Anda di halaman 1dari 4

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

I. TUJUAN
- Siswa mampu mempraktikkan kromatografi lapis tipis
- Siswa mampu menghitung nilai Rf

II. DASAR TEORI


Kromatografi Lapis Tipis (KLT / TLC)

KLT merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diamnya adalah lapisan pelarut pengembang
yang teradsorpsi pada permukaan adsorben sedangkan fase geraknya adalah bagian dari pelarut/
pengembang yang berfungsi menggerakan komponen. Adsorben disebarkan sebagai lapisan tipis pada
pelat datar berupa gelas, plastik, atau logam. Sejumlah kecil campuran yang akan dianalisis ditotolkan
pada bagian bawah pelat KLT. Pelat KLT kemudian ditempatkan pada bejana pengembang (chamber)
yang telah jenuh dengan eluen pengembang. Eluen bergerak ke atas karena aktivitas kapiler.
KLT merupakan metode pemisahan yang sederhana, cepat, dan murah. KLT dapat memberikan informasi
mengenai berapa banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran dan juga dapat digunakan untuk
tujuan identifikasi dengan cara membandingkan nilai Rf komponen yang terpisah dengan Rf komponen
yang diketahui (Rf standar) dalam sistem KLT yang sama.

Adsorben TLC
Empat macam adsorben yang umum digunakan untuk KLT ialah silika gel, alumina (aluminium oxyde),
kieselguhr (diatomeous earth), dan selulosa. Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak
dipakai ialah silika gel.

Pemilihan Pelarut
Sistem pelarut untuk KLT dapat dipilih dari pustaka yang sudah ada berdasarkan pengalaman para
peneliti terdahulu atau dicari sendiri dengan cara memadukan beberapa pelarut sampai diperoleh
komposisi eluen yang dapat memisahkan contoh paling baik. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai
didasarkan atas prinsip likedissolves like. Pemilihan sistem pelarut atas dasar likedissolves like berarti
untuk memisahkan contoh yang bersifat non polar digunakan sistem pelarut yang bersifat non polar juga.
Sebagai contoh misalnya pemisahan berbagai kelas lipida menggunakan sistem pelarut heksana: eter.
asam cuka = 80:20:1. Penggunaan sistem pelarut yang lebih polar akan membawa semua lipida netral ke
ujung zat pelarut

Nilai Rf
Nilai Rf menunjukkan seberapa jauh komponen bergerak dalam pelat dibandingkan dengan pergerakan
pelarut.
Rf = Jarak yang ditempuh komponen : Jarak yang ditempuh eluen
Nilai Rf dari suatu komponen adalah konstan selama kondisi kromatografi berikut dijaga konstan: sistem
sistem pelarut, jenis adsorben, ketebalan adsorben, jumlah contoh yang ditotolkan, dan suhu. Jika kondisi
kromatografi sulit untuk dijaga konstan maka kita bisa menggunakan nilai Rf relatif (Rs), artinya nilai Rf
komponen dilaporkan sebagai nilai relatif terhadap standar pada pelat dan waktu analisis yang sama. Nilai
Rf yang besar artinya jarak yang ditempuh oleh komponen dalam pelat KLT jauh. Jika kita
membandingkan dua komponen yang berbeda dalam suatu kondisi kromatografi yang sama maka
komponen dengan Rf yang besar lebih bersifat kurang polar karena interaksinya dengan adsorben polar
kurang kuat. Dengan demikian komponen dengan polaritas yang rendah akan memiliki nilai Rf yang
besar dibandingkan komponen polar dalam suatu pelat yang sama.

Visualisasi
Visualisasi dimaksudkan untuk melihat komponen penyusun yang sudah terpisah setelah proses
pengembangan. Jika komponen yang terpisah berwarna maka bisa langsung ditandai dengan pensil, tetapi
jika tidak berwarna diperlukan perlakuan fisika (penyinaran dengan lampu UV) atau kimia
(disemprotkan) pereaksi pembangkit untuk memperlihatkan keberadaan komponen tersebut pada
kromatogram.

