menghantarkan dan menguraikan komponen penyusun warna dengan
lebih baik. Hal itu dikarenakan eluen tersebut bersifat paling polar karena mengandung
etanol yang lebih banyak. Sebaliknya, eluen dengan perbandingan 1:4 merupakan cairan
penghantar yang paling lemah karena hanya sedikit komponen warna yang tertarik ke atas,
bahkan pada tinta spidol warna hijau tua tidak tertarik ke atas sama sekali. Hal itu
dikarenakan eluen tersebut bersifat non polar karena mengandung kloroform yang lebih
banyak.

VII. Kesimpulan

Dari praktikum kromatografi kertas yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa :

 Kromatografi kertas adalah metode pemisahan yang dapat dilakukan pada bahan kimia
berwarna seperti tinta spidol dengan menggunakan prinsip absorbsi fase gerak terhadap
fase diam.
 Kromatografi kertas ini menggunakan sampel spidol wara dan fase gerak etanol dan
kloroform dengan perbandingan yang berbeda. Praktikum ini menggunakan metode
kromatografi mendatar (sirkular) dan metode kromatografi menaik.
 Sampel yang digunakan merupakan senyawa/zat yang memiliki komponen yang relative
sama, karena sebagian Rf memiliki nilai yang sama.
 Terdapat perbedaan pengaruh fase gerak pada nilai Rf. Pergerakan sampel bergantung
pada eluennya. Jika sampel dan eluen memiliki sifat yang sama (polar/non polar), maka
kecepatan pergerakan sampel mengikuti kecepatan pergerakan eluen. Dalam percobaan
ini, sampel cenderung mengikuti pergerakan eluen yang bersifat polar. Sehingga semakin
polar eluen, maka semakin cepat elusi/pergerakan sampel, juga semakin baik nilai Rf nya.
VIII. Lampiran

Paling kiri : ethanol : kloroform (4:1)


Tengah : ethanol : kloroform (1:1)
Paling kanan : ethanol : kloroform (1:4)

IX. Daftar Pustaka

Surahman, S.Pd, M.kes dkk, 2018, Pedoman Praktikum : Praktikum Fitokimia. Jakarta

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Farmasi

Anda mungkin juga menyukai