Anda di halaman 1dari 7

ESTETIKA MUSIK

“PIANO CONCERTO NO.1 IN C MAJOR,


OP.15” DAN “WAKTU HAMPA”

Disusun Oleh:
Rachel Christien Octaviana
NIM:
852018005

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PROGRAM STUDI SENI MUSIK
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
I. “Piano Concerto No.1, Op. 15 in C major” karya L.V. Beethoven ......... 3
i. Makna Ekstrinsik dan Intrinsik ............................................... 3
ii. Unsur Obyektif ....................................................................... 3
iii. Nilai – Nilai Estetika ............................................................... 4
iv. Ruang Lingkup Estetika ......................................................... 4
II. “Waktu Hampa” karya Candra Darusman .............................................. 5
i. Aspek Estetika Menurut Anjuran Reid .................................... 5
ii. Aspek Estetika Berdasarkan Teori Abrams ............................ 6
III. Aspek Penting Karya Waktu Hampa ...................................................... 6
IV. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 7

ii
ESTETIKA MUSIK “PIANO CONCERTO NO.1 IN C MAJOR, OP.15”
DAN “WAKTU HAMPA”

I. PIANO CONCERTO NO.1 IN C MAJOR, OP.15 KARYA LUDWIG VAN


BEETHOVEN

i. MAKNA EKSTRINSIK DAN INTRINSIK

Di dalam Piano Concerto No.1 in C Major, Op.15 karya Ludwig Van


Beethoven terdapat makna estetika di dalamnya. Makna tersebut dibedakan
menjadi dua jenis yaitu makna intrinsik dan makna ekstrinsik. Makna
Estetika secara intrinsik adalah keindahan, kebenaran, dan kebaikan yang
tersimpan dan berpotensi terpancarkan melalui proses ekspresif sehingga
pihak lain mengalami apa yang dialami dan menjadi motif lahirnya bentuk
karya seni musik dan selanjutnya mengondisinya ke tindakan yang sama
dengan kreator primernya. Sedangkan secara Ekstrinsik, makna estetika
musik adalah hasil pengoperasian cara kerja estetika yang obyektif sehingga
keindahan, kebenaran, dan kebaikan bentuk karya seni diketahui awam atau
publik.
Makna estetika musik secara intrinsik dalam karya tersebut yang dapat
kita kaji adalah berupa bunyi musik yang dihasilkan. Bunyi-bunyi musik yang
dihasilkan dapat kita dengarkan dari bunyi piano dan orkestra yang meliputi
seruling, oboe, klarinet, basoon, horn, trumpet, timpani, dan string.
Keindahan bunyi terungkap melalui melodi, irama/ritme, harmoni,
tempo, dinamika pada karya tersebut. Makna estetika secara intrinsik
dipelajari dengan bermain dan merasakan konsep-konsep keindahan pada
karya itu. Makna estetika secara intrinsik diukur berdasarkan rasa keindahan
menurut orang-orang yang sudah memiliki kriteria-kriteria sendiri tentang
nilai-nilai estetik dalam bermain orkestra dan piano pada karya tersebut.
Makna estetika musik secara ekstrinsik pada karya dalam Piano
Concerto No.1 in C Major, Op.15 karya Ludwig Van Beethoven adalah nilai-
nilai keindahan yang harus dicari di luar teknis musiknya itu sendiri. Bukan
dilihat dari wujud musiknya, namun lebih dilihat dari makna apa yang ada
dibalik kandungan seni yang diciptakan dari karya tersebut. Dalam
memaknai tentu lebih dikaitkan secara kontekstual pada saat karya musik
piano konserto itu diciptakan, seperti situasi sosial serta lingkup budaya
masyarakat pendukungnya.

