PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
a. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi senyawa golongan alkaloid
b. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa alkaloid hasil isolasi
1.2 Manfaat
a. Bagi masyarakat praktikum ini bermanfaat dalam memberikan informasi
tentang potensi dan kegunaan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak
buah lada hitam (Piper nigrum L.)
b. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat mengembangkan pembudidayaan
bahan tradisional buah lada hitam
c. Bagi praktikan, praktikum ini bermanfaat sebagai sarana untuk menerapkan
teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam aplikasi praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Kedudukan tumbuhan merica hitam (Piper nigrum L.) dalam taksonomi
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper nigrum L.3
Sinonim : Piper aromaticum La m k., Piper globrispicum DC.1
Nama Daerah: Sumatra: Lada (Aceh), leudeu pedih (Gayo), lada (Batak),
lada (Nias), raro (Mentawai), lada keik (Bengkulu), lade ketek (Minangkabau),
lada (Lampung). Jawa: Lada, pedes (Sunda), merica (Jawa), sak ang kambang
(Madura). Nusatenggara: Maicam, mica (Bali), saha (Bima). Kalimantan:
Sahang laut (Dayak), sahang (Sampit). Sulawesi: Kaluya jawa, marisa jawa,
malita lodawa (Gorontalo). Maluku: Oes dai musan (Wetar), lada (Buru), rica
jawa, rica polulu (Ternate), mica jawa, rica tamelo (Tidore).4
Nama Asing : Inggris: Pepper, black pepper; Perancis: Poivre; Malaysia: lada;
Papua Nugini: Daka; Filipina: Paminta, paminta-liso, pamienta; Myanmar:
Ngayok-kaung; Kamboja: Mrech; Laos: Ph'ik no:yz, ph'ik th'ai; Thailand:
Phrik-thai, phrik-noi.4
2.1.2 Morfologi
Habitus berupa terna berkayu, memanjat dengan akar pelekat, tinggi atau
panjang dapat mencapai 15 m, kulit batang berwarna hijau tua, berakar pada
buku-bukunya. Bentuk daun bermacam-macam, dari bulat telur sampai
memanjang, bagian pangkal membulat atau tumpul, sedangkan ujung runcing,
permukaan atas berwarna hijau gelap, kuat, menjangat, panjang 8-20 cm, lebar
5-15 cm, terdapat bintik-bintik kelenjar yang rapat, panjang tangkai 7,5-8 cm.
Perbungaan berupa bulir yang menggantung, panjang sampai 25 cm, panjang
tangkai bunga 1-3,5 cm, berdaun pelindung yang bentuknya elip memanjang,
panjang 4-5 mm, lebar 1 mm. Benang sari 2 helai, tangkai sari tebal. Kepala
putik 2-5 buah, umumnya 3 sampai 4. Buah buni, bulat atau agak elips, buah
muda berwarna hijau tua kemudian menjadi merah dan akhirnya hitam, licin,
panjang lebih kurang 4 mm.4
Buah berbentuk hampir bulat, warna cokelat kelabu sampai hitam
kecokelatan, garis tengah 2,5-6 mm; permukaan berkeriput kasar, dalam, serupa
jala; pada ujung buah terdapat sisa kepala putik yang tidak bertangkai; pada
irisan membujur tampak perikarp yang tipis, sempit dan berwarna gelap
menyelubungi inti biji yang putih dari biji tunggal; perikarp melekat erat pada
biji. Hampir seluruh inti biji terdiri atas perisperm berongga, bagian ujung
perisperm menyelubungi endosperm yang kecil; embrio sangat kecil, terbenam
dalam endosperm.5
2.4 Bioaktifitas
2.4.1 Ekstrak
Lada hitam dilaporkan dapat membantu mengatasi masalah pencernaan.
Lada mampu meningkatkan cairan pencernaan karena kandungan asam klorida
yang terkandung di dalamnya dengan cara memecah protein dalam lambung.
Selain itu, lada dikenal memiliki kandungan antioksidan yang melimpah.
