Anda di halaman 1dari 8

KARYA TULIS ILMIAH

Pemanfaatan Ekstrak Daun Paitan (Tithonia diversifolia) sebagai


Pembasmi Hama Serangga pada Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum)

Disusun Oleh:
Rekyan Shinta 30
XII MIA 6

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 NGAWI


TAHUN AJARAN 2021/2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Potensi pengembangan berbagai jenis sayuran di Kota Batu sangat tinggi. Tumbuhan
Tomat (Solanum lycopersicum) termasuk salah satu jenis tumbuhan yang paling banyak
terdapat di Kota Batu. Akan tetapi, dalam pengembangannya, tumbuhan Tomat menghadapi
berbagai kendala. Salah satunya adalah penggunaan bahan kimia untuk membasmi hama
serangga.

Pertanian modern dengan masukan bahan-bahan kimia yang tinggi secara terus-menerus
menyebabkan penurunan kualitas tanah. Keadaan ini disebabkan karena berkurangnya bahan
organik yang berakibat pada pengerasan tanah, terjadinya kekahatan hara, rendahnya daya
ikat tanah terhadap air, rendahnya populasi dan aktifitas mikroba, tanah mengalami kejenuhan
dan secara umum pada rendahnya tingkat kesuburan dan produktifitas tanah
(Notohardiprawiro, 2006).

Salah satu upaya yang bisa dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah
menggunakan bahan organik untuk membasmi hama serangga. Penggunaan bahan organik
dalam tanah dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi) sehingga
kesehatan dan kelestarian tanah dapat terpelihara dengan baik untuk kegiatan pertanian yang
berkelanjutan (Sutanto, 2003). Bahan organik berfungsi mengikat butiran primer tanah
menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat tanah. Hal ini berpengaruh besar pada
porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperature tanah. Banyak hal
yang ada di alam ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik (Pradopo, 2000).
Salah satunya adalah Daun Paitan (Tithonia diversifolia). Daun Paitan diidentifikasi
mengandung senyawa asam palminat yang bersifat repellent (penolak serangga) serta
berpengaruh terhadap saraf dan metabolisme serangga, dan juga kompleksitas senyawa yang
dikandungnya dengan ciri rasanya yang sangat pahit sehingga dapat berperan negatif bagi
serangga hama karena adanya minyak atsiri sebanyak 1,14% menyebabkan tanaman Paitan
dapat digunakan sebagai insektisida nabati alternatif. Selain itu penggunaan Daun Paitan
dapat menjaga struktur tanah, menjadi penjaga pH tanah, membantu menjaga kelembaban
tanah, serta aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun karena tidak merusak
lingkungan.

Kelebihan Daun Paitan dibanding bahan insektisida organik lainnya, seperti kotoran
ternak adalah nilai keharaan yang lebih tinggi, kecuali kandungan P; menghasilkan asam
2
organik sederhana (sitrat, oksalat, laktat, asetat, butirat) asam humat dan fulvat lebih tinggi,
mempunyai daya netralisasi Fe (besi) dan Al (Alumunium) lebih tinggi, dan meningkatkan
ketersediaan P lebih tinggi (Suntoro, 2001). Pengolahan Daun Paitan ini dilakukan dengan
ditumbuk kemudian dikeringkan dan dicampurkan dengan air. Alasan pembuatan pupuk
organik dalam bentuk cair karena lebih cepat menyuplai unsur hara dalam jumlah lebih besar
(Marsono dan Sigit, 2001). Pada jaman dahulu, masyarakat Indonesia mengolah Daun Paitan
dengan merebusnya. Hal ini dianggap kurang efektif, karena vitamin dan kandungan lainnya
dapat berubah struktur kimianya jika terkena panas. Panas dan oksidasi dapat menghancurkan
vitamin dan zat lainnya yang terkandung dalam Daun Paitan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengolah Daun Paitan menjadi insektisida?
2. Bagaimana efektifitas insektisida ekstrak Daun Paitan terhadap hama serangga?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan cara mengolah Daun Paitan menjadi insektisida.
2. Mendeskripsikan efektifitas insektisida ekstrak Daun Paitan terhadap hama serangga.
D. Manfaat
1. Menjadi alternatif pembasmi hama serangga pada tumbuhan Tomat.
2. Menciptakan insektisida yang ramah lingkungan dan ekonomis.
3. Sebagai penambah wawasan bagi siswa dan petani Tomat.

