Disusun oleh :
NIM : 1911102415129
Kelas :A
FAKULTAS FARMASI
2021
I. JUDUL PRAKTIKUM
Identifikasi senyawa minyak atsiri dan antrakuinon
RF:
Rumus RF :
hRf :
untuk jarak eluen 10cm – 2 cm ( batas atas 1cm dan bawah 1cm) =
8cm
1. Minyak atsiri
Rf : Rf :
Rf : Rf :
Rf : Rf :
Rf : Rf :
Rf : Rf :
2. Antrakuinon
Rf : Rf :
Rf : Rf :
Rf : Rf :
Rf : Rf :
Rf : Rf :
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum fitokimia kali ini dilakukan pengujian identifikasi
senyawa minyak atsiri dan antrakuinon dengan tujuan dapat
melakukan skrining fitokimia kandungan yang ada pada simplisia
dengan metode KLT, reaksi warna dan pengendapan. Skrining
fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum
tampak melalui suatu tes yang dapat dengan cepat memisahkan
antara bahan alam yang memiliki kandungan kimia tertentu dengan
bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia.
Dalam praktikum identifikasi kali ini menggunakan metode
penampak noda karena dalam pendeteksian sennyawa akan lebih
mudah karena dapat menghasilkan warna sebagai gambaran tentang
golongan senyawa yang terkandung dari bahan yang diidentifikasi.
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng sedankan Pada UV
366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat
oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. (Gibbons, 2006).
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau
beberapa pelarut. Fase gerak bergerak di dalam fase diam yaitu suatu
lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Pelarut yang digunakan
hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan, sistem
pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran sesederhana
mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).
Pemilihan fase gerak dapat ditentukan melalui eksperimen trial and
error hingga didapatkan kromatogram yang diinginkan. Pada
kromatografi fase terbalik, fase gerak bersifat polar dan akan terlelui
lebih dulu. Sedangkan pada fase normal fase gerak berisfat kurang
polar dan akan terelusi lebih dulu (Dong, 2006)
Reaksi kimia adalah perubahan yang mengubah identitas zat
dalam suatu materi. Pada perubahan kimia terbentuk zat baru.
Terjadinya suatu reaksi kimia dapat diketahui dari perubahan yang
diakibatkan oleh reaksi tersebut. Beberapa perubahan tersebut adalah
terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, terbentuknya gas,
dan adanya perubahan suhu. dikarenakan ekstraksi partisi yang
menggunakan pelarut etil asetat untuk memisahkan produk dari
pengotornya. Perlakuan penambahan pereaksi penampak noda
dengan penyemprotan atau pencelupan terkadang diperlukan untuk
menghasilkan turunan senyawa yang berwarna atau berfluoresensi.
Pada umumnya senyawa aromatik terkonjugasi dan beberapa
senyawa tak jenuh dapat menyerap sinar UV. Senyawa-senyawa ini
dapat dianalisis dengan KLT dengan fase diam yang diimpregnasi
indikator fluoresensi dan deteksi dapat dilakukan hanya dengan
pemeriksaan di bawah sinar UV 254 nm (Lestyo Wulandari, 2011).
Tujuan diamati pada lampu UV 254 nm dan 366 nm adalah
untuk melihat noda pada lempeng KLT sehingga dapat diidentifikasi
senyawa yang ada titik maksud angka 254 adalah plat akan
menampakan noda atau bercak pada saat disinari dengan Sinar sinar
UV 254 nm dan jika disinari dengan Sinar sinar UV 366 nm maka akan
nampak gelap dan noda pun akan nampak gelap pula atau buram
yang dihasilkan dalam percobaan. Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi (Sudarmadji, 1996).
Untuk memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang
ditotolkan paling sedikit 0,5 μl. Jika volume sampel yang akan
ditotolkan lebih besar dari 2-10 μl maka penotolan harus dilakukan
secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan
(Wulandarim, 2011) Penotolan sampel yang tidak tepat akan
menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak ganda.
Perhitungan yaitu nilai RF yang digunakan sebagai nilai
perbandingan relatif antara sampel. Nilai RF juga menyatakan derajat
suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai RF sering disebut
retensi. Semakin besar nilai RF maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat klt nilai RF akan besar Jika
senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi dengan absorbent
polar dari plat kromatografi lapis tipis. (Gandjar, 2007)
Dalam praktikum fitokimia identifikasi senyawa minyak atsiri dan
antrakuinon kali ini Kesalahan yang mungkin terjadi saat yaitu pada
penotolan yang dilakukan berulang-ulang dan letaknya tidak tepat,
kemudian pada kandungan senyawanya yang terlalu asam atau basa
serta pada lempengnya tidak rata (Astriani, 2014). kandungan
senyawa yang teralalu asam atau basa, lempeng atau plat yang tidak
rata sehingga noda yang dihasilkan tidak maksimal.
VII. KESIMPULAN
Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa fitokimia
merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian fitokimia yang
bertujuan memberi gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam tanaman yang diteliti. simplisia dikatakan
mengandung minyak atsiri apabila memberikan noda biru, hijau,
merah, ataupun coklat sedangkan untuk senyawa antrakuinon akan
memberikan noda yang berfluoresensi merah dan berwarna kuning
pada sinar tampak jika mengandung antron dan antranol.
DAFTAR PUSTAKA
Kristianti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M. dan Kurniadi, B., 2008. Buku ajar
fitokimia. Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA
Universitas Airlangga.
Rumondang, B., 2004, Esterifikasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi Dari Minyak
Daun Nilam (Patchouli Oil), Universitas Sumatera Utara.
Madje, B. R.; Shelke, K. F.; Sapkal, S. B.; Kakade, G. K. and Shingare, M. S.,
2010, An Efficient One-Pot Synthesis of Anthraquinone Derivates
Catalyzed by Alum in Aqueous Media, Green Chem. Let. and Rev., 3:
269-273
Gunther, E., 1990. Minyak Atsiri. Jilid III A. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Dong, M.W. 2006. Modern HPLC for Practicing Scientist. Canada: A John
Wiley & Sons, Inc. Hal. 1-13.
Lux, P.E. 2004. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.
Gibbons, S., 2006, An Intoduction to Planar Chromatography, Humana Press,
Totowa New Jersey.