Disusun oleh:
Kelompok : M-4
Laboratorium Kromatografi
Fakultas Farmasi
2014
MODUL 1
KROMATOGRAFI
I. TUJUAN
(Alimin, 2007)
Adsorben yang digunakan pada kromatografi lapis tipis biasanya
terdiri dari silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan
perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan pada pelat. Pada
pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran sepanjang
fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram. Pemisahan yang terjadi
berdasarkan adsorbsi dan partisi. Teknik kerja KLT prinsipnya hampir sama
dengan komatografi lapis tipis (KLT).
(Yazid, 2005)
( Yazid, 2005)
tipis.
( khopkar, 2010)
campuran.
( Hendayana, 2010)
Alat Bahan
Bejana KLT Sampel obat tradisional
Bekker Glass
Gelas Ukur
Plat KLT
Penggaris
Sinar UV
IV. CARA KERJA
A. Prinsip Dasar KLT
Jenuh ( fase gerak membasahi atau telah mencapai ujung kertas saring
Dimasukkan plot KLT pada chamber jenuh ditunggu hingga seluruh analit
terelusi.
Dihitung kepolaran dan kekuatan elusi dari fase gerak dengan memprediksi Rf.
Dihitung Rfnya.
B. Identifikasi senyawa obat pada obat tradisional
1. Preparasi Sampel
Larutan sampel ditotolkan pada silika gel Gf254 untuk mengetahui kadar sampel
cukup untuk elusi dengan menotolkan 1x dilihat dibawah sinar UV sampe bercak
terlihat.
Sebelum ditotolkan silika Gel diberi batas bawah dan atas o,5 cm ditandai dengan
titik menggunkan pensil.
2. Penjenuhan
Dibiarkan analit di elusi oleh fase gerak sampai terjadi pemisahan warna
3. Ibuprofen - - -
4. Parasetamol - - -
0,5 cm
fenilbutazon
antalgin sampel
3,8 cm 4 cm
3,5 cm
Tabel Percobaan Semua Kelompok
Sampel Standart
Keterangan :
- Kloroform - Metanol
90 10
Volume x 2 ml Volume x 2 ml
100 100
1,8 ml 0,2 ml
Perhitungan Rf pada KLT
- Antalgin - Fenilbutazon
Jarak bercak = 3,5 cm Jarak bercak = 3,8 cm
Jarak bercak
Rf
Jarak Elusi
3,5 cm
4 cm
0,875
Jarak bercak
Rf
Jarak Elusi
3,8 cm
4 cm
0,95
- Sampel
Jarak bercak = 3,5 cm
Jarak bercak
Rf
Jarak Elusi
3,5 cm
4 cm
0,875
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa apa
saja yang terkandung pada obat tradisional dan dapat memilih fase gerak yang
sesuai untuk pemisahan senyawa dengan menggunakan metode kromatografi
lapis tipis (KLT). Kromatografi merupakan metode yang digunakan untuk
memisahkan suatu senyawa menjadi beberapa komponen dengan
menggunakan dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Pada KLT, digunakan
fase diam berupa lapisan tipis yang berada pada permukaan datar diatas
pendukung yang sesuai, biasanya digunakan silika yang mana sifatnya polar,
sedangkan pada fase gerak berupa cairan yang mana akan menaiki fase diam.
Pada praktikum yang kami lakukan, kami menganilisis sampel A
dengan menggunakan pembanding berupa antalgin (0,1%) dan fenilbutazon
(0,1%). Fase gerak yang digunakan berupa campuran kloroform : metanol
(90:10), digunakan campuran dua pelarut organik karena campuran dari kedua
pelarut ini mempunyai daya elusi yang mudah diatur sehingga didapatkan
pemisahan yang optimal. Untuk mendapatkan harga Rf dengan rentang 0,2-0,8
maka harus dilakukan pengaturan terhadap daya elusi fase gerak sehingga
didapatkan pemisahan yang maksimal. Sedangkan fase diam yang digunakan
berupa silika gel GF 254 yang bersifat polar. Maksud dari GF 254 adalah silika
gel yang mengikat lapisan halus berupa gipsum yang berflluoresensi dengan
menggunakan panjang gelombang sebesar 254 nm. Digunakan fase gerak
kloroform dan metanol karena kloroform bersifat non polar sedangkan metanol
bersifat semi polar dan fase diam berupa silika gel GF 254 yang bersifat polar
sehingga sampel dan pembanding dapat dipisahkan karena adanya kelarutan
yang berbeda.
Sampel A ditimbang sebanyak 0,102 gram dan dilarutkan dengan
pelarut berupa etanol. Digunakan etanol, karena sampel A dapat larut dengan
baik dalam etanol. Setelah dilarutkan, sampel A disaring dengan menggunakan
kertas saring, tujuan penyaringan ini yaitu untuk mendapatkan larutan jernih
dari sampel A sehingga bisa ditotolkan pada fase diam. Sebelum dilakukan
pengembangan sampel, maka chamber terlebih dahulu dijenuhkan dengan fase
gerak. Tujuan penjenuhan ini agar sampel maupun pembanding dapat dipartisi
dengan mudah oleh eluen.
