Anda di halaman 1dari 8

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

I. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa di harapkan dapat:
- Menjelaskan teori Kromatografi Lapisan Tipis
- Mengoperasikan alat kromatografi dengan baik dan benar
- Menganisilisis suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan menggunakan alat kromatografi lapis tipis

II. Alat dan Bahan
- Alat yang digunakan :
1. Seperangkat alat kromatografi lapisan tipis
2. Pipa kapiler
3. Plat fase diam
4. Pensil
5. Lampu UV
6. Chamber
7. Penggaris
- Bahan yang digunakan :
1. Cairan ethanol
2. Pewarna makanan

III. Dasar Teori
Kromatografi lapis tipis merupakan penerapan dari kromatografi adsorpsi.
Sampel ditotolkan pada pelat TLC, kemudian dikembangkan dalam sebuah bejana
pengembang. Eluen bergerak ke atas karena aktivitas kapiler. TLC dapat
memberikan informasi mengenai berapa banyak komponen yang terdapat dalam
suatu campuran dan juga untuk tujuan identifikasi. Pemilihan adsorben, pelarut,
eluen dan pemahaman teori yang mendasari TLC harus dipahami untuk
mendapatkan hasil pemisahan yang baik.KLT merupakan penerapan dari
kromatografi adsorpsi. Fase diamnya adalah pelarut/pengembang yang teradsorpsi
pada permukaan adsorben sedangkan fase geraknya adalah bagian dari
pelarut/pengembang yang berfungsi menggerakan komponen. Adsorben
dilapiskan sebagai lapisan tipis pada pelat datar berupa gelas, plastik, atau logam.
Sejumlah kecil campuran yang akan dianalisis ditotolkan pada bagian bawah pelat
KLT. Pelat KLT kemudian ditempatkan pada bejana pengembang (chamber)
yang telah jenuh dengan eluen pengembang. Eluen bergerak ke atas karena
aktifitas kapiler.
KLT merupakan metode pemisahan yang sederhana, cepat, dan murah. KLT
dapat memberikan informasi mengenai berapa banyak komponen yang terdapat
dalam suatu campuran dan juga dapat digunakan untuk tujuan identifikasi dengan
cara membandingkan nilai Rf komponen yang terpisah dengan Rf komponen yang
diketahui (Rf standar) dalam sistem KLT yang sama.
Adsorben yang umum digunakan untuk KLT ialah silica gel, alumina
(alumunium oxsyde), kieselguhr (diatomeous earth) dan selulosa. Dari ke empat
jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai adalah silika gel.
* Teknik Pengoperasian dalam Kromatografi Lapis Tipis*
1. Penyiapan chamber
Bejana pengembang tersedia dalam berbagai bentuk, bahan dan ukuran. Bisa
di beli langsung dari pasaran atau menggunakan alat-alat gelas yang ada di
Laboratorium, misalnya dapat menggunakan keler, botol, dengan tutupnya
atu gelas kimia dengan cawan petri sebagai tutupnya.
2. Penyiapan Lempeng KLT
Pelat KLT dapat dibuat sendiri atau dibeli langsung dari pasaran. Pelat KLT
komersial pada umumnya lebih seragam sehingga dapat memberikan daya
ulang yang baik, tetapi dapat juga dibuat sendiri pelat KLT dengan kualitas
yang baik.
3. Dalam membuat pelat KLT, larutan dsorben harus disiapkan terlebih dahulu.
Pembuatan larutan adsorben sedikit berbeda untuk keperluan KLT mikro dan
KLT makro. Pada pembuatan pelat untuk KLT mikro, misalnya dengan
adsorben silika gel G, adsorben tersebut sebanyak 35 gram dilarutkan dalam
100 ml zat pelarut kloroform:metanol (2:1 v/v). Pelat kaca atau bahan lain
yang sudah bersih dan kering dicelupkan dalam larutan tersebut. Zat pelarut
diuapkan pada suhu kamar selama 5 menit.
4. Pada pembuatan KLT makro. Suspensi adsorben dibuat dengan mencampur,
adsorben tertentu dengan air. Konsentrasi suspensi tersebut tergantung dari
jenis adsorben yang digunakan. Sebagai contoh rasio antara adsorben silika
gel dengan air adalah 30:60-65.
5. Pelat untuk KLT makro biasanya berukuran 5x20 cm, 10x20 cm, dan 20x20
cm. Keuntungan dipakainya pelat yang lebih besar ialah karena adsorbennya
dapat melekat lebih baik, dapat dibuat lebih tebal untuk kepentingan tertentu
dan kromatografi dapat dilakukan pada tempat yang lebih luas. Kerugiannya
adalah karena pembuatannya lebih sukar. Suspensi adsorben dibuat dengan
air, oleh karena itu sebelum pelat digunakan harus mengalami aktivasi dengan
pem,anasan paling tidak satu jam pada suhu sekitar 110o C.
6. Penotolan Sampel
7. Sampel yang akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut agak non polar yang
mudah menguap. Misalnya kloroform atau pelarut lain yang serupa, yang
mempunyai titikdidih antara 50-110OC. Pelarut yang demikian mudah
ditangani dan mudah menguap dari lapisan. Air hanya dipakai jika tidak ada
pilihan lain. Larutan sampel ditotolkan pada pelat menggunakan pipet mikro,
syringe, atau pipet kapiler.
8. Tetesaan sampel harus diusahakan sekecil mungkin dengan meneteskan
berulang kali, dengan dibiarkan mengering sebelum tetesan berikutnya
dikerjakan. Pengeringan smpel pada pelat sebaiknya dikerjakan dengan aliran
gas nitrogen untu mencegah terjadinya kerusakan sampel karena teroksidasi.
9. Running
10. Pengenbangan dilaksanakan dengan mencelupkan dassr pelat KLT yang telah
ditotoli sample dalam system pelarut untuk proses pengembangan. Proses
pengembangan akn lebih baik bila ruangan pengembangan tersebut telah
jenuh dengan uap system pelarut. Hal ini dapat segera tercapai dengan
meletakkan kertas filter pada dinding ruangan dengan dasar kertas tersebut
tercelup dalam system pelarutnya.


