Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FITOKIMIA

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

KELAS E

KELOMPOK 4

TANGGAL PRAKTIKUM : 21 SEPTEMBER 2018

OLEH :

1. LYDIA ASA ANGGRAINI (2016210141)


2. MARWAH NAJWA (2016210147)
3. MUTIARA SALSABILA (2016210161)*
4. NOFI LUTFIYAH (2016210171)
5. NURMA SUKMAWATI (2016210176)
6. NURUL ALMA FARADILA (2016210178)
7. RAISSA NURWIHDA Y. (2016210186)
8. RIFKHA MUTIARA (2016210198)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 1


II. DAFTAR ISI
Cover 1
Daftar isi 2
Judul (Kromatografi Lapis Tipis) 3
Tujuan 3
Teori dasar
Pengertian 3
Penjelasan Rf 4
Pembanding nilai Rf 4
Metode percobaan
Alat dan bahan 6
Cara kerja 6
Hasil pengamatan
Kromatogram 7
10
Perhitungan Rf 8
10
Daftar pustaka 11

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 2


III. JUDUL
Kromatografi lapis tipis Curcuma domesticae dan Curcuma xanthorriza
IV. TUJUAN
- Memahami fungsi penggunaan KLT dalam bidang fitokimia
- Mampu mengaplikasikan cara analisis kandungan kimia dari simplisia
menggunakan metode KLT
V. TEORI DASAR
Pemisahan yang terjadi pada kromatografi lapis tipis (KLT) berdasaekan pada
adsorbs, partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung pada jenis
lempeng, fase diam dan gerak yang digunakan. Pada umumnya, KLT
lebih banyak digunakan untuk tujuan identifikasi karena cara ini sederhana
dan mudah, serta memberikan pilihan fase gerak yang lebih beragam.
Manfaat lain dari KLT adalah untuk analisis kuantitatif dan isolasi skala
preparatif. Lempeng kaca atau alumunium digunakan sebagai penunjang
fase diam. Fase gerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah
kromatogram. Ini dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka.
Metode ini sederhana, cepat dalam pemisahan, dan sensitive. Fase diam
yang umum dipakai adalah silica gel yang ditambah dengan kalsium sulfat
guna menambah daya lekat fase diam. Fase diam lain yang dapat
digunakan adalah selulosa, poliamida, alumina, sefadeks, dan celite. Fase
gerak dapatmenggunakan monokomponen atau polikomponen, tetapi
sebaiknya tidak lebih dari 4 jenis. Pemilihan fase gerak berdasarkan jenis
dan polaritas senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Semua teknik yang
digunakan untuk kromatografi kertas dapat juga dipakai pada KLT.
Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi kertas, karena laju
difusi yang sangat kecil pada lapisan fase gerak. Zat-zat berwarna dapat
terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan pereasi penyemprot untuk

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 3


melihat warna bercak yang timbul. Jumlah sampel bahan uji yang dapat
dideteksi pada KLT lebih sedikit (0,01-10µg).
Kromatogram pada KLT merupakan bercak-bercak yang terpisah
setelah visualisasi dengan atau tanpa pereaksi deteksi (penyemprot) pada
sinar tampak atau ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm dan 366
nm. Jarak rambat senyawa pada kromatogram dinyatakan dengan nilai Rf
(retardation factor) atau hRf (hundred retardation factor). Nilai Rf
diperoleh dengan mengukur jarak rambat senyawa dari titik awal hingga
pusat bercak dibagi dengan jarak rambat fase gerak hingga garis depan.
jarak rambat senyawa dari titik awal penotolan hingga pusat bercak
Rf = jarak rambat f ase gerak dari titik awal penotolan hingga garis depan

Nilai Rf yang diperoleh selalu berupa pecahan dan akan lebih mudah
bila bilangan Rf dikalikan 100 yang dinyatakan sebagai hRf. Kromatografi
lapis tipis dapat digunakan untuk pemeriksaan identitas kemurnian
senyawa obat, pemeriksaan simplisia tanaman dan hewan, pemeriksaan
komposisi dan komponen aktif sediaan obat menurut label deklarasi dan
untuk penentuan kuantitatif masing-masing senyawa aktif campuran
senyawa obat. (Hanani, 2015)
Satu kekurangan KLT yang asli ialah kerja penyaputan pelat kaca
dengan penjerap. Kerja ini kemudia agak diringankan dengan adanya
penyaput otomatis. Meskipun begitu, dengan menggunakan alat itu pun
tetap diperlukan tindakan pencegahan tertentu. Pelat kaca harus
dibersihkan hati-hati dengan aseton untuk menghilangkan lemak.
Kemudian bubur silica gel (atau penjerap lain) dalam air harus dikocok
kuat-kuat selama jangka waktu tertentu (misalnya 90 detik) sebelum
penyaputan. (Harborne, 1984)