ii. Unsur Obyektif

Piano Concerto No.1 in C Major, Op.15 karya Ludwig Van Beethoven


ditulis pada 1795, kemudian direvisi pada 1800. Ini mungkin pertama kali
dilakukan oleh Beethoven pada konser publik pertamanya di Wina pada 29
Maret 1795. Karya ini pertama kali diterbitkan pada 1801 di Wina dengan
dedikasikan kepada muridnya, Putri Anna Louise Barbara Odescalchi, yang
dikenal oleh teman-temannya sebagai "Babette". Karya ini mencerminkan
asimilasi Beethoven terhadap gaya Mozart dan Haydn ,
sementara perubahan harmonis yang mendadak menunjukkan kepribadian

ii
musik Beethoven. Ini mengikuti varian concerto dari bentuk sonata dan
dicetak untuk piano solo dan orkestra yang terdiri dari flute, 2 oboe, 2
klarinet, 2 bassoon, 2 horn, 2 trumpet, timpani, dan strings.
1st movement berbentuk sonata, tetapi dengan eksposisi orkestra
tambahan, cadenza , dan coda. Ini memiliki tema utama yang diulang
berkali-kali, dan ada beberapa tema bawahan. Pada eksposisi, orkestra
mengubah kunci berkali-kali, terutama pada eksposisi kedua, dalam G
mayor. Pengembangan dimulai pada E-flat mayor, kemudian dimodulasi
ke C minor, yang diakhiri dengan glissando oktaf. Terdapat rekapitulasi di C
mayor. Ada tiga pilihan cadenza untuk gerakan ini, yang panjang dan
kesulitannya bervariasi. Coda dimainkan oleh orkestra sendiri. Panjang
pertunjukan bervariasi dari empat belas hingga delapan belas menit.
Pada movement kedua menggunakan tonalitas A. Klarinet diberi peran
yang luar biasa menonjol dalam gerakan ini, melodi sesering biola. Seperti
banyak gerakan lambat, gerakan ini dalam bentuk A B A. Pembukaan pada
bagian A menyajikan beberapa tema yang kemudian dikembangkan di
bagian B tengah. Pertunjukan berlangsung lebih dari sepuluh menit.
Movement ketiga adalah sonata rondo dalam bentuk ABACABA. Piano
menyatakan tema utama, yang kemudian diulangi oleh orkestra. Dua bagian
B (tema bawahan) masing-masing ada di G mayor dan C mayor. Bagian
tengah ada di A minor.
Dua cadenza pendek ditunjukkan oleh Beethoven dalam gerakan ini, satu
tepat sebelum final kembali ke tema utama, dan satu lagi segera sebelum
akhir gerakan, yang diakhiri dengan kontras dinamis yang mencolok. Piano
memainkan melodi dengan pelan, tetapi orkestra kemudian mengakhiri
gerakan dengan paksa. Movement ini biasanya berlangsung sekitar delapan
hingga sembilan menit

iii. Nilai - Nilai Estetika

Hal estetika yang terdapat di dalam karya Piano Concerto No.1 in C


Major, Op.15 karya Ludwig Van Beethoven adalah yang pertama mengacu
pada teori estetik formal yang mana keindahan musik terletak di luar bentuk
karya musik itu sendiri. Jadi, bukan pada bentuk karya musiknya melainkan
pada bentuk maksud yang melatarbelakangi karya tersebut. Karya ini
mencerminkan asimilasi Beethoven tentang gaya Mozart dan Haydn,
sementara pergeseran harmoninya yang tiba-tiba menunjukkan kepribadian
musik Beethoven. Pada teori estetik ekspresionis, hal estetika yang terdapat
dalam karya tersebut bisa kita lihat pada bentuk, motif, dan ekspresi seni
musik karya itu. Pada unsur ekspresi, karya ini dimulai dengan permainan
musik orkestra, keindahan yang terlihat pada bagian ini adalah ekspresi
yang menggambarkan ketenangan yang dibawakan oleh strings lalu diikuti
oleh musik orkestra yang lengkap yang membuat karakter pada karya ini
menjadi lebih bersemangat. Pada teori estetik psikologis, menyatakan
bahwa keindahan terletak pada kesederhanaan, beroperasinya emosi akibat
rasa puas apresiator. Hal ini dapat dilihat dari komentar penonton atau
penikmat karya ini. Orang yang mendengarkan karya Piano Concerto No.1
in C Major, Op.15 karya Ludwig Van Beethoven yang merasakan emosi dan
juga merasakan rasa puas terhadap karya tersebut.

