Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MIKROBIOLOGI ANALISIS

“UJI STERILITAS SEDIAAN FARAMSI DAN ALAT KESEHATAN”

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1
Kelas A

1. IVAN JULIO G701 17 012


2. NURFAIZAH M.ALI G701 17 133
3. HERDA RESKIYANTI G701 14 216

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sediaan obat dan alat kesehatan seharusnya bersifat steril, bebas dari kuman.
Terutama sediaan obat yang langsung kontak dengan mukosa atau langsung masuk
ke aliran darah seperti tetes mata, injeksi, cairan infus, salep mata, dan tablet
implant. Demikian juga dengan alat-alat kesehatan seperti kasa, dispossible
syringe, dan benang bedah. Standar ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi
infeksi pada pasien yang menggunakan sediaan obat maupun alat kesehatan
tersebut akibat kontaminasi kuman patogen.
Uji sterilitas merupakan uji yang dilakukan terhadap sediaan steril untuk
mengetahui adanya mikroorganisme pada sediaan. Sebelum uji sterilitas perlu
dilakukan validasi dan monitoring. Validasi merupakan prosedur yang
didokumentasi untuk mendapatkan pencatatan, interpretasi data yang dibutuhkan
untuk menunjukkan bahwa proses akan secara konsisten memenuhi spesifkasi
yang ditetapkan. Hasil validasi disebut PROTAP. Monitoring dapat dilakukan
dengan 3 metode yaitu metode fisika, kimia, dan biologi.
Validasi proses sterilisasi memerlukan 2 macam data yaitu commisioning data
dan performance qualification. Commisioning data adalah memberikan kepastian
bahwa alat-alat telah disiapkan dan distel sesuai dengan spesifikasinya dan aman
digunakan dan berfungsi dalam batas limit yang telah ditetapkan bila alat tersebut
dioperasikan sesuai denga cara-cara yang telah didokumentasikan. Performance
qualification data adalah memberikan kepastian bahwa alat tersebut akan
menghasilkan produk dengan Sterility assurance yang dapat diterima bila
dijalankan sesuai dengan prosedur penggunaan alatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sterilisasi ?
2. Bagaimanakah metode sterilisasi ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua
mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasi dengan p
engemasan
hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. 8ang dimaksud pengemasanhermet
is adalah pengemasan yang sangat rapat1 sehingga tidak dapat ditembus olehmik
roorganisme1 air1 ataupun udara.

Sediaan obat dan alat kesehatan seharusnya bersifat steril, bebas dari kuman.
Terutama sediaan obat yang langsung kontak dengan mukosa atau langsung masuk
ke aliran darah seperti tetes mata, injeksi, cairan infus, salep mata, dan tablet
implant. Demikian juga dengan alat-alat kesehatan seperti kasa, dispossible
syringe, dan benang bedah. Standar ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi
infeksi pada pasien yang menggunakan sediaan obat maupun alat kesehatan
tersebut akibat kontaminasi kuman patogen.
Uji sterilitas merupakan uji yang dilakukan terhadap sediaan steril untuk
mengetahui adanya mikroorganisme pada sediaan. Sebelum uji sterilitas perlu
dilakukan validasi dan monitoring. Validasi merupakan prosedur yang
didokumentasi untuk mendapatkan pencatatan, interpretasi data yang dibutuhkan
untuk menunjukkan bahwa proses akan secara konsisten memenuhi spesifkasi
yang ditetapkan. Hasil validasi disebut PROTAP. Monitoring dapat dilakukan
dengan 3 metode yaitu metode fisika, kimia, dan biologi.

Tujuan utama pembuatan sediaan steril adalah mutlak tidak adanya kontamina
simikroba.Syarat sterilitas adalah nilai yang mutlak. Secara historis1 pertimbangan
sterilitas bersandar pada uji sterilitas lengkap yang resmi1 namun sediaan akhir p
engujian sterilitasmengalami banyak batasan. 0atasan yang paling nyata adalah
sifat dasar dari uji sterilitas. Ini adalah uji yang dekstruktif sehingga1 hal ini
tergantung pemilihan statistik sampel acak
darikeseluruhan lot. Ketidakpastian akan selalu ada selama sampel secara tegas
mewakilikeseluruhan.

1. Ada 4 faktor pada uji sterilitas antara lain :


Lingkungan tes dilaksanakan harus dilakukan pada kondisi yang dapat
menghindari terjadinya kontaminasi meliputi alat, lingkungan dan
pelakunya. Selama tes dilakukan digunakan LAFC, adapun penggunaan
zat antimikroba harus hati-hati dan antimikroba harus dihilangkan
dahulu.
Kualitas kultur media kondisinya harus yang sesuai untuk tempat
tumbuh bagi setiap organisme yang tersisa dan harus terjamin pada
kultur media. Media harus subur supaya mikrorganisme dapat tumbuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kultur media yaitu nutrien,
kelembaban, udara, suhu, pH, cahaya, tekanan osmotik, adanya
inhibitor. Nutrien merupakan unsur yang dibutuhkan seperti C, H, O, P,
S, N, mineral, trace element. Media mengandung protein yang
terhidrolisa parsial sebagai sumber N dan C (glukosa), pengatur
konsistensi agar (gelatin jarang digunakan sebab meleleh pd suhu > 30
°C). Tambahan utk uji khusus, misalnya garam empedu utk tujuan
isolasi Enterobacteriaceae
Metode tes yang dilaksanakan, faktor yang mempengaruhi pengambilan
jumlah sampel tergantung pada jumlah unit per batch, volume cairan
tiap wadah, metode sterilisasi, sistem indikator biologis yg digunakan,
persyaratan khusus
Jumlah sampel

