Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA ORGANIK

Mata Kuliah : PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA ORGANIK

KROMATOGRAFI KERTAS

OLEH:

NAMA : 1. AZZAHRA SIREGAR (4203151042)


2. LAILA THURSINA ZAHRA (4203151029)
3. MIRANDA NIHDATUL Z. (4203351011)
Jurusan : BIOLOGI
Program : S-1 PENDIDIKAN IPA
Kelompok : V (LIMA)
Tgl. Pelaksanaan : 14 NOVEMBER 2022

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
I. JUDUL PRAKTIKUM : KROMATOGRAFI KERTAS

II. TUJUAN PERCOBAAN:


Kegiatan praktikum ini dilakukan dengan tujuan:
1. praktikum dilakukan agar mahasiswa mampu untuk memisahkan senyawa berwarna/pigmen
dari tanaman.
2. Upraktikum dilakukan agar mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang kaitan antara
polaritas analit dan eluen dengan harga Rf.

III. TINJAUAN TEORITIS :


Kromatografi kertas merupakan contoh kromatografi partisi dalam bentuk planar yang
sudah sangat konvensional. Teknik ini umumnya digunakan untuk menjelaskan teknik
kromatografi secara mudah, karena sistem kromatografinya yang sangat sederhana. Hanya butuh
sepotong kertas, tinta warna dan pelarut dalam suatu bejana saja (Rubiyanto 2016). Pada
kromatografi kertas di dalamnya menggunakan fase diam berupa kertas serap yang sama serta
menggunakan fase geraknya berupa pelarut atau campuran pelarut yang cocok (Kristianingrum
2005).
Dalam kromatografi fasa gerak bergerak membawa komponen-komponen melewati fasa
diam. Komponen-komponen selanjutnya berinteraksi dengan fasa diam, sementara fasa gerak terus
berjalan melalui fasa diam. Dalam hal ini terjadi perbedaan interaksi dari komponen dengan fasa
gerak dan fasa diam (Rubiyanto 2016).
Eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan (feed)
untuk melewati fase diam (adsorbent). Eluent yang banyak digunakan adalah jenis adsorben
alumina atau sebuah lapis tipis silika. Rf merupakan nilai dari Jarak relative pada pelarut. Harga
Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen
(fase gerak) untuk setiap senyawa (Rohman 2009).
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Nilai Rf didefinisikan sebagi perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa pada
permukaan fase diam dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut sebagai fase gerak. Semakin
besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat
kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi
kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi
dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis (Handayani, 2008).
Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang
mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal
tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada
fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 -
0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan
sebaliknya (Ewing Galen Wood, 1985).
Ada beberapa faktor yang menentukan harga Rf yaitu (Underwood, 1999):
1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat
kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf.
2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.
3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi
mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas. Jika
bejana besar digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi
pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor yaitu
penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang
berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga
mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-volume yang
sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari
kelarutan satu terhadap lainnya hingga terhadap harga Rf mereka.

IV. ALAT DAN BAHAN :


No Nama Alat Dan Bahan Jumlah
1. Corong 1 buah
2. Kertas saring 1 buah
3. Tabung kromatografi 1 buah
4. Kertas kromatografi 1 buah
5. Benang dan pita 1 rasio
6. Alu dan mortal 1 buah
7. Pensil 1 buah
8. Penggaris 1 buah
9. Petroleum eter : Aseton (9 : 1) 3 ml
10. Pasir halus 1 gram
11. Daun hijau segar 2- 4 helai
12. Beaker dan vial 1 buah
13. Gunting 1 buah
14. Pipa kapiler 1 buah
V. PROSEDUR KERJA :
1. Pisahkan daun hijau segar 2-4 helai dari tulang daun dengan
menggunakan gunting.
2. Haluskan daun bersama pasir halus dan menambahkan pelarut aseton
petroleum eter, dengan alu dan mortal.
3. Dalam proses penghalusan menambahkan lebih banyak pelarut jika
diperlukan.
4. Saring ekstrak dan mengumpulkan larutan dalam wadah kecil.
5. Ambil kertas kromatografi dan mengukur dengan penggaris 2 cm dan
memberi titik padas tengah garis serta membentuk huruf V pada ujung
kertas.
6. Ambil tabung kromatografi dan regangkan seutas benang melintasi
diameter mulut tabung dan kencangkan dengan selotip.
7. Ambil kertas kromatografi menggunakan tabung kapiler halus oleskan
tetesan mikro dari ekstrak daun di tengah garis pensil biarkan tempat
mengering lalu tambahkan tetes kedua biarkan mengering lagi dan
tambahkan tetes ketiga ulangi aplikasi selama lima hingga sepuluh kali.
8. Buat lipatan di ujung kertas dan meletakkan pada sisi benang.
9. Tuang pelarut yang merupakan campuran aseton sembilan banding satu
petroleum eter hingga sekitar dua sentimeter ke dalam toples.
10. Turunan kertas ke dalam toples dengan hati-hati dan menutup toples serta
membiarkan pelarut naik dari kertas saat pelarut berjalan.
11. Amati hasil percobaan yang dilakukan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN :


4.1 Analisis Data
No. Pigmen Analit Eluen Rf
1. Karoten 10 cm 10 cm 1 cm
2. Xantofil 9 cm 10 cm 0.9 cm
3. Klorofil A 5 cm 10 cm 0.5 cm
4. Klorofil B 2.8 cm 10 cm 0.28 cm

1. Perhitungan nilai Rf pada pigmen karoten


𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
10
𝑅𝑓 =
10
𝑅𝑓 = 1 cm
2. Perhitungan nilai Rf pada pigmen xantofil
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
9
𝑅𝑓 =
10
𝑅𝑓 = 0.9 cm

3. Perhitungan nilai Rf pada pigmen klorofil A


𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
5
𝑅𝑓 =
10
𝑅𝑓 = 0.5 cm

4. Perhitungan nilai Rf pada pigmen klorofil B


𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2.8
𝑅𝑓 =
10
𝑅𝑓 = 0.28 cm

4.2 Hasil dan Pembahasan


Pada percobaan ini digunakan kertas kromatografi sebagai fase diam. Ujung kertas tersebut
dipotong membentuk huruf V. Pada kertas kromatografi yang sudah dipotong di beri batas bawah
dan batas atas sepanjang 2 cm menggunakan pensil. Tujuan pemberian batas bawah adalah agar
antara totolan warna dan pelarut memiliki jarak sehingga totolan tidak langsung berinteraksi
dengan pelarut sedangkan jarak atas digunakan sebagai batas penyerapan eluen. Jarak pun
digambar menggunakan pensil, karena pensil tidak berinteraksi dengan pelarut tidak seperti pen
dan spidol.
Petroleum eter dan aseton digunakan sebagai fase gerak dalam percobaan ini dengan
perbandingan 9 : 1. Sebanyak 3 mL larutan tersebut dicampurkan dalam gelas beaker dan vial.
Adapun sampel yang digunakan adalah daun hijau segar sebanyak 2-4 helai. Daun tersebut
dihaluskan bersama pasir halus dengan menambah pelarut aseton petroleum eter. Proses
penghalusan dilakukan dengan bantuan alu dan mortal.
Setelahnya sampel daun ditotolkan di atas kertas kromatografi dengan menggunakan pipa
kapiler. Totolan tidak boleh terlalu banyak dalam sekali perlakuan. Setelah ditotolkan sekali,
biarkan selama beberapa saat hingga mongering lalu ditotolkan kembali. Langkah ini diulangi
hingga lima sampai sepuluh kali.
Setelah kering, Kertas yang telah diberi sampel dicelupkan kedalam gelas beaker yang
berisi eluen petroleum eter dan aseton sampai setengah batas bawah kertas kromatografi (tidak
melebihi batas bawah kertas kromatografi). Kertas diletakkan tegak lurus (horizontal), penyerapan
eluen dihentikan sebelum batas atas.
Hasil percobaan ini menunjukkan adanya bercak noda yang menempel pada kertas
kromatografi. Terdapat 4 pigmen dari daun yang menempel pada kertas kromatografi, antara lain
karoten, xantofil, klorofil A dan klorofil B. warna bercak noda yang dihasilkan adalah hijau, hijau
muda, kuning muda dan kuning.
Pada kertas kromatografi, analit daun yang merupakan pigmen karoten bergerak hingga
mencapai jarak 10 cm dari eluen yang bergerak hingga batas atas yaitu 10 cm. Dari hasil tersebut
dapat dihitung nilai Rf nya yaitu sebesar 1 cm.
Selanjutnya yaitu analit berupa pigmen xantofil bergerak hingga mencapai jarak 9 cm dari
eluen yang bergerak hingga batas atas yaitu 10 cm. dari hasil tersebut, dapat dihitung nilai Rf nya
yaitu sebesar 0.9 cm.
Analit ketiga yaitu klorofil A bergerak hingga mencapai jarak 5 cm dari eluen yang
bergerak hingga batas atas yaitu 10 cm. dari hasil tersebut, dapat dihitung nilai Rf nya yaitu sebesar
0.5 cm.
Analit terakhir adalah klorofil B bergerak hingga mencapai jarak 2.8 cm dari eluen yang
bergerak hingga batas atas yaitu 10 cm. dari hasil tersebut, dapat dihitung nilai Rf nya yaitu sebesar
0.28 cm.