III.ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
1. Gelas Kromatografi
2. Pipa kapiler
3. Pipet ukur 10 ml
4. Rubber bulb
5. Pipet tetes
6. Botol semprot
7. Pensil, penggaris
8. Tali, penjepit
9. Pinset
10. Gunting
B. Bahan :
1. Aquadest
2. Butanol
3. Aseton
4. Pelat KLT
5. Plastik warp
6. Pewarna makanan
( Hijau - Kuning - Biru )
IV. CARA KERJA
A. Buat pelarut
- Ambil/ pipet 7,5 ml Aquadest, masukkan dalam Chamber
- Tambahkan 12 ml Butanol dan 3 ml Aseton
- Homogenkan
- Pindahan ke bejana kemudian tutup diamkan selama 10 menit (agar jenuh)
B. Membuat penotol
- Pegang kedua ujung pipa kapiler
- Patahkan pipa kapiler menjadi 2 bagian
C. Analisa dengan Kromatografi
- Gunting Plat KLT dengan ukuran 5 × 15 cm
- Membuat batas atas dan batas bawah Plat KLT dengan jarak 2 cm
- Bagi menjadi 3 bagian dengan menggunakan pensil
- Totokan sampel pada batas bawah masing-masing area sampel dengan pipa kapiler
- Keringkan bercak noda
- Ulangi, totolkan dan keringkan bercak 2 - 3 kali
- Masukkan sandaran Plat KLT dalam bejana berisi eluen yang telah jenuh
- Mengelusikan hingga batas atas tercapai

V. HASIL PENGAMATAN
- Jarak komponen standar =
Kuning = 1,4 cm ( Tatrazine )
Biru = 3,4 cm ( Brilian blue )
- Jarak eluen = 6 cm
- Jarak komponen sampel Hijau
Kuning = 1,3 cm
Biru = 3,2 cm

VI. PENGOLAHAN DATA


- Rf standar
•Rf kuning ( Tatrazine ) = 1,4 cm = 0, 2333 cm
6 cm
•Rf biru ( Brilian blue ) = 3,4 cm = 0,5666 cm
6 cm

- Rf sampel ( Hijau )
•RF komponen kuning = 1,3 cm = 0, 2166 cm
6 cm
•Rf komponen biru = 3,2 cm = 0,5333 cm
6 cm
VII. PEMBAHASAN
Pada hari Rabu, 11 Januari 2023. Kelompok 1 melakukan praktikum Kromatografi Lapis
Tipis dengan tujuan dapat mempraktikkan Kromatografi Lapis Tipis dan dapat
menghitung nilai Rf. Dengan mengunakan pewarna makanan yaitu hijau - kuning - biru
dan pelarut yang digunakan 7, 5 ml Aquadest - 12 ml butanol - 3 ml aseton.
Jika diamati, proses KLT yang terjadi adalah KLT menaik, dimana fase gerak akan
menaik ke fase diam. Setelah diamati didapatkan jarak eluen adalah 6 cm; jarak
komponen standar kuning 1,4 cm dan biru 3,4 cm; jarak komponen sampel hijau: kuning
1,3 cm dan biru 3,2 cm.
Hasil perhitungan nilai Rf standar kuning (tatrazine) 0,2333 Rf standar biru (brillian blue
0,5666. Rf sampel hijau mendapatkan Rf komponen kuning 0,2166 dan Rf komponen
biru 0,5333.

VIII. KESIMPULAN
Sampel berwarna hijau merupakan komponen campuran dari kuning (tatrazine) dan biru
(brillian blue) 100 ppm.
Didapatkan hasil Rf dari masing-masing tersebut yaitu:
Rf standar tatrazine = 0,2333
Rf standar brillian blue = 0,5666

Rf sampel hijau:
Rf sampel kuning = 0.2166
Rf sampel biru = 0, 5333

Maka, dari data hasil tersebut sampel hijau mengandung tatrazine dan brillian blue.
Karena sampel hijau memiliki selisih nilai Rf dengan kedua standar tersebut kurang dari
0,05.

Anda mungkin juga menyukai