Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI DAYA HAMBAT SENYAWA ANTIMIKROBA SECARA DIFUSI


PAPER DISK DAN DIFUSI SUMURAN

Oleh:

Artamevia Dwi Prameswari


2004110288
THP B

TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


FAKULATAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2022

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dipenuhi dengan keberagaman tumbuhan. Tumbuhan yang ada di


Indonesia bukan hanya sebagai paru – paru dunia melainkan bisa juga sebagai obat
seperti antibakteri . Tumbuhan yang sebagai antibakteri ini bisa mengurangi angka
resistensi antibakteri. Banyak bahan alami dari tumbuhan yang bisa dibuat sebagai
senyawa antibakteri adalah Sonnoretia alba. tumbuhan ini banyak digunakan sebagai
bahan baku untuk pembuatan produk olahan makanan. Sonnoretia alba merupakan
tumbuhan mangrove yang mengandung berbagai senyawa antibakteri seperti tanin,
flavonoid, fenol, saponin, dan steroid. Berdasarkan hasil penelitian Noor,(2006)
tentang penentuan kadar senyawa flavonoid pada (buah, daun, dan kulit batang)
mangrove S. alba, bahwakadar flavonoid lebih banyak di bagian buahnya yaitu
sebesar (6,86 µg/0,5 g) dibandingkan dengan daun (6,20 µg/0,5 g), dan kulit batang
(3,91 µg/0,5 g).

Pemilihan Sonnoretia alba. Sebagai bahan tumbuhan pada praktikum ini


didasarkan pada kandungan dan penggunaannya yang mudah. Daun Sonnoretia alba.
akan mengalami regenerasi lebih cepat dibandingkan lainnya. Sehingga pengambilan
dalam jumlah banyak tidak menyebabkan kepunahan spesies tanaman ini. Potensi
ekstrak Sonnoretia alba. ini dapat ditinjau terhadap potensi anti bakterinya pada
Staphyloccocus aeureus untuk melihat apakah ekstrak ini mampu menghambat
pertumbuhan dari bakteri tersebut.

Uji aktivitas bakteri dilakukan terhadap Staphylococcus aureus dan diuji dengan
menggunakan metode difusi. Metode ini merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk menguji daya anti bakteri berdasarkan terdifusinya zat antimikroba
dalam media padat dengan pengamatan pada daerah pertumbuhan. Metode yang biasa
dilakukkan adalah metode paper disk dan metode sumuran. Bakteri Staphylococcus

1
aureus dikenal sebagai bakteri patogen berbahaya yang dapat menyebabkan infeksi.
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dapat berupa infeksi
tenggorokan, pneumonia, meningitis, keracunan makanan, infeksi kulit ataupun
impetigo. Hal ini menunjukkan bahwa infeksi S. aureus pada manusia memiliki
tingkat keparahan yang beragam.

Infeksi S. aureus menjadi masalah yangserius karena dapat meningkatkan


resistensi bakteri terhadap berbagai jenis antibiotik (Multi Drug Resistance/MDR).
Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau
dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan
bakteri dan organisme lain. Penggunaan antibiotik yang berlebihan menimbulkan
pada meningkatnya jumlah infeksi yang menjadi resisten terhadap agen-agen bakteri.
Amoxilin merupanan salah satu antibiotik bakterisidal yang dapat mengatasi serta
menghambat pertumbuhan mikroba didalam sintesis dinding sel. Oleh karan itu,
dibutuhkan

Berdasarkan uraian ,diatas diperlukan praktikum lebih lanjut terkait uji daya
hambat senyawa Sonnoretia alba. Terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan
menggunakan metode Difusi Sumuran dan Matide Paper Disk .