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 4


Kromatografi lapis tipis zat warna kuning dari Curcuma domestica dan
C. xanthorrhiza

onen 65 matahari

min -darah

toksikurkumin n

metoksikurkumin -jingga muda g

(stahl, 1985)
Rf pembanding xantorizol

Rf 1. 0,03 Rf 6 0,73
Rf 2. 0,13 Rf 7 0,85
Rf 3 0,38 Rf 8 0,90
Rf 4 0,44
Rf 5 0,50
(farmakope herbal indonesia, 2008)

CURCUMA XANTHORRHIZA (zingiberaceae) identifikasi dengan


KLT dengan lempeng silica gel GF 254 pada kromatogram tampak
bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut :

No. hRx Dengan sinar biasa engan sinar UV 366

pa pereaksi an pereaksi a pereaksi an pereaksi

1. 14-19 Coklat kekuningan

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 5


2. 30-36 Kelabu Kelabu
kecoklatan

3. 37-44 Ungu Ungu

4. 50-54 Merah h kekuningan

5. 55-63 Kelabu Coklat

6. 67-76 keunguan Ungu

7. 77-86 Ungu h kekuningan

8. 86-92 Coklat Hijau

9. 14-120 Coklat ru muda

(Materia medika Indonesia jilid III hal. 70)

VI. METODE PERCOBAAN


- Alat dan Bahan

Oven Air suling


Erlenmeyer n-heksan
Vial etil asetat
Penyemprot KLT anisaldehide
Pipa kapiler asam sulfat
Chamber methanol
Lampu UV lempeng silica gel GF254
Serbuk simplisia

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 6


- Cara kerja
Kromatografi lapis tipis Curcuma Domesticate Rhizoma
I. Lempeng KLT
a. Lapisan fase diam silica gel GF254
b. Plat KLT siap pakai dengan fase diam silica gel GF254
II. Pengembang
Penjenuhan bejana n-heksan – kloroform – etanol 96% (40:40:20)
III. Deteksi
Dengan pereaksi asam borat – methanol (pereaksi no.26), diperiksa
dibawah sinar biasa dan sinar UV365
IV. Larutan cuplikan
a. Ekstrak : 0.1 gram serbuk simplisia didalam tabung reaksi,
tambahkan 1,0 ml etanol 96% kocok agak kuat selama 5-10
menit, diamkan sebentar. Filtrate totolkan dengan pipa
kapiler 5µl (pada titik A)
b. Larutan pembanding : senyawa kurkumin sebanyak 10 mg
dilarutkan dalam 0.1 ml etanol 96% ditotolkan 1 µl (pada
titik B)
VII. HASIL PERCOBAAN
Fase diam : silica gel GF254
Fase gerak : n-heksan – klorofom – ethanol 96%
40 : 40 : 20
Baku pembanding : kurkumin
Sampel : Curcuma Domesticae Rhizoma
Curcuma Xanthorrhiza Rhizoma

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 7


SEBELUM PENYEMPROTAN

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 8


Keterangan : 1. Sinar UV 365 nm ; 2. Sinar biasa ; 3. Sinar UV 254 nm

a. Baku pembanding ; b. Curcuma Xanthorrhiza ; c. Curcuma Domesticae

Perhitungan nilai Rf

1. Pada sinar UV 365 nm


Baku pembanding :
5,9
titik 1 Rf = 16 = 0, 37 hRf = 0,37 x 100 = 37
titik 2 Rf = 5 = 0, 31 hRf = 0,31 x 100 = 31
16
Curcuma Xanthorrizha :
5,5
titik 1 Rf = 16 = 0, 34 hRf = 0,34 x 100 = 34
8,1
titik 2 Rf = 16 = 0, 51 hRf = 0,51 x 100 = 51
Curcuma Domesticae :
5 = 0, 31 hRf = 0,31 x 100 = 31
titik 1 Rf = 16
6,9
titik 2 Rf = 16 = 0, 43 hRf = 0,43 x 100 = 43
7,5
titik 3 Rf = 16 = 0, 49 hRf = 0,49 x 100 = 49
8,3
titik 4 Rf = 16 = 0, 52 hRf = 0,52 x 100 = 52
2. Pada sinar biasa
Baku pembanding :
5,9
titik 1 Rf = 16 = 0, 37 hRf = 0,37 x 100 = 37
Curcuma Xanthorrizha :
5,8
titik 1 Rf = 16 = 0, 36 hRf = 0,36 x 100 = 36
12,2
titik 2 Rf = 16 = 0, 76 hRf = 0,76 x 100 = 76
Curcuma Domesticae :
5 = 0, 31 hRf = 0,31 x 100 = 31
titik 1 Rf = 16
3. Pada UV 254 nm
Baku pembanding :
5,9
titik 1 Rf = 16 = 0, 37 hRf = 0,37 x 100 = 37
Curcuma Xanthorrizha :
5,8
titik 1 Rf = 16 = 0, 36 hRf = 0,36 x 100 = 36
12,2
titik 2 Rf = 16 = 0, 76 hRf = 0,76 x 100 = 76
Curcuma Domesticae :
4,2
titik 1 Rf = 16 = 0, 26 hRf = 0,26 x 100 = 26
5
titik 2 Rf = 16 = 0, 31 hRf = 0,31 x 100 = 31
5,6
titik 3 Rf = 16 = 0, 35 hRf = 0,35 x 100 = 35
8,7
titik 4 Rf = 16 = 0, 54 hRf = 0,54 x 100 = 54