Manfaat lainnya, lada dipercaya dapat menekan pertumbuhan bakteri terutama
pada saluran usus. Hasil percobaan pada tikus dilaporkan bahwa lada hitam
dan piperin dapat merangsang enzim pencernaan, memodifikasi sekresi perut,
mengubah makanan gastrointestinal transit, dan menghambat diare. Efek akut
dari lada hitam di dalam perut manusia tampaknya serupa dengan aspirin,
meskipun pengaruh jangka panjang dari lada hitam di dalam perut belum
diketahui. Lada dilaporkan memiliki berbagai khasiat obat di antaranya dapat
mengatasi penyakit seperti asma, saluran pernafasan, memperlancar aliran
darah disekitar kepala, dan sebagai afrodiksia.1
Ekstrak etanol buah lada hitam memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri gram positif S. aureus dengan daya hambat > 10mm. Uji aktivitas
antibakteri, ekstrak etanol buah lada hitam menggunakan metode difusi
cakram. Suspensi bakteri P. acnes yang telah sama dengan standar 0,5 Mc.
Farland (108 CFU/mL) disebar ke permukaan media Mueller Hinton Agar.
Kertas cakram yang digunakan terbuat dari kertas Whatman no 1 dengan
diameter 6mm. Kertas cakram steril kemudian ditetesi larutan ekstrak uji
dengan rentang konsentrasi 1-10.000 ppm. 5 sampel ekstrak, kontrol negatif
(etanol 96%), dan kontrol positif (Doksisiklin 30μg/disk) masing-masing
ditempel di atas permukaan media dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37o C.6
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan antara lain : Buah lada hitam (Piper nigrum) 25 gram,
metanol, kalium hidroksida, etil asetat, kertas saring, plat KLT, n-heksan,
etanol 250 mL
4.1 Hasil
4.1.1. Pemeriksaan Organoleptis
Warna : Putih
Bau : Berbau khas
Bentuk : Kristal
4.1.2. Kelarutan
Larut dalam etil asetat dan alcohol
= 0,5 %
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil yang didapat dari isolasi alkaloid, didapatkan berat kristal sebanyak 0,05
gram dan Randemen 0,05% yang didapatkan dari 10 gram buah lada hitam
yang telah dihaluskan.
2. Uji KLT tidak dilakukan dalam praktikum ini
3. Isolat berbentuk Kristal berwarna putih
5.2 Saran
1. Praktikan lebih berhati-hati dan lebih bersih dalam bekerja, agar didapatkan
hasil yang sempurna.
2. Disarankan untuk melakukan identifikasi lebih lanjut terhadap senyawa
Alkaloid yang telah berhasil diisolasi, dengan menggunakan peralatan yang
lebih canggih.
3. Praktikan lebih memahami tentang isolasi senyawa Alkaloid sebelum dan
setelah melakukan percobaan.
4. Bekerja sama dalam kelompok
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Tujuan
a. Mengetahui cara mempraktekkan cara mengisolasi flavonoid
b. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa flavonoid
1.2 Manfaat
a. Bagi masyarakat praktikum ini bermanfaat dalam memberikan informasi
tentang potensi dan kegunaan senyawa aktif yang terkandung dalam
ekstrak daun ubi (Manihot esculenta Crantz.)
b. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat mengembangkan
pembudidayaan bahan tradisional daun ubi
c. Bagi praktikan, praktikum ini bermanfaat sebagai sarana untuk
menerapkan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam aplikasi
praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Ordo : Malpighiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta Crantz.1
Sinonim : Manihot uttilissima dan Jathropa manihot L.10
Nama Asing : Cassava, Topica Plant, Kametong Kahoy, Manioc
Nama Daerah : Ubi kayee (aceh), kasapean, sampeu, kowi dangdeur
(sunda), tela pohong (jawa), tela belada (madura), pangala (papua),
Cassava (Inggris), Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia);
Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa).10
2.1.2 Morfologi
Singkong adalah semak atau pohon semak yang tingginya hingga 7 m.
Batang sedikit bercabang. Tangkai daun hijau.Bunga : kelopak hijau
dengan pinggiran merah . Buah: subglobose, hijau (sampai kuning muda,
putih, coklat tua), agak halus, dengan 6 irisan memanjang. Biji: Panjangnya
hingga 12 mm. Akar yang dapat dimakan , tumbuh dalam kelompok di
pangkal batang. Akar berdiameter 1-4 inci dan panjang 8-15 inci, meskipun
panjang akar hingga 3 kaki telah ditemukan. Bagian dalamnya putih bersih
dan lebih keras dari kentang serta mengandung kandungan pati yang tinggi.
