Anda di halaman 1dari 29

PORTOFOLIO

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FITOFARMASETIKA

“Pembuatan Ekstrak Tanpa Pengeringan”

(Meniran, Sirih, Pare)


Pertemuan ke-5

Dosen Pengampu

apt. Ghani Nurfiana F.S, M. Farm

No Nama Anggota NIM Tanda Tangan


1. Fordiana Eka Puspitasari 24185595A

2. Fauzia Rahmani 24185598A

3. Melaningsih 24185600A

4. Astatin Ardhiasari 24185603A

5. Resy Budi Ramadanti 24185619A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
A. TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan preparasi simplisia tanpa
pengeringan yaitu dengan proses pembuatan yang memperlukan air dan dengan proses khusus.

B. DASAR TEORI
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia
dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati
adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud
eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya.
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan
digunakan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan
(Materia Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung
dikonsumsi (serbuk jamu dsb.) masih harus memenuhi persyaratan produk
kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Depkes RI, 2017). Pada
umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
 Pengumpulan bahan baku : kualitas bahan baku simplisia sangat
dipengaruhi beberapa faktor, seperti : umur tumbuhan atau bagian
tumbuhan pada waktu panen, bagian tumbuhan, waktu panen dan
lingkungan tempat tumbuh
 Sortasi basah : Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan asing lainnya setelah dilakukan pencucian dan perajangan.
 Pencucian: dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih.
 Perajangan
 Pengeringan : mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar
air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.
 Sortasi kering : tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
 Pengepakan
 Penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Depkes, 2017).

1. Meniran hijau (Phyllanthus niruri L.)


Klasifikasi Meniran :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Subclassis : Caryophyliidae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Species : Phyllanthus niruri L.
Nama Indonesia : Meniran
Nama Daerah : Hambin Buah (banjar)
Penamaan tumbuhan herba ini masih mengalami perdebatan, pada beberapa daerah P. Niruri L.
memiliki kajian botanis yang sama persis dengan P. Amaranthus T. Ahli lain juga berpendapat
tanaman yang sama sebagai P. Urinaria ( Patel dkk., 2011). Permasalahan penamaan ini di
Indonesia dapat disimpulkan bahwa P. Niruri L yang paling cocok merujuk dengan meniran hijau,
sedangkan P. Urinaria kondisi botanis dan kandungannya lebih relevan dengan meniran merah.

2. Sirih (Piper betle L.)


Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan bersandarkan pada
batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur, warna hijau keabu-abuan, daun
tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan bulir, warna kekuningan, buah buni, bulat, warna
hijau keabu-abuan.
Klasifikasi tanaman daun sirih :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper betle Linn. (Damayanti, 2005)
Tanaman sirih merupakan tanaman yang tumbuh memanjat, tinggi
5 cm-15 cm. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur
lonjong. Pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar,
tulang daun bagian bawah gundul atau berbulu sangat pendek, tebal
berwarna putih, panjang 5-18 cm, lebar 2,5 - 10,5 cm.

3. Pare (Momordica Charantia L)


Pare : Momordica Charantia L
Suku :Cucurbitaceae
Kindom :Plantae
Subkindom:Tracheobionta
Superdevisi:Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub kelas :Dilennidae
Ordo :Violales
Famili :Cucurbitacea
Genus :Momordica
Spesies : Momordica charantia
Morfologi tanaman pare memiliki batang berusuk lima.panjang 2-5 m dan berbaur tidak enak daun
tunggal,bertangkai panjang,buah bentuk bulat,Bunga tunggal,berkelamin dua,dalam satu pohon
(Hariana, 2005).

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
a) Talenan
b) Pisau
c) Oven
d) Nampan
e) Beker glass
f) Ayakan no 40, 60
g) Corong
h) Botol gelap
i) Erlenmeyer
j) Kain flanel
k) Rotary evaporator
l) Sarung tangan
m) Timbangan analitis
Bahan :
a) Buah pare
b) Herba meniran
c) Daun sirih
d) Etanol 96%
e) Air
D. CARA KERJA
Sampel simplisia (jadi 1 portofolio)
1. Pembuatan ekstrak pare
(Buang biji pare, potong dengan jarak 3 – 5 mm (FHI) untuk mempercepat waktu pengeringan)
(Disaring Kembali dengan menggunakan kertas saring, agar filtrat yang diperoleh lebih murni lagi)
(Pemekatan menggunakan rotatory evaporator dengan suhu 50o C, kecepatan putaran 50 rpm)

