Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOTERAPI SISTEM RENAL, KARDIOVASKULAR

& SISTEM SYARAF


“KASUS ARITMIA BLOK AV TINGKAT II MOBITZ TIPE I”

Dosen Pengampu :
Dr. Apt, Ika Purwidyaningrum, M. Sc.
Teori : 4
Kelompok : 4
Disusun Oleh :
1. Risma Ira Yanti Haidar (23175144A)
2. Nissa
3. Efrim
4. Willis Adib F. (24185574A)
5. Brillian Alfi Syahri (24185577A)
6. Luvia Aisyahara (24185581A)
7. Nadia Ramadhani Putri Astuti (24185582A)
8. Michelle Sanyank Wiyono (24185583A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan
pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang
akibat penyakit kardiovaskular dan semakin banyak menimpa populasi umur produktif, di bawah
60 tahun. Kondisi ini berdampak pada perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia
(Rilantono, 2012).

Menurut data World Health Organization (WHO), 17,5 juta orang meninggal disebabkan
oleh penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan penyakit lainnya pada tahun 2012, yaitu 46
% dari semua penyebab kematian penyakit tidak menular. Sekitar 7,4 juta kematian disebabkan
oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK), dan sekitar sepertiganya terjadi pada umur 30 sampai 70
tahun (WHO, 2015).

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyakit jantung menduduki peringkat ke tiga
dengan prevalensi 7,2% dari semua penyakit tidak menular di Indonesia. Dengan proporsi
kematian 9,3% oleh PJK dan 7,5% oleh penyakit jantung lainnya dari semua penyakit tidak
menular (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan [BPPK], 2008).

Angka kematian dan morbiditas yang tinggi pada Penyakit Jantung Koroner juga
disebabkan oleh komplikasi yang sering terjadi. Komplikasi yang timbul setelah serangan IMA
antara lain aritmia, gagal jantung, dan komplikasi kardiak lainnya seperti regurgitasi katup
mitral, aneurisma ventrikel kiri, ruptur septum ventrikel, perikarditis, infark ventrikel kiri, dan
gangguan anatomis lainnya (Perhimpunan Spesialis Kardiovaskular Indonesia [PERKI], 2015).

Salah satu komplikasi yang sering muncul adalah aritmia (Scirica & Morrow, 2015).
Aritmia merupakan kondisi dimana jantung berdenyut dengan tidak normal yang meliputi
frekuensi, konduksi, atau asal irama jantung (Lilihata & Wijaya, 2014). Pada saat terjadi aritmia,
jantung akan berdenyut dengan tidak teratur, terlalu cepat (takikardia), terlalu lambat
(bradikardia), bahkan tanpa denyut sama sekali (asistol). Secara klinis, aritmia dapat ringan tanpa
keluhan maupun berat yang mengancam jiwa (Munawar, 2015).

Aritmia merupakan komplikasi yang sering timbul segera setelah serangan infark
miokard akut. Pada monitor yang dipasang selama sebelas hari sejak IMA dilaporkan bahwa
insidensi fibrilasi atrium awitan baru sebesar 28 %, VT yang tidak berlanjut sebesar 13%, blok
AV derajat tinggi sebesar 10%, sinus bradikardi sebesar 7%, henti sinus sebesar 5%, VT
berkelanjutan sebesar 3% dan VF sebesar 3% (PERKI, 2015). Aritmia jenis fibrilasi atrium
merupakan komplikasi aritmia yang paling sering muncul pada pasien Infark Miokard Akut
(Alasady et al., 2012).

Bundle branch blok merupakan salah satu kelainan pada jantung dimana terjadi gangguan
pada penghantaran impuls jantung. Bundle branch block ini menunjukkan adanya gangguan
konduksi cabang kanan atau kiri system konduksi, atau divisi anterior atau posterior cabang kiri.
Pasien dengan bundle branch block seringkali tak ada keluhan dan membutuhkan terapi. Tapi
bila terjadi sinkop dan ada tanda gangguan konduksi yang lain seperti AV blok tingkat II atau III,
maka perlu dipertimbangkan pemasangan pacu jantung.