Akar ditutupi dengan kulit berserat coklat kemerahan tipis yang dapat
dihilangkan dengan menggores dan mengelupaskannya. Kulit batang
dilaporkan mengandung asam hidroksianik (prussic) beracun, yang harus
dihilangkan dengan mencuci, menggores dan memanaskan.1
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu : daun Manihot esculenta crantz 10 kg,
metanol, etil asetat, penampak noda untuk flavonoid (sitro borak), kertas
saring.
4.1 Hasil
4.1.1 Pemeriksaan Organoleptis
Warna : Kuning terang
Bau : Berbau khas
Bentuk : Serbuk
4.1.2 Kelarutan
Larut dalam metanol panas
= 0,375 %
5.1 Kesimpulan
1. Pada bagian daun tumbuhan Manihot esculenta Crantz terdapat kandungan
rutin.
2. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dengan metoda pengendapan,
rendemen rutin yang diperoleh adalah 0,375% dan berat sampel yang
didapatkan 0,375 gram
5.2 Saran
1. Rutin banyak terdapat dalam daun singkong yang muda, sehingga untuk
mengisolasi rutin lebih baik menggunakan daun singkong yang muda,
sehingga hasil rutin yang didapat lebih maksimal dan waktu panen pada
siang hari saat fotosintesis maksimal.
2. Diharapkan proses ekstraksi dengan perebusan dilakukan dalam waktu yang
cukup lama sehingga rutin yang didapat semakin banyak.
3. Praktikan disarankan untuk lebih memahami dan menguasai objek
percobaan sebelum mulai bekerja agar memperoleh hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Tujuan
a. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi triterpenoid
b. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa triterpenoid
1.2 Manfaat
a. Bagi masyarakat praktikum ini bermanfaat dalam memberikan informasi
tentang potensi dan kegunaan senyawa aktif yang terkandung dalam
ekstrak daun pegagan (Centella asiatica L.)
b. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat mengembangkan
pembudidayaan bahan tradisional buah la
c. Bagi praktikan, praktikum ini bermanfaat sebagai sarana untuk
menerapkan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam aplikasi
praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi taksonomi, pegagan termasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Umbillales
Family : Umbilliferae (Apiaceae)
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica (L.) Urban atau Hidrocotyle asiatica
Linn.2
Nama sinonim : Hydrocotile asiatica L.2
Nama daerah : Daun kaki kuda, daun pegagan (melayu), antanan gede
(sunda), gagan gagan, ganggagan, kerok batok, pante goang, pani goang,
redeng, calingan rambat (jawa).2
Nama asing : Ji xue cao (Cina) Gotu kola (Australia) indian pennywort
(Hindi).2
2.1.2 Morfologi
Tumbuhan berhabitus terna menahun, batang menjalar, memiliki
umbi pendek, percabangan dengan geragih (stolon) merayap, panjang 10-
80 cm. Daun tunggal, tersusun dalam roset akar, terdiri dari 210 daun,
kadang-kadang agak berambut, panjang tangkai daun 1-50 mm, helai daun
berbentuk ginjal, ukuran panjang 1-7 cm, lebar 1,5-9 cm, tepi daun
beringgit sampai bergigi tidak tajam, terutama ke arah pangkal daun.
Perbungaan berupa bunga majemuk payung tunggal atau 2-5 payung
bersama, payung tunggal tersusun atas 3 bunga, ukuran 3-4 mm, panjang
ibu tangkai bunga 5-50 mm, mula-mula tegak kemudian mengangguk,
daun pelindung 2-3 helai, tangkai bunga sangat pendek. Daun mahkota
ungu sampai kemerahan dengan pangkal hijau muda, panjang 1-1,5 mm,
lebar hingga 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi
lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning
kecokelatan, berdinding agak tebal.3
2.4 Bioaktifitas
2.4.1 Ekstrak
Daun pegagan dapat bekerja sebagai antifertilitas alami pada laki-
laki. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Noor dan Ali (2004) bahwa
pemberian ekstrak daun pegagan dapat menginduksi gangguan
spermatogenesis melalui pengamatan lumen tubulus seminiferus secara
histologi pada mencit. Hasil penelitian Hasanah (2006) juga menunjukkan
bahwa ekstrak daun pegagan dapat menurunkan jumlah sel-sel
spermatogenik yang meliputi sel spermatogonium, spermatosit, dan sel
spermatid pada mencit dengan dosis 125 mg/kg bobot badan.2
Untuk uji sitotoksik, ekstrak pegagan menunjukkan hasil yang positif.
