Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari cara pembuatan simplisia nabati dari beberapa macam tumbuhan obat
2. Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan
1.1 Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
di keringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau senyawa
nabati, lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhan dan belum berupa
senyawa kimia murni. (Depkes RI.1979)
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, frakmen, atau kotoran hewan, tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau
menunjukan tanda-tanda pengotoran lain. Tidak boleh mengandung bahan lain yang
beracun dan berbahaya. (Depkes RI.1995)
Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari sortasi atau pemilahan,
pencucian, perajangan, atau pengirisan dan pengeringan. Penyortiran dilakukan untuk
memperoleh simplisia sesuai yang di kehendaki baik kemurniannya atau kebersihannya.
Tahap sortasi memerlukan ketelitian yang tinggi. Pencucian bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat pada tanaman yang akan di gunakan.
Pencucian harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari terlarutnya zat aktif.
Perajangan pada simplisia bertujuan untuk mempermudah proses berikutnya. Proses
pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. (Tilaar,2009)
Pemeriksaan mutu simplisia dapat dilakukan dengan cara makroskopik dan
mikroskopik. Analisis mikroskopik dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana setelah
sedikit berlatih. Untuk itu perlu dilakukan pengetahuan tentang perlatan tersebut maupun
prosedur yang harus dilakukan. (Depkes RI, 1979).

1|Piper betle
A. Definisi Daun Sirih

Kedudukan tanaman sirih dalam sistematika tumbuhan :

Klasifikasi tanaman sirih yaitu :


- Divisi : spermatophyta
- Sub-divisi : angiospermae
- Class : dicotyledoneae
- Ordo : piperales
- Familia : piperaceae
- Spesies : Piper betle L.
Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat, tanaman merambat ini bisa
mencapai tinggi 15 meter . Pada batang pokok di sekelilingnya dengan daun nya yang
memiliki bentuk pipih seperti gambar hati tangkai nya agak panjang, tepi daunnya rata,
ujung daunnya meruncing, pangkal daunnya berlekuk, tulang daun menyirip dan daging
daunnya yang tipis serta permukaan daunnya yang berwarna hijau dan licin. Sirih hidup
subur dengan ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu lembab dan memerlukan
cuaca tropika dengan air yang mencukupi. Daun sirih memiliki nama lain (Piper betle)
dan dikenal dalam beberapa nama seperti Betel (Prancis), Vitele (Portugal), Suruh atau
Sedah (Jawa), Seureuh (Sunda) dan Ju-jiang (Cina).

A. Kandungan farmakologi Daun sirih


Daun sirih mempunyai kandungan kimia yaitu seperti minyak atsiri (Kadinen,
kavikol, sineol, eugenol, karvakol) zat samak. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung
minyak terbang (betlephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak serta
chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, anti oksidasi, fungisida, dan anti jamur.
Daun sirih mengandung styptic yang berguna untuk menahan pendarhan pada luka.
Dari hasil penelitian sebagaimana dikutip dari buku “Tanaman Obat” terbitan kebun
tanaman obat karya sari diungkapkan bahwa sirih juga mengandung arecoline diseluruh
bagian tanaman. Zat ini bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya pikir,
meningkatkan gerakan peristaltik, dan meredakan dengkuran. Pada daunnya terkandung
eugenol yang mampu mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur candida albikhans, dan
bersifat analgesik. Ada juga kandungan tanin pada daunnya yang bermanfaat mengurangi
sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati dan mencegah diare. Selain berguna
sebagai pengobatan penyakit-penyakit yang telah disebutkan sebelumnya zat antiseptik

2|Piper betle
yang terkandung dalam tanaman terutama bagian daun berguna juga untuk membunuh
bakteri.
Rasa daun sirih disebabkan oleh minyak ruapan yang mengandung fenol dan bahan-
bahan terpen yang menyebabkannya pedas. Faktor-faktor yang menentukan keenakan
daun sirih adalah jenis daun sirih itu, umurnya dan cahaya matahari serta keadaan daun-
daunnya dibagian atas tumbuhan itu.

B. Jenis-jenis daun sirih


Berdasrkan bentuk daun, rasa, dan aromanya, sirih dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu:
a. Daun sirih Jawa
Daun sirih jawa berwarna hijau tua dan rasanya tidak begitu tajam. Daun sirih
ini merupakan jenis yang sering di gunakan masyarakat untuk menyirih.
b. Daun sirih Banda
Daun sirih banda berdaun besar, berwarna hijau tua dan kuning dibeberapa
bagian. Memiliki rasa dan aroma yang sengkak.
c. Daun sirih Cengkeh
Daun sirih cengkeh berdaun kuning dan rasanya tajam menyerupai rasa
cengkeh.
d. Daun sirih Hitam
Daun sirih hitam rasanya sengkak biasanya digunakan untuk campuran obat.
C. Manfaat daun sirih
Daun sirih memiliki banyak manfaat bagi kesehatan yaitu:
1. Batuk
2. Bronkitis
3. Menghilangkan bau badan
4. Luka bakar
5. Mimisan
6. Bisul
7. Mata gatal dan merah
8. Menghentikan gusi berdarah
9. Sariawan
11. Menghilangkan bau mulut
12. Jerawat

3|Piper betle
13. Keputihan
14. Mengurangi ASI berlebih
15. Sakit gigi

D. Penelitian tentang daun sirih


Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh Dian Agustin pada tahun 2005
adalah sebagai berikut :
Pada penelitian ini, Dian Agustine meneliti perbedaan khasiat antibakteri bahan
irigasi antara hidrogen peroksida 3% dan inpusum daun sirih 20% terhadap
berbagai jenis bakteri pada saluran akar. Dari hasil penelitiannya, diperoleh
perbedaan yang bermakna antara besar diameter zona hambatan berbagai jenis
bakteri oleh bahan irigasi hidrogen peroksida 3% dan invusum daun sirih 20%.
Khasiat antibakter invusum daun sirih 20% lebih baik dari hidrogen peroksida 3%
terhadap berbagai jenis bakteri.

4|Piper betle
BAB II
METODE KERJA

II.1 Alat dan bahan

 Bahan :
1. Daun sirih segar
 Alat :
1. Blender 7. Pengayak
2. Ember 8. Pisau
3. Gunting 9. Timbangan
4. Kain hitam 10. Toples
5. Koran
6. Oven

II.2 Cara Kerja

1. Daun sirih segar yang telah diambil dari pohon disortasi basah atau dipilih
bagian yang akan dipakainya seperti diambil daunnya yang masih segar
dan dibuang daun yang sudah sudah kuning serta batang daunnya.
2. Kemudian daun sirih dicuci bersih dengan air mengalir sampai kotoran
yang menempel pada simplisia hilang dan tercuci.
3. Daun sirih yang sudah di cuci kemudian diangin-anginkan dengan
menggunakan kipas angin sampai air yang masih menempel pada daun
sirih habis menguap.
4. Daun sirih yang sudah tidak basah kemudian ditimbang untuk
menentukan berat awalnya
5. Kemudian daun sirih dimasukan kedalam oven .Suhu oven diatur pada
suhu 60 ̊C . Daun sirih di oven selama kurang lebih satu hari atau sampai
daun sirih benar-benar kering
6. Daun sirih yang sudah kering menjadi simplisia kemudiaan disortasi
kering yaitu di buang daun yang terlalu kering dan dibuang juga pengotor-
pengotor lainnya yang mungkin masuk tercampur saat pengeringan.
7. Simplisia daun sirih ini kemudian ditimbang kembali sampai didapat
bobot akhir simplisia.

5|Piper betle
8. Simplisia daun sirih yang sudah jadi kemudian dikemas dan disimpan
dalam wadah tertutup rapat.

6|Piper betle
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

1. Nama dan jenis simplisia : Piper betle L. ( Daun Sirih ) dan merupakan jenis simplisia
daun
2. Organoleptik :
a. Warna : Hijau hijau muda sampai hijau tua
b. Bau : Bau aromatik khas
c. Rasa : Rasa pedas
d. Bentuk : Helaian daun bulat telur sampai memanjang, ujung daun
meruncing,pangkal daun berbentuk jantung dan kadang – kadang tidak
setangkup,panjang 5-8 cm,lebar 2-20 cm
3. Jumlah yang ditimbang ( berat awal ) : 1,1 kg
4. Lama pengeringan : selama 3 hari ( dimana 2 hari diangin-anginkan dan 1 hari
dilakukan dalam oven )
5. Jumlah simplisia setelah pengeringan ( berat akhir ) 0,2 kg

III.2 Perhitungan

1. Perhitungan susut akhir

berat awal − berat akhir


𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

1100gr − 200gr
𝑆𝑢𝑠𝑢𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟 = × 100 = 81,8%
1100gr