11. Visualisasi dan Identifikasi
Visualisasi dimaksudkan untuk melihat komponen penyusun yang sudah
terpisah setelah proses pengembangan. Jika komponen yang terpisah
berwarna maka jika langsung ditandai dengan pensil, tetapi jika tidak
berwarna diperlukan perlakuan fisika atau kimia untuk memperlihatkan
keberadaan komponen tersebut pada kromatogram.
Teknik visualisasi ada yang bersifat merusak komponen (destruktif) ada juga
yang bersifat tidak merusak (Non destruktif).
12. Visualisasi Destruktif
Cara destruktif akan merusak komponen secara irreversibel, baik merusak
sebagian atau semua komponen.
13. Visualisasi Non-destruktif
Visualisasi non destruktif membiarkan komponen tetap utuh dan biasanya
digunakan untuk untuk KLT preparatif dan beberapa jenis KLT kuantitatif
atau kualitatif.
14. Identifikasi
Identifikasi dapat dikerjakan dengan membandingkan posisi spot dengan
senyawa standar yang teliti (ditotolkan) pada pelat percobaan yang sama.
Spot yang memiliki warna yang sama dan memiliki Rf yang sama dengan
standar dapat dinyatakan bahwa spot tersebut sama dengan spot standar.









IV. Prosedur Kerja
- Menyiapkan seperangkat alat kromatografi lapisan tipis dan bahan yang di
gunakan
- Cairan ethanol diletakkan di dalam chamber
- Membuat pewarna makanan yang berbentuk bubuk dengan sedikit cairan
ethanol agar kental
- Mengambil sampel tersebut pada pipa kapiler lalu meneteskannya pada
plat silika yang telah di beri garis lurus yang sama di awal
- Meletakkan plat silika tersebut pada chamber yang berisi ethanol
- Mengamati gerak warna pada plat yang dihasilkan sampel
- Mengamati dibawah UV setelah gerak di plat berhenti


V. Data Pengamatan
No Warna Jarak Perjalanan warna Jarak Pelarut
1 Kuning 8,1 cm 8,6 cm
2 Biru 8,0 cm 8,6 cm
3 Campuran 8,2 cm 8,7 cm

V. Perhitungan
Rf Kuning = 8,1 / 8,6 = 0,94
Rf Biru = 8,0 / 8,6 = 0,93
Rf Campuran = 8,2 / 8,7 = 0,94





VI. Analisa Data
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai pemisahan analitik
menggunakan Thin Layer Chromatografy (TLC) atau kromatografi lapisan tipis
dapat dianalisa bahwa sampel kuning dan biru merupakan senyawa yang berbeda.
Hal ini dapat diketahui dari nilai Rf yang didapat. Nilai Rf dapat dijadikan bukti
dalam mengidentifikasi senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang
sama maka akan dikatakan senyawa tersebut memiliki karakteristik yang sama
atau mirip. Sedangkan dari perhitungan dan data pengamatan yang didapat,
sampel kuning Rf nya = 0,94, dan Rf sampel biru = 0,93 sehingga dapat dikatakan
senyawa tersebut senyawa yang berbeda.
Saat membandingkan dua sampel yang berbeda dibawah kondisi
kromatografi yang sama, nilai Rf akan semakin besar bila senyawa tersebut
kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis
tipis. Semakin besar nilai Rfvdari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis.
Sehingga kromatografi lapisan tipis ini sangat cocok untuk mengidentifikasi
suatu senyawa yang terdapat pada suatu makanan atau hal lainnya dengan
membandingkan dengan senyawa asli yang ingin diketahui sehingga kesamaan
nilai Rf akan membuktikan kecocokan karakteristik senyawa tersebut.












VII. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai pemisahan analitik
menggunakan Thin Layer Chromatografy (TLC) atau kromatografi lapisan tipis
dapat disimpulkan bahwa:
Thin Layer Chromatografy (TLC) atau kromatografi lapisan tipis adalah
salah satu analisis dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran.
Prinsip kerja TLC menggunakan dua fase, yaitu fase diam dalam bentuk plat
silika dan fase gerak yang disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin
dipisahakan.
Nilai Rf dari sampel :
Kuning : 0,94
Biru : 0,93
Campuran : 0,94
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat TLC.

VIII. Daftar Pustaka
Jobsheet Praktikum Teknologi Minyak Bumi.Pemisahan Analitik
2014.Palembang.POLSRI
www.wikipedia.com/kromatografi-lapsan-tipis/







IX. Gambar Alat

Anda mungkin juga menyukai