2. Macam-Macam Uji Sterilitas


Strerilisasi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu baik secara mekanik,
fisik maupun kimiawi.

1. Sterilisasi fisik
Sterilisasi secara fisik adalah sterilisasi yang dilakukan dengan
pemanasan dan penyinaran. Suatu alat atau bahan dikatakan steril
apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk
vegetatif maupun spora. Seperti pembakaran alat pada api secara
langsung, contohnya pemanasan jarum ose atau pinset, pemanasan
kering dengan menggunakan oven, biasanya untuk sterilisasi alat-alat
seperti tabung reaksi, cawan petri, dan sebagainya. Salah satu contoh
sterilisasi fisik adalah dengan sterilisasi
menggunakan autoclave. Autoclave adalah alat sterilisasi dengan
menggunakan panas uap dan tekanan tinggi, dengan cara alat dan media
dimasukkan di dalam autoclave pada suhu 121oC dengan tekanan 1
atm selama 15 menit. Penurunan tekanan pada autoclave tidak
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan
meningkatkan suhu dalam autoclave. Suhu yang tinggi inilah yang akan
membunuh microorganisme. Autoclave terutama ditujukan untuk
membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri,
sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Hal ini
sesuai dengan Hendrati (2013) yang menyatakan
bahwa autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat
dan bahan menggunakan uap air panas bertekanan.

2. Sterilisasi kimiawi
Sterilisasi kimiawi adalah jenis sterilisasi yang menggunakan alkohol
sebagai bahan untuk melakukan sterilisasi. Alkohol merupakan salah
satu bahan sterilisasi basah. Alkohol yang sering digunakan dalam
sterilisasi adalah alkohol 70%. Alkohol jenis ini banyak digunakan jadi
bahan sterilisasi karena bisa membunuh bakteri atau kontaminan
melalui denaturasi unsur protein dan melarutkan membran lemak yang
ada di tubuh bakteri tersebut. Hal ini sesuai dengan Benson (2001) yang
menyatakan bahwa Alkohol yang paling efektif digunakan
dalam proses sterilisasi adalah alkohol 70%.

3. Sterilisasi mekanik
Strerilisasi secara mekanik adalah dengan menggunakan saringan
berpori sangat kecil antara 0.22 mikron sampai 0.45 mikron sehingga
mikroba tertahan pada saringan. Cara ini biasanya dilakukan untuk
strerilisasi bahan yang tidak tahan atau peka terhadap panas seperti
antibiotik ataupun senyawa enzim.

3. Media Uji Sterilisasi


Media berdasarkan komposisinya dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu
media sintetis, media semi-sintetis dan media alamiah.
1. Medium Sintetis
Medium sintetis yaitu media yang komposisi zat kimianya
diketahui jenis dan takarannya secara pasti. Media sintesis merupakan
media pertumbuhan mikroba yang terbuat dari campuran bahan-bahan
kimia. Contoh dari beberapa media sintesis diantaranya PDA (Potato
Dextrose Agar), PCA (Plate Count Agar), YEA (Yeast Extract Agar),
dan NA (Nutrient Agar). Hal ini sesuai dengan Harvey dan McNeil
(2008) yang menyatakan bahwa Media sintetik merupakan media yang
seluruhnya berupa bahan kimia sintetik yang semua komponen dalam
pembuatannya sudah diketahui dan dalam jumlah dan konsentrasi
tertentu.

a. Media PDA (Potato Dextrose Agar)


PDA merupakan media yang umum digunakan dalam
kultivasi bakteri. Pembuatan PDA di setiap prosesnya harus selalu
steril, baik alat-alat yang digunakan untuk proses pembuatan
haruslah steril, contohnya pada tangan, dalam proses ini tangan
harus disterilkan oleh alkohol sebelum melakukan pembuatan PDA
ini. Tujuannya yaitu agar PDA yang dibuat tidak ditumbuhi
mikroorganisme yang tidak diinginkan Media biakan adalah media
steril untuk menumbuhkan mikroorganisme. Komposisi PDA yaitu
kentang pepton 4 g, glukosa 20 g, dan agar 15 g. Fungsi dari PDA
adalah untuk menumbuhkan dan mengidentifikasi yeast dan
kapang. Hal ini sesuai dengan Aini (2015) yang menyatakan
bahwa salah satu media agar yang cocok dan mendukung
pertumbuhan jamur adalah PDA (Potato Dextrose Agar) yang
memilki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan
yang netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan
antara 25 - 30 °C.