Ekstrak methanol pegagan dapat menghambat proliferasi sel kanker
payudara manusia (MCF-7) dengan konsentrasi LD50 µg/ml dan dosis
82µg/100ml mampu menginhibisi MCF-7 setara dengan tamoxifen yang
digunakan sebagai antiestrogen pada pasien kanker payudara. Asam asiatat
10µM menginduksi sampai dengan 95% kematian sel dalam 48 jam.7
2.4.2 Metabolit Sekunder
Bioaktif flavonoid, tanin, steroid, dan glikosida berkasiat untuk
kesehatan sebagai metabolit sekunder. Triterpenoid glikosida termasuk
golongan steroid yang merupakan bahan baku untuk sintesis hormon
testosteron. Winarno (1997) melaporkan bahwa triterpenoid glikosida
dapat menghambat enzim yang mengkatalis konversi androgen menjadi
estrogen sehingga konsentrasi hormon testosteron meningkat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Susetyarini (2005) yang menyatakan bahwa
apabila konsentrasi hormon testosteron tinggi atau rendah terhadap
ambang normal akan berakibat negatif pada hipotalamus.2
Komponen bioaktif asiatikosida dan madekosida dapat memperbaiki
kerusakan sel dan membentuk serat kolagen secara cepat. Bahan aktif
tersebut juga mampu memperbaiki sel-sel granulosa pada ovarium. Selain
itu, bahan aktif asiatikosida dapat mempercepat penyembuhan luka dengan
cara meningkatkan kandungan hidroksiplorin dan mukopolisakarida yang
merupakan bahan untuk mensintesis matriks ekstraseluler.3
Glikosida triterpenoid, salah satunya asiatikosida berkhasiat untuk
kecerdasan atau daya pikir otak atau sebagai nutrisi otak untuk
meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat. Diungkapkan juga
bahwa pegagan dapat mencegah kerusakan sel-sel saraf akibat stres
oksidatif atau sebagai proteksi terhadap stres antioksidan. Asiatikosida
bekerja dalam detoksifikasi hati dan merupakan marka dalam penentuan
standar baku pegagan. Madekosida berperan penting dalam memperbaiki
kerusakan sel dengan mensintesis kolagen.2
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah: Daun pegagan kering 100 gr, metanol, etil
asetat, kertas saring, plat KLT, norit
4.1 Hasil
4.1.1 Pemeriksaan Organoleptis
Warna : Putih
Bau : Berbau khas
Bentuk : Amorf
= 0,15%
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hasil yang didapat dari isolasi triterpenoid, yaitu sebanyak 0,15 gram
dengan randemen 0,15% dari 100 g sampel pegagan kering yang
digunakan.
2. Bentuk Amorf yang didapatkan bewarna putih
5.2 Saran
1. Praktikan lebih berhati-hati dan lebih bersih dalam bekerja, agar
didapatkan hasil yang sempurna.
2. Praktikan lebih memahami dan menguasai tentang isolasi senyawa
triterpenoid sebelum dan setelah melakukan percobaan.
