“PEMBUATAN SIMPLISIA”
Pertemuan ke- 5
Dosen Pengampu
Kelompok : 3
Penyusun :
SURAKARTA
2020
A. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat memahami prinsip dan
melakukan pembuatan simplisia.
B. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidak lebih dari 600C (BPOM, 2014). Jenis-jenis simplisia:
1. Simplisia nabati: simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau
eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar
dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya
dan belum berupa senyawa kimia murni.
2. Simplisia hewani: simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
3. Simplisia pelikan (mineral): simplisia berua bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni.
D. CARA KERJA
7. Keringkan simplisia dengan cara oven suhu 500C atau sinar matahari langsung
ditutup kain.
2) Jika simplisia banyak terlihat kontaminasi debu dan hewan, cuci simplisia
3) Keringkan dengan cara oven suhu 500C atau sinar matahari langsung ditutup kain.
E. HASIL/DATA
F. PEMBAHASAN
Pembuatan simplisia pada tanaman dilakukan dengan berbagai tahap. Tahap pertama
adalah tanaman yang telah dipilih untuk dijadikan bahan simplisia dan dilakukan
sortasi basah. Sortasi basah ini dilakukan untuk memilih yang layak digunakan untuk
bahan obat. Setelah dilakukan sortasi basah maka dilakukan pencucian terhadap
tanaman dengan tujuan untuk membersihkan dari tanah ataupun kotoran yang ada.
Pencucian dilakukan dengan air. Setelah pencucian dilakukan perajangan. Lalu
tanaman yang telah dirajang dikeringkan dibawah sinar matahari yang ditutup dengan
kain hitam. Menurut pendapat Depkes (1985), dalam syarat pengeringan bahwa
pengeringan simplisia dikeringkan dibawah sinar matahari dan ditutup dengan kain
hitam dan ciri simplisia yang baik dalam kondisi pengeringan yaitu jika dalam bentuk
maka harus mudah untuk dipatahkan. Setelah pengeringan dilakukan sortasi kering
yang berfungsi untuk memisahkan kotoran yang masih ada. Dikarenakan pembuatan
simplisia ini akan dijadikan serbuk simplisia secara langsung maka tidak perlu
dilakukan pengepakan karena masih dalam skala percobaan di laboratorium. Cara
kerja pembuatan simplisia tersebut sudah sesuai dengan pendapat Depkes (1985) yang
menyatakan tahapan pembuatan simplisia yaitu mulai dari pemilihan bahan simplisia,
sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan
penjaminan mutu. Pembuatan serbuk simplisia dilakukan dengan berbagai tahap
setalah dilakukan pembuatan simplisia. Setalah pengeringan simplisia dilanjutkan
dengan menghaluskannya menggunakan alat penghalus atau pada praktikum ini alat
penghalus yang digunakan adalah knife or cutter mill. Setelah dihaluskan diayak
dengan menggunakan ayakan. Ayakan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
menggunakan ayakan 60 Mesh. Menurut pendapat Depkes RI (2008) menyatakan
bahwa derajat kehalusan serbuk simplisia untuk pembuatan ektrak merupakan
simplisia halus dengan nomor pengayak 60 dengan lebar nominal lobang 0,105 mm,
garis tengahnya 0,064, dan ukurannya ukuran 250 µm.
Untuk melaksanakan berbagai operasi pengerjaan benda kerja pada mesin frais
digunakan suatu alat potong yang sering disebut sebagai pisau frais atau milling
cutter. Tidak seperti pahat pada mesin bubut atau mesin sekrap yang memiliki satu
mata pemotong, pisau frais pada umumnya memikiki mata pemotong jamak.
Umumnya pisau frais mempunyai lebih dari satu galur (flute) dengan bentuk heliks.
Bagian sepanjang tepi galur yang tajam disebut sebagai gigi. Di mana gigi pisau frais
ini merupakan bagian yang memotong (menyayat) benda kerja yang difrais, dan
beram atau tatal hasil penyayatan akan keluar dari pisau frais melalui galur. Pisau
frais biasanya mempunyai satu gigi atau lebih, di mana pisau frais yang memiliki 2, 3
atau 4 gigi merupakan pisau frais yang banyak digunakan. Pisau frais dengan gigi
lebih banyak akan menyayat benda kerja lebih cepat dibandingkan pisau frais dengan
gigi lebih sedikit. Bentuk galur atau flute pisau frais biasanya dibuat berbentuk heliks,
karena jika galur pisau frais dibuat lurus, maka ketika pisau frais digunakan untuk
menyayat benda kerja pada satu saat seluruh panjang gigi akan menumbuk benda
kerja. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya getaran, memperkecil ketelitian
pengefraisan dan permukaan hasil penyayatan yang kasar. Oleh karena itu, dengan
membuat galur pisau frais berbentuk heliks akan membuat gigi pisau frais menyayat
benda kerja secara bertahap sehingga memperkecil getaran dan meningkatkan
kehalusan.
G. KESIMPULAN
Dari hasil yang didapat, rendemen simplisa dari beberapa sample didapatkan
hasil Pare = 2,875%, Herba = 6,476%, Daun sirih = 6,666%. Dan rendemen serbuk
didapatkan hasil : Pare = 83,3%, Herba meniran = 89,1%, Daun sirih = 83,3%.
Rendemen dari tiap tanaman bisa berbeda karena banyak factor, salah satunya dalah
komposisi tiap tanaman pasti berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
I. DAFTAR PUSTAKA
1. [BPOM RI]. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. No 12 Tahun
2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional
2. [DEPKES RI]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan
Simplisia. Jakarta: Kesehatan Republik Indonesia.
3. [DEPKES RI]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope
Herbal Indonesia. Ed Ke-1.Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia.
4. Agoes, Goeswin. 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit: ITB, Bandung.
5. Laksana, Toga, dkk. 2010. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Simplisia. UGM:
Yogyakarta.
LAMPIRAN
JUDUL JURNAL
Alamat url : gunakan jurnal yang terkait dengan contoh sampel/simplisia
kel anda