Kelompok : 4
Penyusun :
B. DASAR TEORI
menyelesaikan analisis (15-60 menit), dan memerlukan jumlah cuplikan yang sangat
sedikit (kira-kira 0,1 g). Selain itu, hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder
tidak mungkin terjadi, kebutuhan ruangan minimum, dan penanganannya sederhana
(Stahl, 1985).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan satu dari banyak teknik kromatografi
yang sering digunakan untuk menganalisis bahan analgesik. Dasar pemisahan pada KLT
adalah perbedaan kecepetan migrasi diantar fasedian yang berupa padatan (alumina,
silika gel, atau selulosa) dan fase gerak yang merupakan campuran solven (eluen) yang
juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur. KLT menggunakan parameter
karakteristik faktor retardasi (Rf) untuk menganalisis baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Nilai Rf merupakan parameter karakteristik suatu senyawa sehingga secara
kualitatif senyawa dapat diidentifikasi dari nilai Rf (Fatah, 1987).
Keuntungan lain dari kromatografi lapis tipis ini adalah, dalam pelaksanaannya
lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga
peralatan yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan
lebih sederhana. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet (Stahl, 1985).
D. CARA KERJA
Dimasukkan satu dosis cuplikan yang telah diserbuk halus ke dalam labu
Erlenmeyer 125 ml
Disaring kumpulan ekstrak melalui natrium sulfat anhidrat, dan uapkan di atas
tangas air sampai kering.
b. Larutan
Dengan
Baku
cara yang sama, ekstraksi cuplikan yang telah ditambah 25 mg papaverin.
c. Identifikasi
Cara Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Totolkan larutan A, B dan C secara terpisah dan lakukan KLT sebagai berikut :
Fase diam : silika gel GF254
Fase gerak : kloroform - etanol 96% (90 : 10)
Cara Spektrofotometri UV
Ukur serapan filtrat pada panjang gelombang antara 200 nm dan 300 nm.
Papaverin akan memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 250
nm.
IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PAPAVERIN
DALAM OBAT TRADISIONAL
KELOMPOK G-4
E. HASIL/DATA
1. Identifikasi secara KLT
Fase diam : Silika gel GF254
A B C
Warna Noda
Gambar kromatogram Kode bercak Rf
UV 254 nm
A : sampel 1,3/5 = 0,26 Bercak biru
gelap
IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PAPAVERIN
DALAM OBAT TRADISIONAL
KELOMPOK G-4
A B C
Warna Noda
Gambar kromatogram Kode bercak Rf
UV 254 nm
IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PAPAVERIN
DALAM OBAT TRADISIONAL
KELOMPOK G-4
A B C
A B C
Warna Noda
Gambar kromatogram Kode bercak Rf
UV 254 nm
A : sampel 1,2/5 = 0,24 Bercak biru
gelap
A B C
Rf2 : 3,5/5 =
0,7
b. Cara spektrofotometri
Spektrum baku papaverin
IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PAPAVERIN
DALAM OBAT TRADISIONAL
KELOMPOK G-4
252 nm
286 nm
312 nm
Terdapat 3
puncak pola
spektrum serapan (E11 %cm ¿ pada 252 nm; 286 nm; dan 312 nm
253 nm
IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PAPAVERIN
DALAM OBAT TRADISIONAL
KELOMPOK G-4
286 nm
312 nm
Terdapat 3 puncak pola spektrum serapan (E11 %cm ¿ pada 252 nm; 286 nm; dan 312 nm
F. PEMBAHASAN
Bahas cara kerja dan hasil
Pembahasan tentang KLT tidak hanya terkait positif atau tidak, tapi juga dibahas hal berikut:
- mengapa warna bercak seperti itu
- bandingkan Rf antar fase gerak, sama atau beda,
- Berikan evaluasi apakah praktikan sudah baik dalam mendokumentasikan KLT!
Jelaskan!
Pembahasan tentang spektrofotometri tidak hanya terkait positif atau tidak, tapi juga dibahas
hal berikut:
- mengapa papaverin dapat menyerap UV
- bandingkan pola spektrum serapan dengan data (E 1%, 1 cm literatur) bahwa pola
spektrum serapan papaverin ada 3 puncak
- carilah literatur, saat analisis kualitatif secara spektrofotometri selisih panjang
gelombang maksimumnya berapa
-
G. KESIMPULAN
Ada tidak BKO? Memenuhi syarat tidak?
IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PAPAVERIN
DALAM OBAT TRADISIONAL
KELOMPOK G-4
DAFTAR PUSTAKA
Wilmana, P.F., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4 , Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI
Zulfikar, Novita Andarini dan Vici Saka Dirgantara, 2014, Identifikasi Kualitatif Bahan
Analgesik Pada Jamu Menggunakan Prototype Tes Strip, Universitas Jember (UNEJ),
Jember
Sari, L.O., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasiaan, Vol. III, No. 1, PP. 01-07, Depok :
Departemen Farmasi FMIPA UI
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Ketentuan Pokok
Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Nomor:
HK.00.05.4.2411/2004.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, 2014, Hasil Pengawasan Obat Tradisional
Mengandung Bahan Kimia Obat, Jakarta, BPOM RI
Kementerian Kesehatan RI, 2012, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
006 / 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, Jakarta, Kementerian
Kesehatan RI
Satiadarma, K., 1997, Validasi Prosedur Analisis, Prosending : Temu Ilmiah Nasional
Bidang Farmasi, Bandung : Penerbit ITB
IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT PAPAVERIN
DALAM OBAT TRADISIONAL
KELOMPOK G-4