VII. SOLUSI MASALAH


1. Berikan definisi singkat tentang :
a. Rf
b. Eluen
c. Fase diam dan fase gerak
2. Jika jarak yang ditempuh suatu senyawa sama persis dengan jarak yang ditempuh pelarut,
kesimpulan apa yang dapat ditarik? Demikian juga, jika jarak yang ditempuh suatu senyawa
adalah 0, kesimpulan macam apa yang dapat diperoleh?
3. Jika dua atau lebih senyawa menunjukkan tempat yang sangat dekat satu sama lain, bagaimana
cara memisahkannya?
4. Bagaimana cara membuktikan bahwa kromatografi kertas dapat digunakan sebagai penilaian
kualitatif untuk senyawa tertentu?

Jawaban
1. Definisi singkat tentang :
a. Rf merupakan nilai dari Jarak relative pada pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang
ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh oleh eluen (fase gerak) untuk setiap
senyawa.
b. Eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi larutan umpan
(feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Eluent yang banyak digunakan adalah jenis
adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silica.
c. Dalam kromatografi fasa gerak bergerak membawa komponen-komponen melewati fasa
diam. Komponen-komponen selanjutnya berinteraksi dengan fasa diam, sementara fasa
gerak terus berjalan melalui fasa diam. Dalam hal ini terjadi perbedaan interaksi dari
komponen dengan fasa gerak dan fasa diam.
2. Jika jarak yang ditempuh suatu senyawa sama persis dengan jarak yang ditempuh pelarut,
maka larutan standar / analit akan bergerak cepat atau memiliki afinitas terhadap fase gerak
apabila memiliki sifat larutan standar/ analit dan pelarutnya sama.
Dan jika jarak yang ditempuh suatu senyawa adalah 0,maka Rf mempunyai kepolaran yang
tinggi, dikarenakan fase diam bersifat polar. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah
mengurangi kepolaran eluen, dan sebaliknya.
3. Yaitu dengan menggunakan metode kromatografi, yang dimana metode ini merupakan teknik
pemisahan dimana suatu zat dalam campuran diuraikan berdasarkan kemampuannya untuk
diserap oleh komponen lain yang ada di dalam kromatografi yang dikenal sebagai fasa diam.
Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fasa, yaitu fasa diam dan
fasa gerak.
4. Identifikasi secara kulitatif pada kromatografi lapis tipis dapat ditentukan dengan menghitung
nilai Rf. Nilai Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu senyawa. Harga Rf didefinisikan
sebagai perbandingan antara jarak senyawa titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik
awal.

VIII. KESIMPULAN :
Dari kegiatan praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknik pemisahan senyawa berwarna dapat dilakukan dengan teknik kromatografi kertas.
Kromatografi kertas dilakukan dengan mentotol sampel pada kertas kromatografi lalu
mencelupkan kertas ke dalam pelarut. Secara perlahan, pigmen warna pada sampel akan
naik ke atas kertas dalam waktu tertentu.
2. Analit dan eluen berkaitan dengan harga Rf, dimana harga Rf didapatkan dengan
membandingkan anelit dengan eluen.
Adapun saran yang kiranya dapat dipertimbangkan dari praktikan yaitu sampel yang tidak
harus menggunakan daun hijau. Apabila kegiatan praktikum ini ingin dikaji ulang, maka
praktikan yang lain dapat memilih sampel apapun yang mereka inginkan, seperti contohnya
menggunakan kunyit ataupun kopi.
IX. DAFTAR PUSTAKA:
Ewing, G. W. (1985). Instrumental of chemical Analysis Fifth Edition. Singapore: McGraw-Hill.
Handayani W, H. A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Media.
Kristianingrum. (2005). Peranan Kimia Analisis untuk Industri Farmasi. Yogyakarta: UNY.
Rohman, A. (2009). Kromatografi untuk Analisa Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rubiyanto, D. (2016). Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish.
Underwood, A. J. (1988). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai