Anda di halaman 1dari 6

PORTOFOLIO

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FITOFARMASETIKA

“PREPARASI SIMPLISIA TANPA PENGERINGAN”


Pertemuan ke- 5

Dosen Pengampu

apt. Ghani Nurfiana. M.Farm

Kelompok : 3

Penyusun :

1. Khoirun Nisaa 24185558A


2. Willis Adib Fitrandi 24185574A
3. Luvia Aisyahara 24185581A
4. Michelle Sanyank Wiyono 24185583A
5. Ramadhan Dicky Saputera 24185584A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2020
A. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan preparasi simplisia
tanpa pengeringan yaitu dengan proses pembuatan memerlukan air dan dengan proses
khusus.

B. DASAR TEORI
Lidah buaya sama seperti tanaman lainnya yang mempunyai struktur akar,
batang, daun dan bunga, namun yang sering digunakan di dalam pengobatan adalah
bagian daun. Daun lidah buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan
helaian memanjang berupa pelepah dengan panjang mencapai kisaran 40–60 cm dan
lebar pelepah bagian bawah 8–13 cm dan tebal antara 2–3 cm. Daunnya berdaging
tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabuabuan dan mempunyai lapisan lilin di
permukaan serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah dan lendir yang
mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat
(cembung). Daun lidah buaya muda memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai
putih. Bercak ini akan hilang saat daun lidah buaya dewasa. Namun tidak demikian
halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan
disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang
tumpul dan tidak berwarna. Adapun struktur daun lidah buaya terbagi atas tiga bagian
yaitu kulit, eksudat dan, gel (Ir. Rostita 2008).

Tanaman Bengkuang merupakan tumbuhan terna berbentuk semak yang


tumbuh membelit. Batang bulat, berambut, dan berwarna hijau. Daun tunggal,
berbentuk bulat telur ujung runcing, pangkal tumpul tepi rata dan pertulangan 10
menyirip. Permukaan daun berbulu, panjang 7-10 cm, lebar 5-9 cm, dan berwarna
hijau. Pemilihan sumber tanaman sebagai bahan baku simplisia nabatimerupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada mutu simplisia,termasuk didalamnya
pemilihan bibit (untuk tumbuhan hasil budidaya) dan pengolahan maupun jenis tanah
tempat tumbuh tanaman obat (Laksana, 2010).

Cara penyiapan atau pembuatan simplisia terdiri dari beberapa tahapan


meliputi pemanenan dengan melihat beberapa faktor seperti bagian tanaman yang
digunakan, umur tanaman, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh tanaman.
Selanjutnya sortasi basah dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau bahan asing
yang terdapat pada bahan simplisian. Dan perajangan atau pemisahan dari kulit
tanaman (Parfati, 2018).

Maserasi merupakan proses penyarian simplisia dengan metode perendaman


menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan (Depkes RI, 2010). Kelarutan zat aktif yang diekstrak akan
bertambah besar dengan bertambah tingginya suhu. Akan tetapi, peningkatan suhu
ekstraksi juga perlu diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada bahan yang sedang diproses.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : blender, saringan, beaker glass, oven, loyang, ayakan mesh no 20, parutan,
rotary vacum evaporator, maserator.
Bahan : Bengkoang, Lidah buaya, pelarut.

D. CARA KERJA

1. Preparasi bengkoang
Metode 1
Umbi bengkoang diblender selama 1 menit sampai halus,
kemudian diperas airnya di atas saringan hingga dipastikan kadar air dalam umbi
bengkoang habis. Dibuang ampas dari umbi bengkoang yang tidak diperlukan,
selanjutnya air hasil perasan dari umbi bengkoang diendapkan dalam beaker glass
1000 ml dan 2000 ml semalaman (overnight) pada suhu ruang. Supernatan dibuang
setelah dipastikan sari bengkoang mengendap di bagian bawah beaker glass. Sari
bengkoang di tuang dalam loyang dan di oven pada suhu 45ºC sampai kering selama
120 jam (5 hari). Setelah kering, sari bengkoang dikeringanginkan pada suhu ruang
selama 15 menit, kemudian di blender selama 1 menit sampai halus dan di ayak
sehingga di hasilkan sari umbi bengkoang dalam bentuk serbuk halus (Swaidatul et al
2016).

Metode 2
Umbi bengkuang dibersihkan, diparut, dan diperas. Hasil perasan dibiarkan selama
beberapa jam sampai terbentuk endapan. Selanjutnya disaring dan airnya dibuang.
Endapan dikeringkan dalam oven suhu 500C selama 24 jam. Diperoleh serbuk pati
bengkuang yang kemudian diayak dengan pengayak mesh 120 (Warnida 2015) .

2. Preparasi lidah buaya


a. Ekstrak Kental Lidah Buaya (Kemenkes, 2010)
Potong pada pangkal dan ujung daun lidah buaya yang telah dicuci. Kupas
kulit, iris daging daun, masukkan 1 bagian irisan daging daun ke dalam maserator,
tambahkan l0 bagian etanol P. Rendam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk,
diamkan hingga 24 jam, pisahkan maserat dengan cara penyaringan. Ulangi proses
penyarian sekurang-kurangnya 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.
Kumpulkan semua maserat, uapkan dengan penguap vakum atau penguap tekanan
rendah hingga diperoleh ekstrak kental. Hitung rendemen yang diperoleh, yaitu
persentase bobot (b/b) antara ekstrak kental dengan bobot daging daun segar.
Rendemen tidak kurang dari 0,4%
b. Gel Lidah Buaya (Ariyani & Hidayati 2018)
Lidah buaya dicuci terlebih dahulu dan dihilangkan durinya, kemudian
dipotong dan dikupas. Setelah itu dihaluskan dengan blender, disaring hingga
diperoleh filtrat berupa jus lidah buaya. Dilakukan pemekatan jus lidah buaya dengan
alat rotary vacuum evaporator dengan kondisi operasi: vakum : 110 mbar; rotari : 80
rpm; heating bath : 70°C; waktu evaporasi : 2 jam. Gel yang diperoleh dengan brix 4-
5,5, diukur dengan digital refraktometer. Gel lidah buaya yang diperoleh ditambah
sodium benzoat dengan konsentrasi 0,1% untuk mempertahankan kestabilan gel yang
diperoleh.
E. HASIL/DATA

No Simplisia Bobot Bobot Sari


Bahan Bengkuang (g)
Segar (g)

1 Bengkuang 3.000 125

No Simplisia Bobot Bobot


Bahan Ekstrak (g)
Segar (g)

1 Lidah buaya 10.000 930

Hitung rendemen sari bengkuang dan ekstak lidah buaya:

- Randemen sari bengkoang


Sari Bengkoang : 125/3000 X 100 % = 4,167
- Randemen ekstrak lidah buaya
- Ekstrak Lidah buaya : 930/10.000 X 100 % = 9,3%

F. PEMBAHASAN
Bengkoang dan lidah buaya secara turun temurun telah digunakan di Indonesia untuk
bahan baku kecantikan. Bengkoang mengandung air yang cukup banyak yaitu sekitar
80 - 90% sehingga baik untuk membantu suplai cairan dalam tubuh. Sedangkan pada
gel lidah buaya tersusun oleh 96 persen air dan 4 persen padatan yang terdiri dari 75
komponen senyawa berkhasiat. Pada pratikum ini bertujuan agar praktikan mampu
melakukan preparasi simplisia tanpa pengeringan yaitu dengan proses pembuatan
memerlukan air dan dengan proses khusus. Tujuan preparasi bengkoang adalah untuk
mendapatkan pati dari bengkoang, dan tujuan preparasi pada simplisia lidah buaya
untuk mendapatkan gel lidah buaya. preparasi simplisia merupakan proses yang
menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontminasi dan stabilitas bahan.
Preparasi simplisia bengkoang dapat dilakukan dengan dua metode, namun dalam
praktikum kali ini digunakan metode 2 dengan cara umbi bengkuang dibersihkan
terlebih dahulu kemudian diparut, dan diperas. Hasil perasan dibiarkan selama
beberapa jam sampai terbentuk endapan. Selanjutnya disaring dan airnya dibuang.
Endapan dikeringkan dalam oven suhu 500℃ selama 24 jam. Diperoleh serbuk pati
bengkuang yang kemudian diayak dengan pengayak mesh 120. Serbuk pati yang
didapat kemudian ditimbang, dan dihitung rendemennya, pada praktikum kali ini
diperoleh rendemen pati sebanyak 4,167%. Tahapan selanjutnya yaitu preparasi
sampel lidah buaya, langkah utama yang dilakukan lidah buaya dicuci terlebih dahulu
dan dihilangkan durinya, kemudian dipotong dan dikupas. Setelah itu dihaluskan
dengan blender, disaring hingga diperoleh filtrat berupa jus lidah buaya. Dilakukan
pemekatan jus lidah buaya dengan alat rotary vacuum evaporator dengan kondisi
operasi: vakum : 110 mbar; rotari : 80 rpm; heating bath : 70°C; waktu evaporasi : 2
jam. Gel yang diperoleh dengan brix 4-5,5, diukur dengan digital refraktometer. Gel
lidah buaya yang diperoleh ditambah sodium benzoat dengan konsentrasi 0,1% untuk
mempertahankan kestabilan gel yang diperoleh. Setelah didaptkan gel pada simplisia
lidah buaya kemudian dihitung randemen gel tersebut, randemen yang diperoleh
sebanyak 9,3%.
Dari hasil yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa hasil randemen pada
bengkoang dan lidah buaya berbeda. Karena besar rendemen yang didapatkan dari
tanaman dapat dipengaruhi oleh perbedaan kandungan serta perbedaan struktur.
Bengkoang lebih sedikit menghasilkan rendemen karena berserat kasar yang tinggi
dan sulit dihaluskan sehingga pati yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan
lidah buaya.

G. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkanPreparasi bengkoang


menghasilkan pati, dan diperoleh rendemen pati sebesar 4,167% dan ekstrak idah
buaya sebesar 9,3%

DAFTAR PUSTAKA
I. DAFTAR PUSTAKA
Ir. Rostita. 2008. Sehat Cantik dan Penuh Vitalitas Berkat Lidah Buaya. Bandung:
Qanita PT. Mizan Pustaka.
Depkes. 2010. Suplemen 1 Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Laksana, dkk. 2010. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia, UGM,
Yogyakarta.
Parfati, dkk. 2018. Modul Penyiapan Simplisia Kelor. Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya.

LAMPIRAN

JUDUL JURNAL
Alamat url : gunakan jurnal yang terkait dengan contoh sampel/simplisia
kel anda

Anda mungkin juga menyukai