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum adalah untuk memenuhi tugas


matakuliah Standarisasi dan Pengendalian Mutu Terpau, serta untuk membantu
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam pengujian senyawa antimikroba
dengan penggunaan metode sumuran dan paper disk.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Senyawa Anti Bakteri

Senyawa antibakteri adalah senyawa kimiawi atau biologis baik alami maupun
sintetik yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri termasuk
antibiotic dan anti jamur lainnya. Bakteri merupakan salah satu penyebab terjadinya
infeksi yang merugikan manusia. Sehingga dibutuhkan untuk mengurangi penyebaran
bakteri secara luas. Dibutuhkannya senyawa ini agar dapat mengurangi terjadinya
penyebaran penyakit dan infeksi serta mencegah pembusukan dan kehancuran
material mikroorganisme.

Sistematika kerja antibakteri akan dipengaruhi oleh konsentrasi zat uji, jumlah
bakteri, pH serta lamanya proses inkubasi. Berdasarkan cara kerjanya antibakteri
dalam menghambat pertumbuhan bakteri digolongkan menjadi sebagai berikut.

1. Menghambat sintesis dinding sel


2. Menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri
3. Menghambat kerja enzim
4. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein.

Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan adalah antibiotik.


Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(bakteri/jamur) serta memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan Atau
membunuh mikroba. Obat yang paling umum digunaakan untuk mengatasi infeksi
adalah Antibiotik. Penggunaan antibiotik dalam menghambat pertumbuhan bakteri
dapat dilakukan dengan menggunakan Amoxicillin, Amoxicillin merupakan
antibiotik golongan bakterisidal, berspektrum luas, menghambat pembentukan
mukopeptida yang dibutuhkan dalam sintesis dinding sel mikroba.

3
2.2 Bakteri Stapylococcus

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif dengan


diameter 0,5- 1,0 mm. Bakteri ini berbentuk seperti serangkaian anggur namun tidak
berbentuk spora dan tidak bergerak. Berdasarkan bakteri yang tidak berbentuk spora,
maka S.aureus termasuk jenis bakteri yang paling kuat daya tahannya. Berdasarkan
ketahanannya bakteri ini dapat tetap hidup sampai berbulan bulan baik dalam lemari
es maupun pada suhu kamar. Bahkan bakteri ini dapat hidup dalam keadaan kering
pada benang, kertas kain, dan tanah selama 6- 14 minggu. Karimela (2017) juga
menambahkan bahwa Staphylococcus adalah bakteri berbentuk kokus, gram-positif
dan memiliki diameter 0,5-1,0 mm, berkelompok, berpasangan dan kadang berantai
pendek. Bakteri Staphylococcus aureus dikenal sebagai bakteri patogen yang saling
berkaitan dengan virulensi toksin, invasif, dan ketahanan terhadap antibiotik.

Menurut Herlina et al. (2015) menyatakan bahwa bakteri S. aureus dapat


menyebabkan terjadinya berbagai jenis inveksi melalui invasi jaringan dan atau
karena pengaruh toksin yang dihasilkannya, mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan
makanan sampai dengan infeksi sistemik. Infeksi yang terjadi misalnya keracunan
makanan seperti kram perut, muntah-muntah yang kadang-kadang di ikuti oleh diare.

Gambar 1. Bakteri Staphylococcus aureus (perbesaran 1000x)


(Sumber: http://generasibiologi.com/2016/10/ciri-ciri-morfologi-
bakteri- staphylococcus-aureus.html)

4
Berdasarkan (Syahrurahman et al, 2010) Klasifikasi Staphylococcus aureus
adalah sebagai berikut :

Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus tumbuh optimal dengan suhu 37 ºC, namun akan


membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Staphylococcus aureus
dapat tumbuh pada media-media yang digunakan di laboratorium bakteriologi,
seperti:
 Nutrient Agar Plate (NAP)
Media ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pembentukan pigmen.
S.aureus akan membentuk pigmen berwarna kuning keemasan pada media.
 Blood Agar Plate (BAP)
Media ini rutin digunakan sebagai media pertumbuhan S.aureus. Koloni yang
tumbuh pada media ini akan tampak lebih besar dan pada galur ganas akan
terlihat zona hemolisis yang jernih di sekitar koloni bakter