3. Bekerja sama dalam kelompok
4. Membaca literatur sehingga mengerti maksud dan tujuan dari proses
pengerjaan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1.1 Tujuan
a. Mengetahuidan mempraktikkan cara mengisolasi senyawa fenolik dari
kayu angin (Usnea sp.)
b. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa golongan fenolik
1.2 Manfaat
a. Bagi masyarakat praktikum ini bermanfaat dalam memberikan informasi
tentang potensi dan kegunaan senyawa aktif yang terkandung dalam
ekstrak Kayu Angin (Usnea sp)
b. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat mengembangkan
pembudidayaan bahan tradisional Kayu Angin
c. Bagi praktikan, praktikum ini bermanfaat sebagai sarana untuk
menerapkan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam aplikasi
praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
Tumbuhan Usnea sp. dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycotina
Kelas : Ascolichens
Ordo : Lecanorales
Famili : Panneliaceae
Genus : Usnea
Species : Usnea sp.3
Sinonim : Usnea dasaea, Usnea hirta, Usnea subfloridana, dan
Usnea flammea.1
Nama Daerah: Kayu angin (Jawa), Tae angin (Madura), Tai angin
(Bugis), Tae anging (Makassar), Tahi angin (Melayu), Rasuk angin
(Jawa), Cirik angin (Minang), Anin tain, Liken (Melayu), Djenggot resi
(Bali), Janggutan resi (Nusa Tenggara).1
2.1.2 Morfologi
Lichen merupakan tumbuhan yang bersimbiosis antara fungi dan alga.
Lichen yang umumnya ditemukan terbagi menjadi beberapa tipe yaitu
berbentuk foliose, fruticose dan crustose serta squamulose. Tubuh lichen
yang disebut dengan thallus berwarna mulai dari putih, keabuan, coklat
bahkan hitam. Bagian tubuh lichen yang memanjang disebut C 47 dengan
hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang
biasanya tidak di dapatkan pada fungi yang bukan lichen.1
Pada jenis lichen foliose, terdapat 4 bagian tubuh yang jelas yaitu : 1)
korteks atas, berupa jalinan yang pada yang disebut pseudoparenchyma dari
hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa
gelatin.Bagian ini tebal berguna untuk perlindungan; 2) daerah alga,
merupakan lapisan yang berwarna him hijau yang terletak di bawah
korteks atas.Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar.Diantara hifa
— hifa tersebut terdapat sel — sel yang berwarna hijau yaitu berguna
untuk fotosintesis; 3) medulla, terdiri dari hifa yang terjalin satu dengan
lainnya yang membentuk untaian pembuluh; dan 4) korteks bawah, lapisan
ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara
vertikal terhadap pennukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian
luar.Korteks bawah berupa rhizines. Beberapa lichenes ada yang tidak
memiliki korteks bawah.Bagian tersebut digantikan oleh lapisan tipis yang
dinamakan hypothallus yang berfungsi sebagai pelindung.2
2.4 Bioaktifitas
2.4.1 Ekstrak
Ekstrak metanol dari Usnea rubrotincta memiliki aktivitas antioksidan
dan antibakteri terhadap S. aureus dan B. subtilis. Ekstrak aseton dari Usnea
rubrotincta memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap S. aureus
dan B. subtilis karena mengandung senyawa asam usnat dan antranorin.3
Pengujian in vitro antijamur ekstrak methanol Usnea sp., yang meliputi
suseptibilitas, Konsentrat Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrat Fungsi
Sidal Minimum (KFS) (menggunakan metoda microdilution dengan waktu uji
48 jam terhadap Malassezia furfur, telah berhasil dilakukan. Pengujian kurva
timekill dilakukan pada konsentrasi 0×, 1/2×, 1×, 2×, 4× and 8× KHM selama
48 jam. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak metanol Usnea sp. pada
konsetrasi 1 mg/ml, suseptibel terhadap M. furfur dengan panjang diameter
clear zone 34 mm. Nilai KHM dan KFS-nya masing-masing adalah 16 µg/ml
dan 64 µg/ml. Kurva time-kill menunjukkan bahwa M. furfur 100% terbunuh
dengan konsentrasi 4×KHM (64 µg/ml) selama 4 jam atau dengan
konsentrasi 8×KHM(128 µg/ml) selama 1 jam. Hasil-hasil diatas
menunjukkan bahwa ekstrak metanol Usnea sp., berhasil menghambat
pertumbuhan kapang M. furfur ATCC 14521. Dengan demikian, ekstrak
metanol Usnea sp., mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai obat
anti ketombe dan obat penyakit-penyakit infeksi jamur lainnya yang
disebabkan oleh M. furfur.7
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan: Kayu angin (30 g), Metanol, Etil asetat, Heksan,
Penampak nada FeCl3
4.1 Hasil
4.1.1 Pemeriksaan Organoleptis
Warna : Kuning
Bau : Berbau khas
Bentuk : Kristal Jarum
4.1.2 Kelarutan
Larut dalam etil asetat dan alcohol
= 3,014 %
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan didapatkan massa sampel yaitu 3,014 gram randemen
didapatkan yaitu sebesar 3,014 %
2. Asam usnat yang didapat berbentuk Kristal jarum berwarna kuning
5.2 Saran
1. Praktikan lebih memahami prosedur kerja dengan membaca dan
memahami terlebih dahulu.