Penyumbatan atrioventricular (atrioventricular block) adalah penyumbatan sebagian atau


seluruh konduksi impuls listrik dari atrium jantung menuju ventrikel. Kondisi ini umumnya
karena fibrosis atau nekrosis pada sistem konduksi. Sumbatan atrioventricular terbagi menjadi:

a. AV Block Level 1: semua impuls dari atria yang mencapai ventrikel sedikit lebih lambat dari
biasanya. Ini adalah tingkat paling ringan yang tidak membutuhkan campur tangan dokter.
b. AV Block Level 2: impuls listrik dari atria yang tidak sampai ke ventrikel menyebabkan detak
jantung tidak teratur atau kehilangan ritme.
c. Complete atrioventricular block (level 3): tidak ada impuls listrik dari atria yang mencapai
ventrikel menyebabkan atria dan ventrikel kontraksi total.
B. BLOK AV TINGKATII
Blok AV tingkat II yaitu terjadi kegagalan impuls dari atrium untuk mencapai ventrikel
secara intermitten, sehingga denyut ventrikel berkurang. Blok AV derajat II ditandai dengan
adanya satu atau lebih stimulusyang tidak di kenduksikan ke ventrikel Blok AV tingkat II di bagi
2, yaitu :
a. Mobitz tipe I (wenckebach block) yaitu interval PR secara progresif bertambah panjang sampai
suatu ketika impuls dari atrium tidak dapat sampai ke ventrikel dan denyut ventrikel(kompleks
QRS) tidak tampak atau gelombang P tidak di ikuti oleh kompleks QRS. Pada pemeriksaan His
bundle electrocardiogram biasanya lokasi dari blok proksimal dari bundle His. Mobitz tipe I
disebabkan karena tonus vagus yang meningkat, keracunan digitalis atau iskemia. Bila tidak
menimbulkan keluhan dan tidak ada gangguan hemodinamik tidak memerlukan pengobatan.
b. Mobitz tipe II Pada mobitz tipe II interval PR tetap sama tetapi di daptkan denyut ventricle yang
kurang (dropped beat). Pada pemeriksaan EKG bunbdle his menunjukkan gangguan konduksi
distal dari bundle his. Etiologinya ialah infark mkiokard akut, miokarditis, proses degenerasi.
Kelainan dapat timbul sementara dan kembali normal, menetap, atau berkembang jadi blok yang
komplit. Pasien dengan mobitz tipe II dapat timbul serangan sinkop dan sebaiknya dilakukan
pemasangan pacu jantung.
Pasien blok AV bisa tanpa gejala atau asimptomatis atau bisa juga mengalami gejala
serius yang berhubungan dengan bradikardia, aritmia ventrikel, atau bahkan keduanya. Pasien
dengan blok AV derajat II jarang menimbulkan gejala. AV blok derajat II Wenckebach (Mobitz
I) dianggap jinak. Dilaporkan bahwa di rumah sakit umum distrik di Inggris, 200 pasien yang
diberikan alat pacu jantung tidak ditemukan pasien dengan Mobitz I. Mobitz tipe I dapat
disebabkan karena tonus vagus yang meningkat, keracunan digitalis atau iskemia. Bila tidak
menimbulkan keluhan dan tidak ada gangguan hemodinamik tidak memerlukan pengobatan.
C. PATOFISIOLOGI
AV block merupakan salah satu kondisi gangguan konduksi jantung yang terjadi jika
jalur SA node ke AV node terhambat(Ganong, 2003).AV Node dapat menjadi iskemik jika
pasokan darahnya terganggu, yangterjadi karena infark miokard terutama di Right Coronary
Artery (RCA)(Simonsetal., 1998).Secara khusus, oklusi RCA proksimal memiliki insiden tinggi
AV block (24%) karena ada keterlibatan bukan hanya dari arteri nodus AV,tetapi juga suplai
arteri superior menurun, yang berasal dari bagian proksimal RCA(Batubara, 2014). Waktu yang
dibutuhkan impuls listrik untuk menjalar dari atrium sampai ventrikel akan terekam di EKG
sebagai interval PR(Sudoyo, 2010). Jika aliran ini terhambat, maka interval PR menjadi lebih
panjang.
Patofisiologi AV block, disebut juga sebagai blok atrioventrikular, dibedakan
berdasarkan penyebabnya: kongenital, didapat akibat penyakit lain, atau iatrogenic. Penyebab
kongenital berhubungan dengan kerusakan sistem konduksi jantung akibat reaksi imun
transplasental. AV block yang didapat akibat penyakit lain dapat terjadi akibat berbagai proses,
misalnya degeneratif, iskemia, atau infeksi sedangkan AV block iatrogenik terjadi akibat proses
gangguan konduksi jantung oleh obat atau tindakan medis.
Patofisiologi AV block kongenital didasari adanya kerusakan sistem konduksi jantung
akibat reaksi imun transplasental, terutama oleh antibodi anti-SSA/Ro-SSB/La dari ibu. Teori ini
sampai sekarang merupakan teori yang saat ini dianggap paling dapat menjelaskan patofisiologi
AV block kongenital, dikenal sebagai  teori hipotesis kanal kalsium.

D. FARMAKOTERAPI

The American Heart Association in Collaboration Withthe International Liaison


Committe on Resuscitation(ILCOR), dalam pedomannya tentang SKA menjelaskan,tujuan
utama/primer terapi pada pasien SKA adalahh mengurangi nekrosis myokardial pada pasien
dengan berlanjutnya infark, mencegah kejadian-kejadian penting dari efek yang merugikan
penyakit jantung (kematian,nonfatal infark miokardial, dan kebutuhan untuk revaskuiarisasi),
dan segera defibrilisasi bila terdapat ventricular fibrilla Won (VF).

Adapun keiompok obat yang sering digunakan pada pengobatan kasus SKA, secara
optimal adalah; anti-iskemik, antitrombin/antikoaguian, anti platelet,trombolltlk/fibrinolitik serta
obat tambahan yakni ACE-Inhibitor dan obat-obat penekan lemak.ACC/AHA dalam pedoman
merekomendaslkan, teraplawai untuk SKA iaiah pemberlan aspirin, kiopidogrei,dan heparin atau
low molecular weight heparin, penyekat beta dan nitrat. Lalu dilakukan penilaian risiko dengan
melihat keadaan klinis, EKG dan laboratorium. Untuk pasien dengan risiko tinggi seperti
perhubungan segmen ST, troponin positif, TIMI risk score lebih dari 3, perlu diberikan obat GP
llb/llla inhibitor. Dianjurkan strategi invasif untuk pasien yang mempunyai risiko tinggi
danstrategi konservatif untuk pasien dengan risiko rendah.Untuk penderita IMA
direkomendasikan penggunaan fibrlnolitik/trombolitik disamping pemakaian obat-obat
sebagaimana pada penderita ARTS/ NTEMI. Sedangkan penggunaan jangka panjang digunakan
formula terapi berupa aspirin, penyekat teta, ACE-lnhibitor, dan Statin.

Terapi Antl-lskemik
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi iskemia dan mencegah terjadinya kemungkinan
yang lebih buruk,seperti infark miokard atau kematian. Pada keadaan ini,obat-obat anti iskemik
mulai diberikan bersamaan sambil merencanakan strategi pengobatan difinitif. Terapi
antiiskemik termasuk; penderita dirawat dengan tirah baring dengan monitoring EKG kontinu
untuk iskemik yang masih berlanjut dan direksi aritmla bagi pasien-pasien dengan risiko tinggi.
Oksigen harus diberikan pada semua pasien untuk mempertahankan saturasi 02 >90%.