2.3 Sonneratia alba

Soneratia alba adalah sejenis pohon yang tumbuh di hutan bakau. Jenis ini
umumnya dijumpai di sekitaran pinggir pantai maupun disepanjang tepian sungai
atau rawa-rawa yang masih ada dipengaruhi pasang surut air laut. Mangrove S. alba
memiliki batang berwarna coklat keabu-abuan, tangkai dan ranting cenderung rimbun
dengan tinggi 2-10 m. Serta memiliki bentuk akar nafas kerucut menjorong keatas
tanah dengan tinggi mencapai 25 cm.

5
Gambar 2. Sonneratia alba
(Sumber: https://swbiodiversity.org/seinet/taxa/index.php?taxon=51555#)

Sonneratia alba banyak digunakan sebagai preservatif dalam produksi minuman


beralkohol yang berasal dari pohon palem. Menurut irdaus dan Sinda (2003)
menyatakan bahwasannya kulit batang S. alba memegang peran penting dalam
pencegahan formasi asam asetat yang dihasilkan dari oksidasi etanol. Sifat preservatif
pada mangrove S. alba disebabkan oleh keberadaan senyawa antioksidan dan
antibakteri. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan bahwasannya S. alba secara
tradisional digunakan sebagai obat ringan dan antiseptik, kseleo dan pendarahan
(Bandanarayake, 2002).

Pada tumbuhan mangrove sonneratia alba ditemukannya beberapa metabolite


sekunder seperti senyawa golongan alkaloid fenolat, gamma linolenic acid, asam
oleanic, steroid,terpenoid dan polisakarida. Senyawa- senyawa ini memiliki efek
toksik, farmakologik, dan ekologik penting (Herawati, 2011). Tak hanya itu,
Tanaman S.alba juga memiliki kandungan gamma linolenic acid sehingga dapat
menjadi sumber asam lemak dari tumbuhan. senyawa- senyawa ini diperoleh dari
identifikasi beberapa bagian tanaman sonneratia alba seperti batang, buah, daun dan
akar (Harizon, et al., 2015). Senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dari tanaman
sonneratia alba memiliki senyawa bioaktif diantaranya anti oksidan dan anti bakteri
dengan metode ekstraksi yang berbeda. Antioksidan dan antimikroba yang diperoleh
cukup tinggi , sehingga tanaman mangrove S.alba dikenal sebagai tanaman yang
memiliki aktivtas antioksidan dan antimikroba yang baik. Antioksidan digambarkan
sebagai suatu senyawa yang dapat memperlambat, menghambat, atau mencegah

6
terjadinya oksidasi dari bahan yang mudah teroksidasi dengan cara mengikat radikal
bebas serta mengurangi stres oksidatif. Hasil penelitian Gazali et al. (2019)
melaporkan bahwa hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etil
asetat memiliki nilai IC50 8,81 µg/mL, metanol 9,31 µg/mL dan n-heksana IC50
238,47 µg/mL.

Selain itu, buah mangrove jenis S. alba juga berpotensi sebagai antibakteri alami,
karena pada buah tersebut mengandung kadar senyawa antibakteri (flavonoid) lebih
banyak dibandingkan dengan daun, dan kulit batangnya (Lakoro, 2017). Senyawa ini
dapat ditentukan menggunakan uji fitokimia dimana senyawa tersebut memainkan
peranan penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh, kekebalan tubuh, dan
mencegah berbagai penyakit seperti penyakit katarak, osteoporosis, stroke, tekanan
darah tinggi dan gangguan saluran pencernaan.

