Anda di halaman 1dari 4

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi

senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. KLT dapat digunakan
untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan
hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk
mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi
kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut
yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis.
Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi
pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf
yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan
dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh
oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh
karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Faktor Retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang

ditempuh oleh eluen. Rumus faktor retensi adalah:

Pelaksanaan KLT
1. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi
dan resolusinya.
2. Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba
karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah campuran 2
pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian
rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam
memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang
sensitif.

2.

Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8
untuk memaksimalkan pemisahan.

3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase gerak
akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan
pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil
benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
Beberapa Sistem Pemisahan dengan KLT dari Bahan Alam (Gibbons, 2006)
3. Penotolan Sampel
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit 0,5 l.
Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 l, maka penotolan harus dilakukan
secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan (Gandjar & Rohman, 2007).
4. Pengembangan
Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan sampel
dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase gerak. Tepi bagian
bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,51 cm. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel.
Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak sedikit
mungkin, akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian lempeng yang telah
ditentukan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya bejana dilapisi dengan kertas
saring. Jika fase gerak telah mencapai ujung dari kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase
gerak telah jenuh (Gandjar & Rohman, 2007).

5. Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLT dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia yang biasa
digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan
sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak
adalah dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar
ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat
jelas (Gandjar & Rohman, 2007).
Deteksi senyawa dilakukan dengan menggunakan detektor UV di bawah sinar UV 254
nm, indikator pada plat KLT akan memancarkan warna hijau dan pada UV 366 nm akan

memancarkan warna ungu. Komponen yang menyerap cahaya pada 254 atau 366 nm akan
tampak sebagai bercak gelap pada plat yang bercahaya (Gibbons, 2006). Metode deteksi lain
adalah dengan menggunakan pereaksi semprot.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


BAHAN :

Hasil fraksinasi

Eluen (n-heksan 4: etil asetat 1)

Hasil ekstrak

ALAT :

Lampu UV

Chamber

Pipa kapiler

Plat tetes

PROSEDUR PRAKTIKUM :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Fraksi yang ada masing-masing diambil dengan pipa kapiler


Beri tanda untuk batas bawah dan batas atas
Totolkan pada plat tetes dan biarkan mengering
Masukan plat tetes kedalam chamber yang berisi eluen dan telah jenuh dengan eluen
Biarkan sampai eluen merambat naik
Angkat dan keringkan
Masukan kedalam lampu UVdan hitung harga RFnya dengan rumus:

4.4 HASIL DAN PEMBAHASAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Perhitungan Rf:
a. Hasil ekstrak :
b. Fraksinasi corong pisah :
c. Fraksi kolom :
d. Fraksi kolom warna pekat :

Pembahasan :
Pada praktikum kali ini kami mengidentifikasi metabolit sekunder dalam sampel
jahe merah yang telah mengalami proses ekstraksi dan fraksinasi dengan
menggunakan metode kromatografi lapis tipis. Hal pertama yang harus dip[erhatikan
adalah memilih eluen yang cocok untuk menarik senyawa metabolit sekunder yang
ada pada jahe merah, menurut literatur eluen yang cocok untuk menarik senyawa
penaik pada sampel jahe merah adalah kloroform dan n-heksan dengan perbandingan
2:3. Eluen yang sudah dibuat dimasukkan ke dalam chamber dan dibiarka jenuh.
Proses sselanjutnya adalah penotolan pada lempeng alumunium yang telah diberi
tanda batas, kemudian dimasukkan ke dalam chameber yang berisi eluen yang telah
jenuh, eluen akan merambat keatas, perhatikan eluen agar rambatan tidak melewati
batas atas pada lempemg alumunium, setelah itu lempeng alumunium dikeringkan
dan dilihat dibawsah sinar ultraviolet, pendaran yang terlihat ditandai untuk
kemudian diukur panjangnya untuk menentukan nilai Rf nya
Berdasarkan nilai Rf yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa semakin pekat
maka senyawa metabolit metabolit yang ada pada jahe merah akan semakin tinggi,
dilihat dari nilai Rf yang kami dapat.

Anda mungkin juga menyukai