3
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis kualitatif ekperimental atau uji coba. Termasuk ke dalam
kualitatif karena menitikberatkan pada kualitas hasil penelitian. Eksperimen dilakukan secara
bertahap pada objek yang sama dengan cara yang berbeda.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di laboratorium terbuka, yaitu taman rumah. Penyemprotan
ekstrak daun paitan dilakukan dalam waktu delapan hari, dimulai tanggal 22 Agustus 2014
sampai tanggal 30 Agustus 2014. Sedangkan penelitian tanaman Tomat dilakukan hingga
tanaman Tomat berbuah.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah hasil perkembangan tanaman Tomat berhama serangga
yang disemprot ekstrak daun Paitan secara berkala, yaitu dua hari sekali, tiga semprot.
D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen atau uji coba terhadap
dua buah tanaman berhama. Tanaman pertama disemprot dengan campuran dua sendok
makan bubuk ekstrak daun paitan dan tiga sendok makan bubuk ekstrak daun paitan.
Instrumen yang digunakan adalah tabel hasil pengamatan terhadap objek eksperimen.
E. Prosedur Penelitian
1. Menyiapkan dua buah tanaman Tomat berhama.
2. Mengeringkan daun paitan.
3. Menumbuk daun paitan yang sudah kering.
4. Mencampur dua sendok makan bubuk daun paitan dengan 300 ml air.
5. Mencampur tiga sendok makan bubuk daun paitan dengan 300 ml air
6. Menyemprotkan larutan pertama (dua sendok) ke tanaman I dan larutan kedua (tiga
sendok) ke tanaman II
7. Penyemprotan dilakukan setiap tiga hari sekali selama delapan hari.
8. Melakukan pengamatan terhadap dua buah tanaman tersebut dan menuliskan
hasilnya dalam tabel hasil pengamatan
9. Menganalisis data yang telah didapat.

4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa Ekstrak Daun Paitan (Tithonia
diversifolia) dan variabel terikat berupa tanaman Tomat (Solanum lycopersicum). Selama 6
hari penyemprotan, hasil yang nampak pada tanaman Tomat disimpulkan dalam tabel berikut:

2 Sendok Bubuk Daun Paitan 3 Sendok Bubuk Daun Paitan


Hari ke- Hasil Hari ke- Hasil
1 Belum terjadi perubahan. 1 Belum terjadi perubahan.
2 Hama mulai berkurang 2 Belum terjadi perubahan
Hama lebih berkurang dan
3 3 Tanaman sedikit layu
mulai tumbuh bunga
Hama tidak ada dan bunga Tanaman sedikit layu dan
4 4
semakin banyak bunga tumbuh
5 Tetap seperti hari keempat 5 Jumlah bunga lebih banyak
Tanaman tidak layu dan bunga
6 Bunga semakin berkembang 6
semakin berkembang

5
PEMBAHASAN

Tumbuhan Paitan sangat mudah ditemukan di pekarangan atau di pinggir jalan, karena
jumlahnya yang sangat banyak, bahkan berlebih, sehingga tumbuhan Paitan dianggap sebagai
gulma di beberapa tempat. Setelah diteliti oleh beberapa peneliti professional, ternyata Daun
Paitan memiliki beberapa kandungan yang sama dengan kandungan obat pembsami hama
serangga. Oleh sebab itu, pada percobaan ini, daun paitan digunakan sebagai pembasmi hama
serangga pada tanaman Tomat. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pengurangan
penggunaan insektisida kimia, dengan jalan menggunakan insektisida alami, karena ekstrak
Daun Paitan sebagai insektisida alami lebih bersifat ramah lingkungan dan tidak
menyebabkan pencemaran pada tanah maupun udara. Cara mendapatkan dan cara
mengolahnya yang mudah menjadi salah satu alasan bahwa insektisida alami lebih baik
dibanding insektisida kimia.

Pembuatan ekstrak daun paitan dimulai dengan mengeringkan daun paitan lalu
menumbuknya. Agar mendapat ekstrak daun paitan yang lebih halus, saring dahulu hasil
tumbukan untuk memisahkan bubuk daun paitan dengan sisa tumbukan. Untuk mengetahui
efektifitas takaran bubuk daun paitan, siapkan dua botol yang berisi 350 ml air dan isi dengan
dua sendok makan bubuk daun paitan serta pada botol kedua diisi dengan 3 sendok makan
bubuk daun paitan. Penyemprotan dilakukan dua hari sekali dan disemprotkan pada dua
tanaman yang berbeda serta jumlah kadar insektisida yang berbeda. Dalam hal ini, tanaman
Tomat yang digunakan dalam kondisi kesehatan yang sama, media yang sama, serta intensitas
hama serangga awal yang sama.