2. Praktikan selanjutnya agar lebih berhati-hati dalam bekerja (terutama
dalam pemurnian dan rekristalisasi) agar didapatkan hasil yang lebih
sempurna.
3. Gunakan eluen yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Famili : Rhamnaceae.2
Morfologi
Frangula alnus Mill adalah semak daun yang tidak berduri, tumbuh 3-6 m (10-20
kaki), kadang-kadang sampai 7 m (23 kaki) tinggi. Biasanya multistemmed, tetapi
jarang membentuk pohon kecil dengan diameter batang hingga 20 cm (8 inci).
Kulitnya gelap kehitaman-coklat, dengan kulit dalam terang-kuning terang jika
dipotong. Tunas berwarna coklat gelap, tunas musim dingin tanpa sisik tunas,
hanya dilindungi oleh daun luar yang berbulu.1
Bunganya berukuran kecil, berdiameter 3-5 mm (1⁄8–3⁄16 inci), berbentuk bintang
dengan lima kelopak segitiga berwarna kehijauan, berbunga pada bulan Mei
hingga Juni. Buahnya adalah berry kecil berukuran 6–10 mm (1⁄4–13⁄32 inci)
dengan diameter, berwarna hijau sampai merah pada akhir musim panas hingga
ungu tua atau hitam di awal musim gugur, mengandung dua atau tiga biji coklat
pucat 5-milimeter. (3⁄16 inci).2
Habitat dan Distribusi
Frangula alnus Mill ditanam biasanya untuk pagar tanaman, penanaman
kehutanan, dan habitat satwa liar, tetapi telah menjadi spesies invasif, menyerang
hutan di Amerika Serikat bagian timur laut dan lahan basah dan hutan lembab di
Amerika Serikat Midwestern. Invensinya dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi
dan polusi yang tinggi. Tumbuhan ini tumbuh di tanah basah di hutan terbuka,
semak belukar, pagar tanaman dan rawa, berkembang dengan baik di bawah sinar
matahari dan naungan sedang, tetapi kurang kuat di tempat teduh. 2
Kandungan Kimia
Frangula alnus Mill. Mengandung senyawa aktif :
1. Emodin. <0,1%
2. Barbaloin 70%
3. Krisaloin 8-O- -D-glukosida 70%
4. Cascarosida 6-9%
5. Physcion (0,11 mg/g).2
1. Emodin
2. Barbaloin
Kegunaan Tradisional
Kulit kayu telah digunakan sebagai pencahar, karena kandungan antrakuinonnya
3–7%. Kulit kayu untuk penggunaan obat dikeringkan dan disimpan selama satu
tahun sebelum digunakan, karena kulit segar adalah obat pencahar; bahkan kulit
kering dapat berbahaya jika dikonsumsi berlebihan.3
Bioaktifitas
Ekstrak
Ekstrak kulit Frangula alnus Mill (direbus dengan air alkali magnesium oksida).