2.4 Uji Daya Hambat

Uji daya hambat merupakan pengujian yang dilakukan dengan mengidentifikasi


daerah hambat suatu zat anti mikrobia terhadap mikroorganisme. Zona hambat
ditandai dengan adanya zona bening yang digunakan sebagai acuan penentuan tingkat
resistensi bakteri terhadap antibiotik dimana semakin besar diameter zona bening
yang terbentuk, maka semakin menghambat pertumbuhan bakteri. Zona bening
merupakan petunjuk kepekaan bakteri terhadap bahan antibakteri yang digunakan
sebagai bahan uji yang dinyatakan dengan lebar diameter zona hambat (Vandepitte,
2005). Diamater zona hambat dapat diukur dalam satuan milimeter (mm).

Pengujian daya hambat bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan metode


difusi sumuran dan paper disk. Menurut Agbor dkk (2011) menyatakan bahwa
metode yang umum dilakukan dalam melakukan uji daya hambat bakteri suatu
senyawa adalah metode difusi. Metode difusi yang banyak digunakan diantaranya
metode difusi cakram, metode gradient antimikroba (Etest), dan metode sumuran.

Prinsip kerja metode difusi adalah terdifusinya senyawa antibakteri ke dalam


media padat dimana mikroba uji telah diinokulasikan. Sedangkan, pada metode dilusi

7
yang sering digunakan yaitu metode dilusi broth dan metode dilusi agar (Balouiri et
al., 2016).

1) Metode Sumuran
Metode sumuran merupakan metode yang dilakukkan dengan membuat
sumuran dengan garis tengah tertentu yang kemudian diberi larutan uji. .
Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan , kemudian lubang diisi
dengan sampel yang akan diuji. Inkubasi disuhu 37°C selama 18-24 jam.
Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada
tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang (Pelzcar, 2013).
2) Metode Paper disk
Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk
menentukan kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada
metode ini ,digunakan suatu cakram kertas (paper disc) yang berfungsi
sebagai tempat menumpang zat antimikroba. Untuk menentukan ada tidaknya
daerah bening yang terbentuk pada sekeliling kertas cakram (menunjukkan
zona hambat pertumbuhan bakteri) dapat dilakukkan dengan meletakkan
kertas cakram pada permukaan tempat lempeng agar terinokulasi dengan
mikroba uji ,setelah itu inkubasi pada suhu 35°C selama 18-24 jam .
Menurut Prayoga (2013), efektifitas suatu zat antibakteri bisa
diklasifikasikan pada tabel 1.berikut
Diameter zona terang Respon hambatan pertumbuhan
˃20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10- 15 mm Lemah
<10 mm Tidak ada

8
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu praktikum standarisasi dan penjaminan mutu dilakukan pada hari
Rabu, 22 November 2022 pada pukul 10.00 WIB – 17.00 WIB di Laboratorium
Mikrobiologi dan Bioteknologi,Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan & Kelautan, Universitas Riau.
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan antara lain Api bunsen, Cawan petri, Tabung reaksi, Jarum
ose, Pipet stainles steel, Mikro pipet , Autoclove, dan inkubator.

Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya seperti Media
NA (bisa digantikan dengan media NB+ Agar Batang), Senyawa antimikroba, NaCl,
Stiker label, Antibiotik Amoksisilin dan bakteri Stapylococcus aureus (Sampel
bakteri).

3.3 Prosedur praktikum

 Sterilisasi alat dan bahan


Peralatan yang digunakan seperti gelas dan logam dicuci bersih menggunakan
air mengalir kemudian dikeringkan dengan mengguankan tisu. Setelah itu , peralatan
gelas dan logam dibungkus dengan menggunakan kertas. Susun peralatan serta media
kedalam keranjang besi autoclove . Lakukan proses sterilisasi dengan menggunakan
suhu 121ºC , tunggu hingga alarm berbunyi dan keluarkan. Setelah dingin pindahkan
peralatan dan media tersebut kedalam wadah yang telah disediakan dalam keadaan
tetap terbungkus.