(Dioven dengan suhu 50-60o C )

2. Pembuatan ekstrak herba meniran


(Semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian batang 2-10 cm dari permukaan tanah (FHI))

(Cuci dengan air mengalir, sampai semua pengotor seperti tanah, dan hama hilang)
(Buang akar dan potong menjadi beberapa bagian)

(Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven dengan suhu <60 O C atau di jemur dibawah sinar
matahari, sampai simplisia kering. Setelah kering kemudian di ayak dengan pengayak no 60 (FHI) dan
dihitung rendemen serbuk)
Penyarian/Ekstraksi
3. Pembuatan ekstrak daun sirih
(Dikeringkan menggunakan oven dengan suhu <60 o C)

E. HASIL/DATA

No Simplisia Bobot Bobot Bobot Serbuk Bobot


Bahan Simplisia (g) Ekstrak (g)
Segar (g) Kering (g)

1 Pare 8000 1.200 1000 230

2 Herba 6500 2300 2050 421


Meniran

3 Daun sirih 3000 600 500 200

Perhitungan rendemen simplisia:


1. Pare
Bobot ekstrak
¿ × 100 %
Bobot serbuk simplisia
230 g
¿ ×100 %=23 % b /b
1000 g
2. Herba meniran
Bobot ekstrak
¿ × 100 %
Bobot serbuk simplisia
421 g
¿ ×100 %=20,53 % b /b
2050 g
3. Daun sirih
Bobot ekstrak
¿ × 100 %
Bobot serbuk simplisia
200 g
¿ ×100 %=40 % b/b
500 g

Perhitungan rendemen serbuk simplia:

1. Pare

Bobot serbuk
¿ ×100 %
Bobot simplisiakering

1000 g
¿ ×100 %=83,33 % b /b
1200 g

2. Herba meniran

Bobot serbuk
¿ ×100 %
Bobot simplisiakering

2050 g
¿ ×100 %=89,13 % b /b
2300 g

3. Daun sirih

Bobot serbuk
¿ ×100 %
Bobot simplisiakering

500 g
¿ ×100 %=83,33 % b /b
600 g

Perhitungan berat basah terharap berat kering


1. Pare
Rendemen simplisia = bobot simplisia/bobot bahan segar x 100%
= 1200/8000 x 100%= 15%
2. Herba meniran
Rendemen simplisia = bobot simplisia/bobot bahan segar x 100%
= 2300/6500 x 100%= 35,4%
3. Daun Sirih
Rendemen simplisia = bobot simplisia/bobot bahan segar x 100%
= 600/3000 x 100%= 20%