Nitrat
Nitrat mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan suplai oksigen. Nitrat harus
diberikan pada pasien yang masih mengalami nyeri dada setelah pemberian 3 tablet nitrat
subiingual (blla tidak ada kontraindikasi seperti penggunaan sidenafil dalam 24 jam
terakhir)EKG menunjukan iskemia miokard (menderita gagaljantung).Pada pasien dengan
normotensi, tekanan darah sistoiiktidak boleh turun dibawah 110 mmHg, sedangkan pada pasien
hipertensi, tekanan darah rerata tidak boleh turun 25%. Nitrat oral dapat diberikan setelah 12-24
jam periode bebas nyeri. Rebound angina dapat terjadi bilanitrat dihentikan secara mendadak.

Penyekat-β
Penyekat-β jelas sudah terbukti menurunkan angka kematian pasien infark jantung dan
hal ini terutama karena penyekat- menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Data yang
mendukung penggunaan Penyekat-pada ARTS tidak banyak. Pada metanalisis 4700 pasien
ARTS oleh Yusuf dkk, Penyekat- menurunkan risiko Infark miokard sebesar 13% (p<0.04).
Karena patogenesis ARTS dan Infark miokard amat mirip,penyekat- disarankan untuk digunakan
pula pada ARTS.Penyekat- secara kompetltif menghambat efek katekolamin pada reseptor beta.
Penyekat beta mengurangi konsumsi oksigen miokard melalu ipengurangan kontraktiltias
miokard, denyut jantung, konduksi AV dan tekanan darah sistollk. Bila tidak ada kontra lndlkasi,
pemberian penyekat beta harus dimulai segera. Penyekat beta tanpa aktivltas simpatomimetik
lebih disukai, seperti metoprolol, atenolol,esmolol atau bisoprolol. Kontralndlkasi penyekat beta
adalah blok AV derajat 2 atau 3, asma, gagal jantung yang dalam keadaan dekompensasi dan
penyakit arteriperifer yang berat.

Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium mengurangi Influks kalsium yang melalui membrane sel. Obat ini
menghambat kontraksi miokard dan otot polos pembuluh darah, melambatkan konduksl AV dan
depresi nodus SA. Efek vasodilatasi,Inotoropik, blok AV dan depresi nodus SA. Efek
vasodilatasi, Inotoropik, blok AV dan depreslasi nodus SA bervariasi pada antagonis kalsium
yang berbeda.Penggunaan dihldroplrldin yang lepas cepat dan kerja singkat (seperti nifedipin)
berkaltan dengan peningkatan risiko pada pasien tanpa penghambatan beta yang ade kuat dan
harus dihindari.
Terapi Antitrombotik
Terapi antitrombotik sangat penting dalam memperbaiki hasil dan menurunkan risiko
kematian, IMA atau IMA berulang. Saat ini kombinasi dari ASA, klopidogrel,unctionated
heparin (UFH) atau Low Molecular Weight Heparin (LMWH) dan antagonis reseptor GP
llb/lllamerupakan terapi yang paling efektif. Intensitas pengobatan tergantung dari risiko
pengobatan

Rehabilitasi medik
Bagi penderita yang sedang mengalami serangan jantung tindakan yang dilakukan
memang bersifat darurat dan dikerjakan dengan cepat. Seperti melakukan rangsangan
menggunakan listrik bertegangan tinggi ketika jantung berhenti berdenyut. Pada kondisi
penanganan jantung seperti ini, tindakan yang cepat merupakan prioritas utama.Pasien yang
mengalami serangan jantung dan pasca operasi pada umumnya mengalami gangguan pada
fungsi-fungsi organ tubuhnya. Karena itu untuk meningkatkan kemampuan organ itu paling tidak
mendekati kondisi semula dilakukan rehabilitasi medikdengan maksud untuk mengoptimalkan
fisik, fisiologi dan sosial pada pasien-pasien yang sebelumnya menderita kejadian
kardiovaskular.
Pemberian terapi farmakologi secara berkelanjutan dapat menyebabkan efek samping
tertentu. Pemberian nitrat secara terus menerus dapat menyebabkan hipotensi, dan palpitasi,
sehingga pemberiannya harus diwasi setiap 5-10 menit (Overbaugh, 2009).Selain dari terapi
farmakologi, terdapat terapi nonfarmakologi untuk pengurangan nyeri dada pada pasien sindrom
koroner akut.
BAB II
A. DATA OBAT

OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI

No Nama Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome


Obat Pemberian Terapi
1 Atropin sinus Hari pertama disuntikkan Menurunkan Detak jantung Mengatasi
bradikardia dan kedua melalui efektivitas tidak teratur atau denyut
dirawat diberi pembuluh atropin, jika cepat, ruam jantung yang
0,01 mg/kg darah digunakan kulit, sakit mata, menurun
bb dengan pandangan mata
Hari pilocarpine, menjadi buram,
Hari ketiga trihexyphenid susah berbicara
dirawat yl,tolterodine dan menelan,
diberikan ,scopolamin, berhalusinasi
0,02 mg/kg hyoscyamin,
bb amitriptylin,d
an
diphenhydra
mine.
2 Isoprotere detak jantung Hari pertama Injeksi risiko efek Nyeri dada atau Membantu
nol yang tidak dan kedua Bolus samping detak jantung menstabilkan
teratur (blok dirawat Intravena mungkin tidak normal, denyut
jantung). diberikan akan gemetar jantung
0,02 mg. hari meningkat (tremor) atau
ketiga dan jika serangan
keempat dikonsumsi gugup,berkering
dirawat bersamaan at
diberikan dengan mual, muntah,
0,01 mg inhibitor diare.
Catechol-O-
methyltransfe
rase
3 Farmabes Fibrilasi atau Hari pertama Diberikan Meningkatka Pusing atau Membantu
n resiko
flutter atrial, samapai hari dalam limbung, menstabilkan
terjadinya
takikardi ketiga bentuk miopati jika terutama saat irama
diberikan
superventriku diberikan tablet oral duduk atau jantung
bersamaan
lar 1x30 mg dengan bangkit berdiri,
simvastatin.
paroksismal sakit kepala,
Rifampisin lelah,
mempercepat
konstipasi,
metabolisme
diltiazem mual,
sehingga
membengkakan
mengurangi
efektivitasny pada
a.
pergelangan
.
kaki, kulit
memerah, sakit
perut
4. Disopiram aritmia Diberikan Diberikan Antidiabetes: Penglihatan Membantu
id ventrikel pada hari secara oral. disopiramid kabur, mulut mengobati
keempat Telan dapat kering, ruam, aritmia
sampai hari kapsul meningkatka gatal-gatal, ventrikel
keenam secara n efek nyeri otot atau terutama
dengan dosis keseluruhan hipoglikemi nyeri, kesulitan setelah
3x150 mg . Jangan gliklazid, buang air kecil infark
menghancur insulin dan miokard
kan atau metformin
mengunyah
kapsul atau
tablet
extended
release.
5. Ranitidin Menurunkan Diberikan Diberikan Meningkatka Mual dan Mengatasi
n konsentrasi
sekresi asam sejak hari dalam muntah, sakit sekresi asam
serum dan
lambung pertama-hari bentuk memperlamb kepala, lambung
at absorpsi
berlebih ketiga dengan tablet oral insomnia, karena
ranitidin oleh
½ dan injeksi saluran vertigo. penggunaan
dosis 2 x pencernaan,
intravena atropine
jika
ampul digunakan karena
bersama
sedangkan menyebabka
propantheline
pada hari bromide. n efek
keempat-hari antispasmolit
Menghambat
kedelapan ik.
metabolisme
diberikan 2x1
teofilin,
tablet
diazepam,dan
propanolol di
dalam organ
hati.
6. O2 memberikan Diberikan di memberikan Penggunaan Merasa cemas. Membantu
oksigen 3 hari awal oksigen amiodaron peningkatan mencegah
murni kepada perawatan murni ke disertai tekanan darah, sesak nafas
pasien dalam dengan terapi gula darah pada pasien
ruangan oksigen rendah, cairan
bertekanan konsentrasi berlebih dalam
khusus tinggi dapat paru-paru
untuk meningkatka
dihirup oleh n risiko
pasien distres
pernafasan
yang ditandai
dengan sesak,
pernafasan
cepat dan
penurunan
saturasi
oksigen.
7. Mexpharm meredakan Diberikan Diberikan Antikoagulan Mual, muntah, Membantu
Suppo gejala-gejala pada hri dalam ,antidepresan konstipasi, mengurangi
arthritis ketigadan bentuk jenis SSRI, kembung, diare, rasa
keempat tablet oral kortikosterod, ruam kulit. sakit/nyeri di
dengan dosis serta salisilat, tubuh
2x1 suppo efeknya
meningkatka
n risiko
pendarahan
lambung.
8. Infus RL sebagai Diberikan diberikan Interaksi Nyeri dada, Membantu
sumber selama 8 hari melalui yang dapat detak jantung memenuhi
elektrolit dan perawatan infus (IV) terjadi adalah abnormal, kebutuhan
air dengan penurunan cairan tubuh
ceftriaxone. tekanan darah, pasien
Ceftriaxone Batuk.
dilaporkan
dapat
berikatan
dengan
kalsium di
dalam ringer
laktat,
sehingga
menimbulkan
presipitasi
obat di dalam
aliran darah.
9. Gemfibroz Menurunkan Diberikan 1,2 Diberikan Peningkatan Mual dan Kadar
il kadar gram per hari dalam risiko muntah, diare, trigliseride
trigliserida dalam 2 bentuk terjadinya pusing, sakit turun dan
pada pasien jadwal kapsul oral perdarahan kepala, kantuk. kembali
hiperlipidemi konsumsi; jika normal
a atau 900 mg digunakan
diberikan 1 bersama
kali sehari warfarin atau
pada sore dicumarol
atau malam
hari.
Diberikan
saat hari
pertama
dirawat
samapai hari
keempat.
10. Allopurino menurunkan Diberikan Diberikan Meningkatka Mengantuk, Kadar asam
l kadar asam sehari 2 x dalam n efek mual, sakit urat pasien
urat dalam 100 mg sejak bentuk samping perut, diare, turun dan
darah hari pertama tablet oral warfarin, nyeri sendi. kembali
perawatan teofilin, normal
sampai hari ciclosporin,
kelima dan
perawatan. cyclophospha
mide.