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 9


titik 5 Rf = 13 = 0, 81 hRf = 0,81 x 100 = 81
16

SETELAH PENYEMPROTAN

Keterangan : 1. Sinar UV 365 nm ; 2. Sinar biasa ; 3. Sinar UV 254 nm

b. Baku pembanding ; b. Curcuma Xanthorrhiza ; c. Curcuma Domesticae

Perhitungan nilai Rf

1. Pada sinar UV 365 nm

Baku pembanding :
4,9
titik 1 Rf = 16 = 0, 31 hRf = 0,31 x 100 = 31
5,5
titik 2 Rf = 16 = 0, 34 hRf = 0,34 x 100 = 34
6
titik 3 Rf = 16 = 0, 38 hRf = 0,38 x 100 = 38

Curcuma Xanthorrizha :
5,6
titik 1 Rf = 16 = 0, 35 hRf = 0,34 x 100 = 34
titik 2 Rf = 8 = 0, 5 hRf = 0,51 x 100 = 50
16
Curcuma Domesticae :

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 10


5,3
titik 1 Rf = 16 = 0, 33 hRf = 0,33 x 100 = 33
6,9
titik 2 Rf = 16 = 0, 43 hRf = 0,43 x 100 = 43
7,6
titik 3 Rf = 16 = 0, 48 hRf = 0,48 x 100 = 48
8,3
titik 4 Rf = 16 = 0, 52 hRf = 0,52 x 100 = 52
2. Pada sinar biasa
Baku pembanding :
4,85
titik 1 Rf = 16 = 0, 30 hRf = 0,30 x 100 = 30
5,3
titik 2 Rf = 16 = 0, 33 hRf = 0,33 x 100 = 33
5,8
titik 2 Rf = 16 = 0, 36 hRf = 0,36 x 100 = 36
Curcuma Xanthorrizha :
5,1
titik 1 Rf = 16 = 0, 32 hRf = 0,32 x 100 = 32
12,1
titik 2 Rf = 16 = 0, 76 hRf = 0,76 x 100 = 76
Curcuma Domesticae :
5,1
titik 1 Rf = 16 = 0, 32 hRf = 0,32 x 100 = 32
3. Pada UV 254 nm
Baku pembanding :
5 = 0, 32 hRf = 0,32 x 100 = 32
titik 1 Rf = 16
5,5
titik 2 Rf = 16 = 0, 34 hRf = 0,34 x 100 = 34
6
titik 3 Rf = 16 = 0, 38 hRf = 0,38 x 100 = 38
Curcuma Xanthorrizha :
5,2
titik 1 Rf = 16 = 0, 33 hRf = 0,33 x 100 = 33
5,8
titik 2 Rf = 16 = 0, 36 hRf = 0,36 x 100 = 36
12,3
titik 3 Rf = 16 = 0, 77 hRf = 0,77 x 100 = 77
Curcuma Domesticae :
5,1
titik 1 Rf = 16 = 0, 32 hRf = 0,32 x 100 = 32
8,5
titik 2 Rf = 16 = 0, 53 hRf = 0,53 x 100 = 53
12,9
titik 3 Rf = 16 = 0, 81 hRf = 0,81 x 100 = 81

foto kromatogram

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 11


UV 365 nm
UV 254 nm
sinar biasa

VIII. PEMBAHASAN
Terlampir

IX. KESIMPULAN
Terlampir

X. DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal
Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika
Indonesia Jilid III. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
3. Hanani, E. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.
4. Harborne, J. B. 2006. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern
Menganalisis Tumbuhan, cetakan kedua. Diterjemahkan oleh K. Padmawati
& I. Sudiro, Terbitan kedua. Bandung: Penerbit ITB.
5. Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung: ITB.

Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 12


Kromatografi Lapis Tipis – Kelompok E4 13

Anda mungkin juga menyukai