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan pembuatan ekstrak dari simplisia tanaman meniran, pare,
dan sirih. Tujuan dari praktikum ini yaitu dapat memahami prinsip dalam pembuatan simplisia.
Praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat yang digunakan
yaitu timbangan, oven, wadah kaca, pisau, talenan, rotary evaporator, nampan, ayakan, corong kaca,
kertas saring, kain flannel, lap, dan beaker glass, sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu buah pare, herba meniran, daun sirih, etanol 96%, dan air atau aquadest.
Prosedur pada praktikum ini, pertama melakukan pengumpulan bahan bakunya yaitu buah
pare, herba meniran, dan daun sirih. Tahap kedua yaitu dilakukan sortasi basah, pada tahap ini untuk
meniran dilakukan pemisahan antara tanaman dengan akarnya, untuk daun sirih dipilih daun yang
segar dan tidak kering. Proses selanjutnya yaitu dilakukan pencucian terhadap air mengalir, dengan
tujuan untuk menghilangkan kotoran, jamur, dan kapang yang menempel pada simplisia. Tahap
selanjutnya dilakukan perajangan simplisia, pada tahap ini perajangan dilakukan dengan ketebalan
yang sesuai dengan simplisia yang digunakan dengan tujuan untuk mempercepat proses
pengeringanya. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan
oven yang pada suhu 60oC, kemudian untuk cara kedua yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari secara langsung tetapi ditutupi dengan kain hitam. Tahap selanjutnya yaitu sortasi kering dan
penyerbukan menggunakan metode grinding, serbuk yang dihasilkan kemudian diayak dengan ayakan
no.60 untuk daun sirih dan herba meniran, kemudian ayakan no.40 untuk buah pare, tahap ini
bertujuan untuk memberikan derajat kehalusan yang seragam. Tahap selanjutnya yaitu dilakukan
ekstraksi dengan metode maserasi dan menggunakan pelarut etanol sebanyak 1:10 bagian, masukkan
serbuk kedalam botol kaca coklat dan ditambahkan dengan pelarut kemudian dibiarkan 1-2 hari, dan
setelah 1-2 hari disaring dengan menggunakan kain flanel maupun kertas saring. Filtrat yang diperoleh
dari penyarian tersebut kemudian diuapkan atau dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu
50oC dan putaran kecepatan 50 rpm hingga diperoleh ekstrak kental. Prinsip rotary evaporator yaitu
menguapkan pelarut dengan merotasikan atau memutar labu sebagai wadah filtrat untuk memperoleh
endapan ekstrak (Pranoto, 2012). Ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven
pada suhu 60oC, selanjutnya dilakukan pengujian sterilisasi untuk dijadikan produk sediaan farmasi.
Hasil data randemen herba meniran antara lain rendemen berat basah terhadap berat kering
didapat hasil sebesar 57,79 %; randemen serbuk terhadap berat kering sebesar 61,40 %; dan randemen
ekstrak sebesar 13,658 %. Dalam literatur Farmakope Herbal Indonesia, rendemen ekstrak herba
meniran tidak kurang dari 19 %. Jadi, randemen ekstrak yang didapat tidak memenuhi persyaratan, hal
ini kemungkinan dikarenakan proses penguapan pada sampel yang terlalu lama sehingga ekstrak yang
didapat sedikit sekali.
Hasil data randemen daun sirih antara lain randemen berat basah terhadap berat kering didapat
hasil sebesar 26,56 %; randemen serbuk terhadap berat daun kering sebesar 55,55 %; dan randemen
ekstrak sebesar 11,902 %. Dalam literatur Farmakope Herbal Indonesia, rendemen ekstrak daun sirih
tidak kurang dari 5 %. Hasil rendemen ekstrak daun sirih yang diperoleh memenuhi persyaratan.
Hasil data randemen pare antara lain randemen berat basah terhadap berat kering sebesar 3,53
%; randemen serbuk terhadap berat daun kering sebesar 88,14 %; dan randemen ekstrak sebesar
97,76%. Dalam literatur, rendemen ekstrak pare tidak kurang dari 17,9 % (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan perhitungan rendemen ekstrak buah pare menunjukkan bahwa rendemen buah pare
memenuhi syarat.

G. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa randemen ekstrak meniran sebesar 13,66%.
Dalam literatur Farmakope Herbal Indonesia, rendemen ekstrak meniran tidak kurang dari 19%. Jadi,
randemen ekstrak yang didapat tidak sesuai dengan literatur yang ada. randemen ekstrak daun sirih
sebesar 11,92%. Hasil rendemen ekstrak yang diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope Herbal
Indonesia dengan total rendemen ekstrak daun sirih lebih dari 5%. randemen ekstrak buah pare
sebesar 97,74%. Berdasarkan perhitungan rendemen ekstrak buah pare menunjukkan bahwa rendemen
buah pare memenuhi syarat karena tidak kurang dari 17,9%.
DAFTAR PUSTAKA

Ariolla, Nicholas de. 2011. Chanca Piedra (Phyllanthus niruri L.). Laboratoriosfitofarma, Lima.
Damayanti R, Mulyono. 2005. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih : Obat Nujarab dari Masa ke Masa.
Jakarta : Agro Media Pustaka.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia Edisi Kedua. Depkes
RI, Jakarta. Halaman 444-448
Hariana,Arief.2005,”Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri Ke 2”,
Penebar swadaya : Jakarta
Patel, Jay Ram dkk., 2011. “Phyllanthus amarus: Ethnomedicinal uses, phytochemistry and
pharmacology: A review” Journal of Ethnopharmacology 138. Elsevier, Ireland.

LAMPIRAN
JUDUL JURNAL
Alamat url : gunakan jurnal yang terkait dengan contoh sampel/simplisia kel anda

Anda mungkin juga menyukai