B. ASSESSMENT
Problem Medik Subyektif Obyektif Terapi DRP

hasil EKG nafas berat, sesak Tekanan Darah Diberikan Terapi kurang
didapatkan nafas bahkan tidak Hari ke 1 : 90/50 Atropin dan tepat,dikarenakan
pasien bisa bernafas Hari ke 2 : 80/40 Isoproterenol pasien memiliki
mengalami Hari ke 3 : 90/50 serta penuhi masalah pada ginjal
aritmia Hari ke 4 : 90/50 cairan tubuh
gangguan Hari ke 5 :100/60
system Hari ke 6 :100/70
hantaran yaitu
AV blok
tingkat II
mobitz tipe I.
badan lemas, Suhu Diberikan Terapi kurang
berdebar-debar dan Hari ke 1 : 35,6 farmabes tepat,karena terdapat
disertai rasa Hari ke 2 : 35,7 kontraindikasi obat
kelelahan Hari ke 3 : 36 terhadap penyakit yang
Hari ke 4 : 36 dialami pasien serta
Hari ke 5 : 36 akan terjadi miopati jika
Hari ke 6 : 36,5 diberikan bersamaan
dengan obat golongan
fibrat(penurun
kolesterol)
kepala pusing
infark miokardium Nadi (x/menit) Diberikan Terapi kurang
Hari ke 1 : 75 Disopiramid tepat,karena terdapat
Hari ke 2 : 78 kontraindikasi obat
Hari ke 3 : 83 terhadap penyakit yang
Hari ke 4 : 90 diderita pasien
Hari ke 5 : 90
Hari ke 6 : 80
pernah dirawat RR (xmenit) - -
sekitar tujuh bulan Hari ke 1 : 24
yang lalu dan masih Hari ke 2 : 24
mengkonsumsi Hari ke 3 : 25
obat-obatan Hari ke 4 : 24
Hari ke 5 : 23
Hari ke 6 : 24