iv. Ruang Lingkup Estetika

Pada 1st movement Piano Concerto No.1 in C Major, Op.15 karya


Ludwig Van Beethoven, tonalitas yang digunakan dalam eksposisi adalah C

ii
major. Lalu terdapat perubahan tonalitas pada eksposisi kedua yaitu
perubahan
dalam G mayor. Pengembangan dimulai pada E-flat mayor, kemudian
dimodulasi ke C minor, lalu terdapat rekapitulasi di C Mayor. Pada
Movement kedua, menggunakan tonalitas A mayor. Dua bagian B (tema
bawahan) pada Movement ketiga menggunakan tonalitas G mayor dan C
mayor. Di bagian tengah menggunakan tonalitas A minor.
Pembukaan Allegro con brio Piano Concerto No.1 in C Major, Op.15
dimulai dengan suasana tenang yang hanya dengan string. Dengan pintu
masuk orkestra (lengkap dengan brass dan timpani), namun, musik
mengambil karakter yang lebih semangat dengan gaya khas
Beethoven. Subjek kedua, yang dimainkan oleh biola dan angin kencang di
atas iringan bass yang gelisah, terungkap dalam frasa yang lebih panjang
dan lebih lyrical. Ketika piano akhirnya masuk, itu dengan bahan yang dapat
didengar sebagai varian dari salah satu tema yang sudah disajikan; namun,
sosok berirama berulang, dengan jelas menghubungkannya ke musik yang
membuka karya. Sepanjang sisa movement, karakter piano muncul di
cadenza, yang diikuti oleh coda singkat. Gerakan kedua, Largo dimulai
dengan melodi lirik yang ekspresif secara vokal, momen yang hampir penuh
doa yang memperkirakan gerakan lambat yang mendalam dari periode akhir
Beethoven. Orkestra menjawab dengan tema yang lebih jelas, kemudian
mereda menjadi varian melodi piano. Solois kembali dengan sangat
berornamentasi dan dibantu oleh string dan winds yang sangat halus.
Setelah episode, di mana keyboard mengadopsi untuk pertama kalinya
tekstur tipis dan sederhana, piano memperkenalkan kembali tema pembuka,
lalu bergabung dengan orkestra. Gerakan ditutup dalam suasana hushed
(tenang). Allegro scherzando rondo adalah tipikal dari sebagian besar musik
Beethoven pada periode itu, penuh dengan semangat tinggi, sinkronisasi
ritmik, dan pembuatan frasa yang tidak teratur. Piano menyajikan tema,
segera digaungkan oleh ansambel lengkap. Terdapat keindahan dari setiap
melodi, irama/ritme, harmoni, tempo, dinamika pada karya 1st movement
Piano Concerto No.1 in C Major, Op.15 karya Ludwig Van Beethoven ini.

II. “Waktu Hampa” karya Candra Darusman

i. Aspek Estetika Menurut Anjuran Reid

“Waktu Hampa” adalah lagu yang ditulis Candra Darusman ketika masih
berdomisili di Singapura ini pada 2011 lalu ini juga menjadi lagu pertama yang
dinyanyikan oleh Ardhito Pramono, karena Ardhito sebelumnya selalu
menyanyikan lagu yang ia tulis sendiri dan belum pernah menyanyikan lagu yang
ditulis orang lain. Kolaborasi lintas genre ini dilandasi pada satu benang merah
yaitu genre musik jazz. Yang menjadi kesamaan latar belakang musik mereka.
Selain keduanya saling mengagumi antara satu sama lain. Ardhito sendiri
memang mengagumi dan penikmat karya-karya Candra Darusman sejak dulu.
Dan bagi Candra Darusman sendiri, sosok Ardhito adalah salah satu bagian dari
perkembangan eksponen musik jazz di Indonesia. Yang membuat
perkembangan musik jazz di Indonesia begitu menarik. Dalam lagu yang berjudul
“Waktu Hampa” yang dilantunkan oleh Ardhito Pramono ini, aspek yang terdapat
pada lagu tersebut adalah chordnya yang bernuansa Jazz, menggunakan tanda
sukat 4/4, ritme pada lagu ini bervariasi dan cukup ringan, aransemennya bagus
dan tidak berlebihan, progresi akord dan melodinya sangat menarik, flow nya
menarik dan emosinya yang dalam membangkitkan mood pada lagu tersebut,