Setelah chamber dijenuhkan, dilakukan penotolan sampel pada fase
diam. Pemisahan yang optimal apabila penotolan sampel dilakukan sekecil dan
sesempit mungkin, karena jika terlalu banyak dan lebar maka resolusi akan
turun. Selain itu jika penotolan dilakukan pada tempat yang salah, maka akan
menimbulkan bercak yang menyebar dan puncak ganda. Pada praktikum yang
kami lakukan, sampel ditotolkan pada bagian tengah sedangkan pada bagian
kiri antalgin dan kanan fenilbutazon. Pada saat menotolkan fenilbutazon,
sebaiknya tidak lakukan hanya satu kali karena jika dilakukan satu kali
dikhawatirkan pada saat pengembangan sampel, fenilbutazon akan hilang
sehingga tidak akan tampak terlihat pada sinar UV.
Sampel yang telah ditotolkan pada fase diam kemudian dilakukan
pengembangan pada chamber yang telah dijenuhkan terlebih dahulu dengan
fase gerak. Teknik pengembangan pada KLT dibagi menjadi dua yaitu
pengembangan menaik dan pengembangan menurun. Pada praktikum yang
dilakukan, teknik pengembangan yang kami lakukan adalah teknik
pengembangan menaik karena fase gerak akan menaiki fase diam. Pada saat
pengembangan, lempeng yang sudah ditotoli dicelupkan pada fase gerak pada
jarak 0,5 cm, jika fase gerak mencelupkan lempeng yang ditotoli dengan sampel
dan pembanding maka totolan itu akan hilang sehingga tidak akan terjadi
proses elusi dan tidak akan terjadi pemisahan.
Setelah proses pengembangan selesai, kemudian dilakukan deteksi
bercak. Pada KLT, bercak yang dihasilkan tidak berwarna, sehingga untuk
mengetahui berapa bercak yang dihasilkan maka dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu cara kimia, fisika maupun biologis. Pada praktikum yang
kami lakukan, cara yang dipakai adalah dengan cara fisika, yaitu mengetahui
bercak dengan menggunakan fluoresensi sinar ultraviolet. Digunakan
fluoresensi sinar ultraviolet karena lempeng yang digunakan mengandung silika
yang mana dapat berfluoresensi pada panjang gelombang emisi 254. Lempeng
diamati untuk menampakkan solut sebagai bercak yang gelap atau bercak yang
seragam.
Dari hasil percobaan didapatkan dua bercak yang berfluoresensi biru
tua. Salah satu bercak memiliki Rf yang sama dengan bercak sampel, yaitu
antalgin dengan nilai Rf = 0,875 sedangkan pada bercak yang satunya lagi yaitu
fenilbutazon memiliki Rf = 0,95. Dapat disimpulkan bahwa senyawa sampel
tersebut mengandung senyawa obat yaitu antalgin karena Rf antara sampel
dengan antalgin sama yaitu sebesar 0,875. Antalgin memiliki sifat yang lebih
polar dibandingkan dengan fenilbutazon, karena fenilbutazon lebih mudah larut
dan terbawa oleh fase gerak (non polar), sedangkan antalgin dan senyawa
sampel(polar) lebih tertahan pada fase diam.
Rf merupakan perbandingan jarak yang ditempuh solut dengan yang
ditempuh fase gerak. Nilai Rf merupakan derajat retensi suatu komponen
dalam fase diam. Nilai Rf yang besar menandakan bahwa senyawa tersebut
memiliki daya pisah zat terhadap solvent pada kondisi maksimum, sedangkan
nilai Rf yang kecil menandakan bahwa solvent memiliki daya pisah zat yang
minimum. Bila nilai Rf sama maka senyawa tersebut memiliki ciri yang sama,
sedangkan jika nilai Rf berbeda maka senyawa tersebut berbeda.
Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa sampel jamu A
mengandung senyawa obat antalgin. Fase gerak yang cocok untuk pemisahan
sampel adalah campuran kloroform : metanol (90:10). Hal ini disebabkan karena
nilai Rf dari antalgin meaupun fenilbutazon memiliki jarak yang jauh, sehingga
digunakan fase gerak campuran kloroform : metanol (90:10).
VIII. KESIMPULAN
1. Cara pemisahan KLT berdasarkan fase diam (silika gel GF 254) dan fase gerak
(kloroform dan metanol).
2. Semakin tinggi polaritas senyawa, fase diam dari senyawa dengan afinitas
yang lebih besar akan mempunyai nilai Rf yang semakin kecil, sebaliknya
semakin rendah polaritas senyawa, semakin tinggi afinitas untuk pelarut dan
semakin besar nilai Rf. Nilai Rf yang didapat antalgin (polar) =0,875 dan
fenilbutazon (kurang polar) =0,95 dengan menggunakan fase gerak yang
cocok yaitu kloroform : metanol (90:10).
3. Sampel jamu A mengandung senyawa obat antalgin, yang berkhasiat sebagai
obat penghilang rasa sakit (analgetik) dan antipiretik.
DAFTAR PUSTAKA