Hasil EKG Kadar Diberikan asam Terapi tepat


didapatkan pasien hemoglobin folat
mengalami aritmia Hb (gr%)
gangguan system Hari ke 1 : 13,6
hantaran yaitu AV Hari ke 2 : 14,8
blok tingkat II Hari ke 3 : 15,6
mobitz tipe I. Hari ke 4 : 14,8
Hari ke 5 :14,6

Kadar GDS Memperbaiki Terapi tepat


(mg/dl) pola makan dan
Hari ke 1 : 68 penuhi nutris
Hari ke 2 : 68 tubuh
Hari ke 3 : 80
Hari ke 4 : 66
Hari ke 5 : 67
Kreatinin (U/L) Memperbaiki Terapi tepat
Hari ke 1 : 1,22 pola makan
Hari ke 2 : 1,23
Hari ke 3 : 1,25
Hari ke 4 : 1,23
Hari ke 5 : 1,22
Ureum (mg/dl) Diberikan infus Terapi tepat
Hari ke 1 : 29 RL serta
Hari ke 2 : 30 memenuhi nutrisi
Hari ke 3 : 32 tubuh
Hari ke 4 : 29
Hari ke 5 :28
Uric acid (mg/dl) Diberikan Terapi tepat
Hari ke 1 : 7,2 Allopurinol
Hari ke 2 : 7,6
Hari ke 3 : 7,3
Hari ke 4 : 7,8
Hari ke 5 : 7,5
Trigliserida Diberikan Terapi kurang tepat,
Peningkatan risiko
(mg/dl) Fenofibrate
terjadinya
Hari ke 1 : 263 rhabdomyolysis jika
dikonsumsi bersamaan
Hari ke 2 : 266
dengan obat golongan
Hari ke 3 : 250 fibrat(penunurun
kolesterol)
Hari ke 4 : 225
Hari ke 5 :200
Kolesterol Diberikan Terapi kurang
(mg/dl) Simvastatin tepat,karena dapat
Hari ke 1 : 205 menyebabkan
Hari ke 2 : 200 rhabdomylosis dan
Hari ke 3 : 210 gagal ginjal akut jika
Hari ke 4 : 200 diberikan bersamaan
Hari ke 5 :200 dengan gemfibrozil
LDL (mg/dl) Diberikan Peningkatan risiko
terjadinya kerusakan
Hari ke 1 : 134 gemfibrozil
hati
Hari ke 2 : 135 dan rhabdomyolysis jika
digunakan bersama
Hari ke 3 : 134
colchicine atau obat
Hari ke 4 : 134 golongan statin, seperti
simvastatin
Hari ke 5 : 133
Leukosit rb/mm3 - -
Hari ke 1 : 10
Hari ke 2 : 9
Hari ke 3 : 10
Hari ke 4 : 9
Hari ke 5 : 9