ii
pesan yang disampaikan pada lagu tersebut juga dapat tersampaikan dengan
baik bagi para pendengarnya, serta suara penyanyi sangat cocok dan terdengar
indah, kemudian
improvisasi antara penyanyi dan musiknya membuat karya ini menjadi lebih
bagus.

ii. Aspek Estetika“Waktu Hampa” Berdasarkan Teori Abrams

Secara lirik, “Waktu Hampa” bercerita tentang perasaan yang dialami


seseorang ketika jauh dari belahan hatinya. Sebuah ekspresi personal yang
bergejolak ketika rasa dan rasio saling berhadapan. Ardhito Pramono dapat
membawakan ekspresi lagu tersebut dengan sangat ekspresif sehingga pesan
dari lagu tersebut tersampaikan dengan baik. Menurut Ardhito, “Waktu Hampa”
karya Candra Darusman ini merupakan salah satu inspirasinya dalam membuat
musik. Motivasi pencipta dalam membuat lagu ini yaitu melalui karya kolaborasi
dengan Ardhito Pramono ini Candra Darusman berharap bisa memberikan
hiburan segar kepada masyarakat melalui lagu ini. Sedangkan Ardhito Pramono
berharap bisa terus melestarikan musik jazz Indonesia dan juga menjaga warisan
yang sudah ditanamkan oleh para seniornya, yakni salah satunya adalah Candra
Darusman. Publik atau apresiator musik berpengaruh besar pada lagu “Waktu
Hampa” ini. Seniman musik dan karya musik sangat bergantung pada publik atau
apresiatornya. Publik atau apresiator musik dalam stakeholder berkesenian
merupakan tritunggal dengan Candra Darusman (pencipta lagu) dan Ardhito
Pramono (penampil) yang turut berkontribusi bagi dan pada karya musik untuk
tujuannya.

III. Aspek Penting karya “Waktu Hampa”

Salah satu apek penting yang terdapat dari lagu “Waktu Hampa” menurut
wawasan teoritik psikologis yaitu syair, genre dan ekspresinya. Karya ini
merekflesikan emosi melalui kata-kata, bunyi, dan ekspresi penampilnya yang
menyangkut jiwa manusia. Syair “Waktu Hampa” mengungkapkan sebuah
ekspresi personal yang bergejolak dan juga menceritakan tentang perasaan yang
dialami seseorang ketika jauh dari belahan hatinya. Ekspresi dari lagu tersebut
tersampaikan dengan baik oleh Ardhito Pramono. Genre Swing Jazz yang
terdengar dalam lagu tersebut membangkitkan mood bagi para pendengarnya.
Terjadi hubungan psikologis antara karya dan pendengar karya tersebut, karena
lagu ini dapat mengefektifkan proses penenangan diri pendengarnya ketika
sedang menghadapi situasi-situasi sulit, menegangkan, dan mengancam stabilitas
emosi karena musiknya bersuasana tenang, tetapi tidak hanya di dalam situasi
sulit, hubungan psikologis pada lagu ini juga dapat dirasakan pendengarnya
waktu mereka sedang bersantai. Selain untuk pendengar, lagu ini juga dapat
memberikan inspirasi, semangat, motivasi, atau dukungan bagi para musisi dalam
berkarya.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Mianto Nugroho. 2021. Pengantar Estetika Musik. Salatiga: Max5media.


Waesberghe, Smits Van. 2016. Estetika Musik. Yogyakarta: Thafa Media.

ii

Anda mungkin juga menyukai