2. Perhitungan Rendemen
berat akhir
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
berat awal

200gr
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100% = 18,18%
1100𝑔𝑟

7|Piper betle
III.3 Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan kali ini dilakukan suatu percobaan yang
bertujuan mengetahui cara pembuatan simplisia daun sirih dan memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan
simplisia.Pembuatan simplisia daun sirih ini mengalami beberapa tahap dalam
pengerjaannya. Tahap yang dilakukan dimulai dari proses pengumpulan bahan baku
sampai dengan tahap sortasi kering. Ada tahap awal yaitu pengumpulan bahan baku,
daun sirih yang digunakan diperoleh dari hasil tanaman budidaya.Bagian yang baik
untuk dipanen adalah daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, hal ini
bertujuan agar diperoleh kadar zat aktifnya yang tinggi. Daun sirih tersebut kemudian
diproses lebih lanjut ke dalam tahap sortasi basah.Sortasi basah bertujuan untuk
memilih bagian yang akan dipakai seperti diambil daunnya yang masih segar dan
dibuang daun yang sudah sudah kuning serta batang daunnya. Dalam percobaan kali
ini jumlah simplisia yang telah mengalami sortasi basah adalah 1,1 kg.Tahap ketiga
adalah proses pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan tanah dan pengotor
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. pencucian dilakukan dengan air bersih
yang mengalir.
Tahap keempat adalah Pengeringan ini dilakukan dengan menggunakan 2
cara yang dilakukan selama 3 hari yaitu pengeringan dengan di angin-anginkan
selama 2 hari dan kemudian menggunakan oven yang diatur pada suhu 60 ̊C selama 1
hari. Proses pengeringan ini termasuk kedalam pengeringan gabungan antara alami
dan buatan. Keuntungannya dari penggabungan 2 metode ini adalah dengan
menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih
baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat
sedangkan apabila diangin- anginkan zat aktif yang terdapat di dalam daun sirih tidak
banyak yang keluar sehingga kandungan zat aktifnya masih tinggi.Pengeringan
merupakan usaha untuk menurunkan kadar air bahan simplisia sampai ketingkat yang
diinginkan dan menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut
kandungan zat aktif. Pengeringan juga bertujuan untuk memudahkan dalam
pengelolaan dan agar lebih tahan disimpan dalam jangka cukup lama. Beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pengeringan antara lain waktu pengeringan, suhu
pengeringan, kelembapan udara di sekitarnya,kelembapan bahan atau kandungan air
dari bahan, ketebalan bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara, dan luas permukaan
bahan.Suhu pengeringan sangat berpengaruh terhadap kualitas, terutama pada

8|Piper betle
perubahan kadar fitokimia atau senyawa aktif. Pengeringan harus disesuaikan dengan
bahan tanaman yang akan dikeringkan. Jika bahan berasal dari akar, daun, bunga,dan
buah, maka suhu dan metode pengeringan perlu diperhatikan. Apabila tidak ditangani
secara benar akan mengakibatkan berkurangnya kadar zat berkhasiat. Bahan yang
berasal dari daun harus tidak mengubah warna dan aroma aslinya, karena daun dan
mudah mengalami kerusakan selama pengeringan.Bila penanganannya salah akan
terjadi perubahan warna ataupun tercemar.
Tahap keenam adalah sortasi kering. Tujuan sortasi untuk memisahkan
benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan
pengotoran-pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Hasil yang diperoleh setelah simplisia daun sirih mengalami sortasi kering adalah 200
gr. Kemudian setelah itu jumlah hasil sortasi kering di bagi menjadi 2 bagian masing-
masing menjadi 100 gr, dimana bagian yang pertama tidak mengalami perlakuan
khusus dan langsung di masukan kedalam wadah tertutup rapat sedangkan bagian
yang kedua simplisia tersebut dilakukan penggilingan dengan menggunakan blender
sampai halus dengan tujuan untuk memperkecil ukuran partikel simplisia tersebut
,kemudian apabila telah halus simplisia tersebut disaring dengan menggunakan
ayakan mess 100 agar seragam bentuk dan ukurannya. Lalu, simplisia yang sudah di
ayak kemudian dimasukan kedalam wadah tertutup rapat yang terdapat silika gel
didalammya agar tetap kering dan terhindar dari kelembapan.
Persentase hasil susut kering dari simplisia adalah 81,8% dan
persentase hasil rendemen adalah 18,18%.

9|Piper betle
BAB IV
KESIMPULAN

IV.1 Kesimpulan

- Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan
yang telah di keringkan.
- Pembuatan simplisia memiliki 8 tahap proses pembuatan yang dimulai dari
pengambilan bahan, pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan, selain
itu adapula pemeriksaan mutu yang mencakup pengujian susut pengeringan,
penentuan rendemen serta skrining simplisia yang telah jadi.
- Daun sirih adalah tanaman menjalar dan merambat, tanaman merambat ini bisa
mencapai tinggi 15 meter .
- Persentase susut kering simplisia adalah 81,8%
- Persentase hasil rendemen adalah 18,18%

10 | P i p e r b e t l e
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1995.”Farmakope Indonesia edisi IV”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta.

Harborne,J.B.1987.”Metode Fitokimia,Penuntun cara modern menganalisa tumbuhan”.


Bandung . ITB

Mukherjee,P.K.2002. “Quality Control Of Herbal Drug,an approach to evaluation out


botanicals”.New delhi.business Horizons

Surjaningrat ,suwardjono.1980.”Materi Medika Jilid IV”. Jakarta. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia.

11 | P i p e r b e t l e
LAMPIRAN

1. Pengambilan bahan baku 2. Pengumpulan bahan baku

3.Sortasi basah 4.Pencucian

12 | P i p e r b e t l e
5.pengeringan (diangin-anginkan) 6.Pengeringan (oven

7.sortasi kering

13 | P i p e r b e t l e
8.Penyimpanan dan Pengepakan

- Serbuk - Utuh

14 | P i p e r b e t l e

Anda mungkin juga menyukai