C. PENGATASAN PROBLEM MEDIC

Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini merupakan
agen pengganggu,Serta memonitor pasien terhadap berlanjutnya blok. Tipe ini biasanya tidak
diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang dengan akibat gejala klinis hipotensi dan
penurunan perfusi serebrum. Bila ada gejala ini maka pada penderita bisa diberikan 0,5 sampai
1,0 mg atropine IV sampai total 2,0 mg.
Pasien dengan Mobitz tipe II dapat timbul serangan sinkop dan sebaiknya dilakukan
pemasangan pacu Jantung. Tidak perlu pengobatan khusus untuk penyakit ini jika tidak ada
gejala apapun. Jika gejala muncul, perlu menggunakan alat pacu jantung. Alat pacu jantung
adalah alat kecil yang terhubung dengan tenaga listrik dan berfungsi untuk mengendalikan
kontraksi otot jantung lebih sering agar memonitor kecepatan ventrikular atau detak jantung jika
Anda aktif.

D. MONITORING DAN KIE


- Monitoring
a) Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
b) Jelaskan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
c) Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahanmental,
vertigo.
d) Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;bagaimana
dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
e) Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
f) Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
g) Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang

- Kie
a. Pasien atas nama Ny. Sehat selalu mendapatkan obat berupa Atropin, isoproterenol,
farmabes, Disopiramid, asupan asam folat, Allopurinol, Fenofibrate, simvastatin dan
gemfibrozil.
1. Atropin
- Pemakaian obat 0,6-1,2 mg satu kali sehari dikonsumsi malam hari sebelum tidur.
- Bentuk obat : Tablet, suntik, obat tetes mata.
2. Isoproterenol
- Pemakaian obat :
3. Farmabes termasuk obat golongan anti hipertensi dan dapat mengobati beberapa
jenis penyakit aritmia. Cara penyimpanan obat ini disimpan pada suhu 25 celcius
di tempat kering dan terhindar dari cahaya. Hindari panas dan kelembapan yang
berlebihan.
- Pemakaian obat : Tablet diminum 4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap
sampai dengan 12 tablet/ hari dalam 3-4 dosis terbagi.
- Bentuk obat : Vial 5 mg/ml dan tablet 30 mg.
4. Disopiramid termasuk obat golongan aritmia (Dapat mengobati penyakit jantung)
dan dapat menurunkan rangsangan miokard.
- Pemakaian obat : Diminum 300-800 mg sehari dalam dosis terbagi.
- Bentuk sediaan obat : Tablet
- Efek samping : Sesak nafas, pusing dan perasaan sering pingsan.
- Interaksi dengan obat lain : Rifampisin, dan fenitoin.
5. Asupan asam folat

6. Allopurinol
- Pemakaian obat : diminum untuk dosis dewasa 100-600 mg sebanyak 1-2 kali sehari 1
tablet Diminum setelah makan. Obat ini digunakan untuk menurunkan kadar asam urat
dalam darah. Hindari terhadap pada ibu hamil dan menyusui.
- Bentuk sediaan obat: Tablet.
- Efek samping : Mual, dan mengantuk.
- Interaksi dengan obat lain: Amoxicilin, Hydroclorthiadzide, Cyclophosphamide.
7. Fenofibrate digunakan untuk menurunkan kadar trigliserida, kolesterol jahat
(LDL).
- Pemakaian obat: digunakan 120-160 mg satu kali sehari.
- Bentuk sediaan obat: Tablet, kapsul, kaplet.
- Efek samping: mual muntah, sembelit dan diare.
- Interaksi dengan obat lain: Warfarin dan Chloestyramin.
8. Simvastatin
- Pemakaian obat: Di minum satu kali sehari di waktu malam hari sebelum tidur.
Digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol.
- Bentuk sediaan obat : Tablet 10 mg dan 20 mg
- Efek samping : Mual
- Interaksi dengan obat lain: Antikoagulan, amlodipine dan colchine.
9. Gemfibrozil.
- Pemakaian obat: Diminum satu kali sehari pada sore atau malam hari. Digunakan untuk
menurunkan kadar LDL
- Bentuk sediaan obat: Tablet dan kapsul.
- Efek samping:mual muntah, kantuk.
- Interaksi dengan obat lain:Loperamide, dan warfarin.

Anda mungkin juga menyukai