9
 Proses Pembuatan Media
Menyiapkan media NB dengan preparas 8 gr in 1 liter. Kemudian menimbang
berat wadah setelah itu, masukkan media NB ke dalam wadah sebanyak 450 ml,
Setelah itu lakukan penimbangan kembali. Timbang wadah kembali dan timbang
wadah yang sudah ditambahkan batang agar. Pemberian batang agar bertujuan untuk
mengeraskan media agar saat melakukan pengujian didalam cawan petri. Selanjutnya
lakukan pencampuran dengan diberi larutan aquades dan di homogenkan dengan
menggunakan hot plate. Setelah terhomogen, lanjut sterilisasi media.

 Prosedur Pembuatan Larutan Uji


Menyiapkan cawan petril steril, dan beri label sebagai penanda kelompok dan
metode pengujian. Kemudian siapkan media NA yang masih dalam keadaan panas.
Lakukan pembuatan konsentrasi dari senyawa antibakteri. Setelah itu, siapakan
tabung reaksi dengan pemberian label konsentrsi yang berbeda- beda (12,5%, 6,25%,
3,13%, 1,56%, dan 0%).

a. Konstentrasi 12,5%, diekstrak dengan berat 0,375 gram dilarutkan kedalam 3


ml aquades
b. Konstentrasi 6,25%, diambil 1,5 ml, pada larutan stok konsentrasi 12,5%, lalu
larutkan kedalam aquades gram dilarutkan kedalam 1,5 ml aquades
c. Konstentrasi 3,13%, diambil 1,6 ml, pada larutan stok konsentrasi 6,25%, lalu
larutkan kedalam aquades gram dilarutkan kedalam 1,4 ml aquades
d. Konstentrasi 1,56% diambil 1,49 ml, pada larutan stok konsentrasi 6,13%,
lalu larutkan kedalam aquades gram dilarutkan kedalam 1,51 ml aquades.

Kemudian pembuatan control positif dari obat amoksisilin, dengan cara obat
digerus hingga menjadi bubuk lalu larutkan kedalam 10 ml akuades dan homogenkan.
Lakukan pembuatan suspense bakteri, dengan cara mengambil bakteri dengan
menggunakan jarum ose, lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi
dengan larutan NaCl. Masukkan 1 ml suspense bakteri ke dalam media NA yang

10
sudah steril, lalu homogenkan Media NA dituang ke semua cawan petri sebanyak 15
ml, biarkan hingga menjadi padat.

 Metode Difusi Paper Disk


Siapkan kertas cakram, kemudian kertas tersebut ditempelkan kedalam cawan
petri dengan menggunakan pinset. Letakkan kertas cakram sesuai dengan
konsentrasinya yang ada. Lalu tetesi kertas cakram dengan larutan senyawa
antibakteri sebanyak 2 tetes dengan konsentrasi (12,5%, 6,25%, 3,13%, 1,56% dan
0%). Kemudian beri kode pada tiap cawan petri mulai dari konsentrasi rendah
ketinggi. Inkubasi cawan petri selama 24 jam pada suhu 37 °C , setelah itu ukur
diameter zona hambat dengan menggunakan penggaris.

 Metode Sumuran
Pada cawan petri yang lainnya diberi lubang pada media NA menggunakan
pipet stainless steel sesuai dengan konsentrasi yang digunakan. Kemudian tuang
konsentrasi pada lubang yang sumuran yang telah dibuat sebanyak 0,02 ml. Lalu beri
kode pada tiap cawan petri mulai dari konsentrasi rendah ketinggi. Inkubasi cawan
petri selama 24 jam pada suhu 37 °C , setelah itu ukur diameter zona hambat dengan
menggunakan penggaris.

11
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang dilakukkan , diperoleh hasil pengamatan senyawa


antimikroba dengan konsentrasi yang berbeda-beda (0%, 1,56%, 3,13%, 6,25%,
12,5%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Berikut.

Konsentrasi Diameter Zona Hambat (mm)


Metode Sumuran Metode Cakram
0% 0 0
1,56% 23 7
3,13% 7 9
6,25% 18 13
12,5% 11 17
Kontrol Positif 1 30

Berdasarkan hasil pengamatan pada senyawa antimikroba dengan metode


sumuran dan paper disk didapatkan gambar 3. sebagai berikut.