b. Media PCA (Plate Count Agar)


Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut
Standard Methods Agar merupakan sebuah media
pertumbuhan mikroorganisme yang umum digunakan untuk
menghitung jumlah mikroorganisme total yang terdapat pada
setiap sample makanan, produk susu, air limbah dan sample-
sample lainnya yang biasanya menggunakan metode Total
Plate Count. Penggunaan PCA sebagai media untuk
menghitung jumlah total dari mikroorganisme sudah dilakukan
sejak lama. Sekarang industri-industri seperti makanan, produk
susu dan juga pengolahan limbah sudah menerapkan
penghitungan jumlah total mikroorganisme pada sample
mereka sesuai dengan standar yang ada menggunakan PCA.
Komposisi PCA yaitu casein 5 g, yeast extract 2,5 g, dextrose
1 g dan juga agar 15 g. Hal ini sesuai dengan Partic (2008) yang
menyatakan bahwa Medium plate count agar (PCA) dapat
berfungsi sebagai medium untuk menumbuhkan mikroba.

c. Media NA (Nutrient Agar)


NA merupakan suatu medium yang berbentuk padat
yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan
senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak
daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai
pemadat. Penggunaan agar digunakan karena sifatnya yang
mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa
galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton
digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber
protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan
berkembang. Medium NA merupakan medium yang berwarna
coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana
medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebai
medium untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi dari media NA
yaitu untuk pertumbuhan mikroorganisme yang tidak selektif.
Hal ini sesuai dengan Rakhmawati (2012) yang menyatakan
bahwa Nutrient Agar (NA) merupakan suatu media yang
mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat
digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan
mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya.

2. Media Semi Sintetis


Media semi sintetis merupakan media pertumbuhan
mikroba yang tersusun dari bahan-bahan kimia dan alami yang
komposisinya telah diketahui tetapi takarannya tidak diketahui.
Bagian dari bahan alami yang digunakan pada pembuatan media
semi sintesis adalah ekstrak dari bahan tersebut. Beberapa media
semi sintesis adalah kentang agar, dan tauge agar. Hal ini sesuai
dengan Harvey dan McNeil (2008) yang menyatakan bahwamedia
semi sintetik mengandung media sintetik dalam jumlah besar
dan komponen non-sintetik untuk mengontrol komposisi media
.
a. Media Kentang Agar
Media kentang agar merupakan media semi sintesis
yang berfungsi untuk menumbuhkan kapang. Media kentang
agar menggunakan ekstrak kentang sebagai sumber utama
nutrisi pertumbuhan kapang. Media kentang agar terdiri dari
ekstrak dari kentang 100 gram, gula pasir 17 gram, dan agar 4
gram. Media ini merupakan media padat karena mengandung
agar. Hal ini sesuai dengan Anisah (2015) yang menyatakan
bahwa kentang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme karena kentang memiliki kandungan
karbohidrat yang cukup tinggi.

b. Media Tauge Agar


Tauge Agar termasuk medium semi alamiah karena
tersusun atas bahan alami (tauge) dan bahan sintesis
(Sukrosa dan agar). Medium ini berdasarkan
konsistensinya termasuk medium padat karena terdapat
agar sebagai bahan penyusunnya. Sedangkan berdasarkan
susunan kimianya termasuk medium non sintetik/semi
alamiah. Komposisi Tauge Agar yaitu Tauge 5 g, sukrosa
3 g, agar 0,75 g, aquades 50 ml. Tauge Agar digunakan
untuk menumbuhkan khamir dan kapang. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Waluyo, (2004) yang menyatakan
bahwa media Tauge agar merupakan salah satu media semi
alamiah karena tersusun atas bahan alami (tauge) dan
bahan sintetik (agar).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Uji sterilitas merupakan uji yang dilakukan terhadap sediaan steril untuk
mengetahui adanya mikroorganisme pada sediaan.
2. Tujuan uji sterilitas yaitu untuk mengetahui apakah sediaan yang harus
steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti tertera pada
masing-masing monografi.
3. Factor-faktor yang menyebabkan terjadi kontaminasi sediaan yaitu teknik
yang salah atau kontaminasi lingkungan pada proses pengerjaan maupun
pengujian sterilitas, selain itu kualitas dari media pertumbuhan bakteri juga
dapat mejadi salah satu faktor.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul. 2015. Media Alternatif untuk Pertumbuhan Jamur. Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Hendrati, P.M. 2013. Prinsip Sterilisasi Menggunakan Autoclave. Universitas
Jendral Soedirman: Purwokerto
Partic, Li. 2008. Media pertumbuhan
mikroorganisme.http://duniamikro.com. Diakses pada tanggal 9 Maret 2017 di
Makassar.
Rakhmawati, Anna. 2012. Penyiapan Media Mikroorganisme. Jurusan Pendidikan
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah: Malang.

Anda mungkin juga menyukai