Kemudian campuran dimurnikan dengan anthranol glikosida. Ekstrak ini dapat
digunakan sebagai obat pencahar. Eksudat kering dari lidah buaya juga
mengandung senyawa antrakuinon, yang menginduksi diare.4
Ekstrak kulit kayu juga memiliki bioaktivitas antioksidan sedang (44,6%, 46,8%
dan 2,25 mmol Fe2+/g diukur oleh DPPH, ABTS dan FRAP. Yang dapat dikaitkan
dengan dengan kandungan fenolik. Ekstrak kulit frangula diperoleh dengan
berbagai proses ekstraksi dengan berbagai pelarut yang berbeda (etanol dan air
alkali).6
Pembahasan
Uji fitokimia dilakukan setelah pengambilan sampel selama 1-3 hari. Ini
dimaksudkan untuk menjaga sampel agar tetap segar, karena kesegaran sampel
berpengaruh terhadap hasil uji senyawa metabolit sekunder yang dimiliki oleh
tumbuhan. Kali ini, praktikan menguji senyawa metabolit sekunder antara lain,
Alkaloid, Fenolik, Terpenoid, Steroid, Flavonoid, dan Saponin. Uji ini
dimaksudkan untuk melatih praktikan dalam menentukan suatu senyawa
berdasarkan uji fitokimia dengan mengekstrak beberapa bagian tumbuhan yang
diambil. Pada umumnya bagian tumbuhan yang diambil untuk ekstraksi adalah
pada bagian daunnya.
Pada hasil uji fitokimia kali ini praktikan menguji senyawa metabolit sekunder
yang ada pada tumbuhan Frangula alnus Mill. Uji yang pertama kali dilakukan
adalah menguji senyawa alkaloid, dengan cara merajang dan menggerus daun
Frangula alnus Mill menggunakan lumpang dan alu dengan penambahan
sejumput pasir netral kemudian dibasakan dengan 10 mL kloroform amoniak
untuk mengikat senyawa alkaloid yang ada pada sampel. Setelah itu larutan
dipipet kedalam test tube dan ditambahkan H2SO4 2N sebanyak 1 mL, dan
diambil larutan asamnya. Kemudian di pindahkan kedalam test tube lain dan
ditambahkan pereaksi mayer.
Hasil uji alkaloid negative, dengan tidak ada nya endapan maupun larutan seperti
awam. Hal ini mungkin saja memang karena senyawa alkaloid tidak ada pada
tumbuhan Frangula alnus Mill, tetapi faktor lain bisa menyebabkan senyawa
alkaloid menjadi negatif pada saat pengujian. Alasannya adalah sampel yang diuji
tidak segar lagi. Selain itu, penambahan kloroform amoniak dan H2SO4 harus
terukur agar tidak terjadi hasil uji positif palsu. Setelah uji alkaloid dilakukan,
praktikan menguji senyawa metabolit sekunder lainnya, yaitu Fenolik, Flavonoid,
Steroid dan terpenoid. Uji ini dilakukan sekaligus dengan cara mengekstraksi
secara maserasi panas menggun akan pelarut metanol terhadap daun yang sudah
dirajang dengan cara merebus dengan spritus sehingga didapatkan ekstrak kental.
Hasil ekstrak di teteskan pada plat tetes dan ditambahkan reagen FeCl3, hasil +
Flavonoid dengan perubahan warna larutan menjadi abu-abu. Setelah Flavonoid,
kita bisa menguji hasil ekstrak tadi untuk menguji Flavonoid dan Saponin.
Bahan bacaan
1. Donmez E O, Akyol A A, Karadag. Ancient plant remains with special
reference to buckthorn Frangula alnus Mill. Acta Societatis Botanicum.
2017;86(1):1-16.
2. Lee T, Eisenhaure S, Gaudreau I. Prelogging treatment of invasive glossy
buckthorn (Frangula alnus Mill.) promotes regeneration of eastern white pine
(Pinus strobus L.). Forest. 2017;8(1):1-12
3. Cadullo G. Alnus viridis in Europe : Distribution, habitat, usage and threats.
2016
4. Mill F. Glossy Buckthorn (and Cultivars). 2016
5. Diego, M. Reproductive biology of Frangula alnus (Rhamnaceae) in southern
Spain. Plant Systematis and Evolution. 1994;19(1):173-186.
6. Azadkhah R, Sagharjoghi M F. The Effects of Frangula alnus Mill on HEK
Cells in Cell Culture. Proceeding of 2016 International Conference on
Biological and Environmental Science. 2016.
7. Kremer D, Kosalec I, Locatelli M, Epifano F, Genovese S. Anthraquinone
profiles, antioxidant and antimicrobial properties of Frangula rupestris (Scop.)
Schur and Frangula alnus Mill. bark. Food Chemistry. 2011;131(2012):1174-
1180