Metode sumuran Metode paper disk

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada metode sumuran dan metode
cakram, terlihat pada konsentrasi 12,5% menunjukkan diameter tertinggi dari setiap
konsentrasi yang ada setelah inkubasi. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi 1,56%
dan pada metode cakram memiliki diameter yang paling kecil, selain dari konsentrasi

12
0%, hal ini menunjukkan perbedaan metode mempengaruhi jumlah perhitungan zona
hambat, pada kertas cakram setelah inkubasi selama 24 jam.
Penggunaan konsentrasi yang berbeda dapat memberikan daya hambat yang
berbeda pada pertumbuhan bakteri. Penggunaan konsentrasi yang tinggi dapat
meningkatkan diameter zona hambat yang terlihat. Hal tersebut seusai dengan
pendapat Astriya et al. (2017) menyatakan bahwa zat antibakteri yang tinggi dapat
menyebabkan terbentuknya daerah zona hambat yang semakin luas dengan kata lain
semakin banyak terhambatnya pertumbuhan bakteri maka akan semakin tinggi pula
penggunaan tingkat konsentrasi dari ekstrak yang digunakan sebagai antibakteri.
Hasil praktikum ini, membuktikan bahwasannya ekstrak Sonneratia alba dapat
menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus areus. Hal ini terjadi karna S.alba.
mempunyai komponen antioksida sebagai antibakteri yang baik. Ekstrak daun
Sonneratia alba mempunyai aktivitas antibakteri pada bakteri uji yaitu B. cereus yang
digolongkan ke dalam tingkat yang lemah hingga kuat. Hal ini didasarkan dari hasil
diamater zona hambat yang terdapat pada media MHA yaitu 0,00 mm hingga 11-17
mm.
Penggunaan antibiotik amoksisilin juga mempengaruhi uji daya hambat, karena
antibiotik amoksilin memiliki spektrum luas artinya mampu menghalangi dan
memperlambat pertumbuhan dari bakteri Gram negatif dan positif (Wahyuni, 2014)

13
BAB V

SIMPULAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukkan dapat disimpulkan bahwasannya ,


adalah sebagai berikut.

1) Untuk menentukan uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan 2 metode ,


yaitu metode paper disk dan metode sumuran.
2) Sonnerratia alba. berpotensi sebagai antibakteri alami untuk menghambat dan
mencegah pertumbuhan bakteri stapylococcus areus karna mengandung
metabolite sekunder seperti senyawa golongan alkaloid fenolat, gamma
linolenic acid, asam oleanic, steroid,terpenoid dan polisakarida.
3) Hasil uji aktivitas antibakteri memberikan hasil bahwa ekstrak S.alba mampu
menghambat pertumbuhan stapylococcus areus. yang ditunjukkan dari
diameter zona hambat diberbagai konsentrasi ekstrak yang diperoleh.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis untuk penulis selanjutnya ialah agar
lebih bervariasi dalam mengkaji terkait uji aktivitas antibakteri pada produk obat -
obatan herbal masa kini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agbor, V.O., Ma’ori, L., and Opajobi, S.O., 2011. Bacterial Resistance to
Cephalosporins in Clinical Isolates in Jos University Teaching Hospital
(JUTH). New York Science Journal, 4 (9): 46-55.

Balouiri, M., Sadiki, M., Ibnsouda, S. K. 2016. Methods For In Vitro Evaluating
Antimicrobial Activity : A Review. Journal of Pharmaceutical Analysis.
6(2): 71–9.

Bandarnayake W.M 2002. Bioactivities, bioactive compounds and chemical


constituents of mangrove plants.Wetlands Ecol. Manage. 10: 421-
452.

Firdaus, Sinda.L. 2003. Peranan Kulit kayu buli Sonneratia sp, dalam fermentasi nira
aren menjadi minuman beralkohol. Marina Chimica akta, Jur Kimia FMIPA
UNHAS, Vol 5 No 1, 24-28..

Gazali M, Nufus H, Nurjanah, Zuriat. 2019. Eksplorasi senyawa bioaktif ekstrak daun
nipah(Nypa fruticans Wurmb) asal pesisir Aceh Barat sebagai antioksidan.
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 22(1): 155-163.

Harizon, et al., 2015. Antibacterial Triterpenoids from the Bark of Sonneratia alba
(Lythraceae). Natural Product Communications Vol. 10 (2), pp. 278 - 280.

Herawati, N., 2011. Identification of Bioactive Compound From Mangrove Trees


Sonneratia alba. Jurnal Chemica, pp. 54 -58.

Herlina N, Fii A, Aditia DC, Poppy DH,Qurotunnada dan Baharuddin T. 2015.Isolasi


dan identiikasi Staphylococcusaureus dari susu mastitis subklinis di
Tasikmalaya, Jawa Barat. Pros Sem NasMasy Biodiv Indon 1(3): 413-417.

Pelczar, Michael J dan Chan, E.C.S. 2013. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta:


Universitas Indonesia Press.

Prayoga, Eko. 2013. Perbandingan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper bitle L.) dengan
Metode Disk Difusi dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus. Jurusan Pendidikan Kedokteran Fakutas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Skripsi.

15
Syahrurahman A. Chatim A, Soebandrio A, Kurniawati, Susanto A, Harum B. 2010.
Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Binarupa Aksara
Publisher. Jakarta.

Vandepitte, S. 2005. Prosedur Laboratorium Dasar untuk Bakteriologis Klinis. Edisi


2. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Noor YL, Khazali M dan Suryadipura INN.2006. Panduan Pengenalan Mangrovedi


Indonesia. Bogor : WetlandInternational – Indonesia Programme

Astriya W, Surjowardojo R, Susilorini TE. 2017. Daya Hambat Ekstrak Buah


Mahkota Dewa (Phaleriamacrocarpa L.) dengan Pelarut Etanol dan Akuades
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis pada Sapi Perah.
Jurnal Tropika. 18(2): 8-13.

Wahyuni LS. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kubis (Brassica oleracea L. var
capitata L.) Terhadap Bakteri Escherichia coli. [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

16
LAMPIRAN

17
Lampiran 1. Alat dan Bahan Praktikum

Cawan petri Labu erlemeyer Autoclove

Api Bunsen Tabung Reaksi Gelas Ukur

Mikrotip Kertas Cakram Rak Tabung Reaksi

Pinset Timbangan Hot plate

Mikropipet Senyawa Antimikroba Amoksilin

18
Kertas Label Pipet Boba Stainles steel NB

Agar Batang Aquades Alumunium foil

19
Lampiran 2. Prosedur Praktikum

 Sterilisasi Alat dan Bahan

Membungkus cawan petri Tabung reaksi Alat dan bahan yang akan
dibungkus kasa distrerilkan

Alat dan bahan Masukkan kedalam Proses sterilisasi


dibungkus Autoclove
alumunium
foil

 Pembuatan Media Agar

Wadah ditimbang Agar batang ditimbang Pembuatan media di hot


plate

20
 Prosedur pengenceran

Mengukur Aquades Aquades dimasukkan Fiksasi agar tetep steril


ke Tabung reaksi

Homogenkan beri Ambil larutan dengan kontrol


label menggunakan makropipet
sesuai konsetrasi

1,56% 6,25% 3,13%

12,5% Gerus amoksisilin Amoksisilin dilarutkan


kedalam 10 ml aquades

21
Proses suspense bakteri Tuang media kedalam Proses fiksasi di setiap
dengan jarum ose cawan petri pengerjaan

Proses Metode Paper Proses Metode Sumuran Menghitung zona hambat


Disk menggunakan penggaris

22
Lampiran 3. Hasil Praktikum

 Metode sumuran

 Metode Paper Disk

23

Anda mungkin juga menyukai