Dari hasil percobaan ternyata larutan daun paitan yang disemprotkan dengan kadar dua
sendok makan lebih efektif dibanding kadar tiga sendok makan ekstrak daun paitan. Hal ini
ditunjukkan dari keadaan fisik tumbuhan yang disemprotkan dengan kadar tiga sendok
mengalami layu selama beberapa hari meskipun hama pada tanaman hilang, sedangkan pada
tanaman yang disemprot dengan kadar dua sendok makan leih cepat berbunga dan tidak ada
hama sejak hari kedua. Seperti dijelaskan dalam kajian pustaka, kepekatan larutan yang
disemprotkan menjadi salah satu penyebab tanaman layu, jika larutan disemprotkan terlalu
pekat, maka tanaman sulit untuk menyerap molekul kecil dari larutan daun paitan tersebut,
terlebih, kandungan ekstrak daun paitan yang berlebih bisa menghambat pertumbuhan benih
dan tanaman.

Pada awal penyemprotan, hewan yang biasanya hinggap diatas tanaman tomat tidak
terlihat, hal ini disebabkan oleh bau yang tidak sedap yang dikeluarkan larutan daun paitan
6
dan apabila daun tomat dipegang, akan terasa keset, kondisi ini membuat hewan tidak mau
hinggap di tanaman tomat. Hal ini menyebabkan tanaman Tomat menjadi segar dan tidak
dimakan oleh hewan-hewan yang biasanya hinggap di tanaman Tomat tersebut.

Hasil yang didapat adalah buah tomat yang lebih besar dibanding buah tomat yang tidak
disemprot larutan daun paitan, jumlah buah lebih banyak, buah tomat tidak cepat busuk, dan
pada akhir tanam tomat masih ada yang tumbuh meskipun ukurannya lebih kecil. Hal ini bisa
dimanfaatkan para petani untuk menyiasati kelangkaan buah Tomat pada musim kemarau,
karena pada waktu tanaman Tomat yang lain berhenti berbuah, sementara tanaman Tomat
yang disemprot ekstrak Daun Paitan masih bisa berbuah meskipun ukurannya lebih kecil.

Keuntungan yang didapat dari kegiatan pembuatan ekstrak daun paitan adalah jumlah
tanaman paitan yang dibutuhkan lebih dari cukup dan mudah didapat, hal ini menyebabkan
modal yang dikeluarkan tidak banyak dan bisa dianggap gratis. Disamping itu, tanaman
Paitan bisa tumbuh dengan cukup baik, meskipun dalam keadaan tanah yang kurang subur
dan miskin hara. Macam-macam peralatan dan bahan yang lain mudah didapat, seperti alat
ulek dan air. Botol yang digunakan untuk larutan insektisida bisa menggunakan botol bekas
yang disambungkan dengan alat peyemprot, atau botol semprot bekas penghalus pakaian.
Hasil yang didapat juga lebih memuaskan dibanding penggunaan insektisida kimia, serta tidak
ada resiko pencemaran tanah.

Sayangnya masyarakat masih belum percaya dengan penggunaan insektisida alami.


Banyak yang menganggap bahwa insektisida alami membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk membasmi hama serangga dibanding insektisida kimia, padahal jika kita bisa mengolah
bahan disekitar kita, malah mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan disegala hal.
Banyak orang yang belum mengenal paitan, atau hanya beberapa orang yang mengenal daun
paitan tetapi tidak mengetahui khasiat untuk tanaman. Selain itu, insektisida yang dikenal oleh
masyarakat adalah insektisida kimia yang dapat memperparah pencemaran tanah.

7
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan selama lebih kurang 12 hari, disimpulkan bahwa
ekstrak daun paitan yang dilarutkan dalam air sebanyak 350 ml dengan kadar dua sendok
makan, lebih efektif daripada kadar ekstrak tiga sendok makan. Dengan penyemprotan yang
rutin dan kepekatan yang tepat, hama tanaman semakin berkurang dan hasil panen buah tomat
yang lebih banyak dibanding tanpa penyemprotan larutan daun paitan.

B. SARAN
1. Bagi para petani sebaiknya beralih ke insektisida alami seperti ekstrak daun paitan,
karena memiliki hasil yang baik dan tidak beresiko pencemaran pada tanah.
2. Bagi pemerintah sebaiknya menyosialisasikan penggunaan ekstrak daun Paitan
sebagai insektisida alami untuk tanaman agar bisa mendapatkan tanaman yang bersifat
organik.
3. Bagi masyarakat, agar ikut serta mengubah penggunaan insektisida buatan menjadi
insektisida alami yaitu ekstrak daun Paitan agar lebih ramah lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai