Anda di halaman 1dari 14

Pada praktikum Isolasi Piperin dari Fructus Piperis Nigri selain bertujuan untuk mengisolasi

piperin dari Piperis Nigri dengan metode sokhletasi, juga dilakukan analisa secara kualitatif hasil
isolasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Dalam penelitian (Suminto, 2018) lada disebut
juga merica atau sahang, yang mempunyai nama Latin
Piper Albi Linn dan Piper nigrum L berasal dari famili
Piperaceae (Vasavirama dan Upender, 2014) adalah
sebuah tanaman yang kaya akan kandungan kimia, seperti
minyak lada, minyak lemak, juga pati (Permadi, 2008).
Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangat, dan antipiretik
Gambar 1. Piper nigrum L. dan (Permadi, 2008). Tanaman ini sudah mulai ditemukan dan
Piper albi Linn. dikenal sejak puluhan abad yang lalu (Sarpian, 2003).

Pada umumnya orang-orang hanya mengenal lada putih dan lada hitam yang sering
dimanfaatkan sebagai bumbu dapur (Sarpian, 2003). Lada putih diperoleh dari buah lada hitam
yang buah-buahnya dipetik selagi masih hijau atau hampir masak, direndam untuk memudahkan
pengupasan lapisan luar perikarp, lalu dijemur sampai kering (Kartasapoetra, 2004).

Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi lada hitam dapat membantu
mengontrol lemak dalam darah. Kandungan piperin dalam lada hitam dapat memblokir
pembentukan sel-sel lemak baru. Piperin berguna untuk mengganggu aktivitas gen yang
mengontrol pembentukan sel lemak baru. Piperin memicu reaksi metabolisme berantai yang
membantu menjaga lemak, dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan obesitas (Park U, 2012).

Ekstrak lada hitam juga secara signifikan dapat meningkatkan aktivitas sitotoksik sel
pembunuh alami, yang menunjukkan potensinya sebagai anti kanker. Efek anti kanker tersebut
karena aktivitas dari senyawa alkaloid piperin yang terdapat di dalam lada. Peran imunomodulator
dan aktivitas antitumor dari ekstrak lada hitam tersebut, dapat dipromosikan dalam pemanfaatan
lada sebagai agen alami untuk pemeliharaan sistem kekebalan tubuh (Majdalawieh, 2010).

Lada hitam juga dilaporkan dapat membantu mengatasi masalah pencernaan. Lada
mampu meningkatkan cairan pencernaan karena kandungan asam klorida yang terkandung di
dalamnya dengan cara memecah protein dalam lambung. Selain itu, lada dikenal memiliki
kandungan antioksidan yang melimpah. Manfaat lainnya, lada dipercaya dapat menekan
pertumbuhan bakteri terutama pada saluran usus. Hasil percobaan pada tikus dilaporkan bahwa
lada hitam dan piperin dapat merangsang enzim pencernaan, memodifikasi
sekresi perut, mengubah makanan gastrointestinal transit, dan menghambat diare. Efek akut dari
lada hitam di dalam perut manusia tampaknya serupa dengan aspirin, meskipun pengaruh jangka
panjang dari lada hitam di dalam perut belum diketahui (Jin, 2010).

Lada dilaporkan memiliki berbagai khasiat obat di antaranya dapat mengatasi penyakit
seperti asma, saluran pernafasan, memperlancar aliran darah di sekitar kepala, dan sebagai
afrodiksia (Trivedi, 2011). Buah Lada mengandung sejumlah mineral seperti kalium, kalsium,
seng, mangan, besi, dan magnesium. Kalium merupakan komponen penting dari sel dan cairan
tubuh yang membantu mengontrol detak jantung dan tekanan darah. Mangan digunakan oleh tubuh
sebagai faktor rekan untuk enzim antioksidan, superoksida dismutase. Besi sangat penting untuk
respirasi sel dan produksi sel darah.

Buah lada juga merupakan sumber vitamin B-komplek seperti piridoksin, riboflavin,
tiamin dan niasin. Di dalam buah lada terdapat beberapa sumber vitamin yang berkhasiat sebagai
antioksidan seperti vitamin C dan vitamin A, dan polifenol flavonoid antioksidan, seperti: karoten,
criptoxantin, zeaxantin, dan likopen (Risfaheri, 2012). Senyawa tersebut membantu tubuh
menghilangkan radikal bebas berbahaya dan melindungi dari kanker dan penyakit (Singletary,
2010). Minyak dan oleoresin lada menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat
dibandingkan dengan hidroksianisole butilate (BHA) dan butilate hidroksitoluen (BHT). Piperin
sebagai komponen utama alkaloid yang terkandung di dalam lada, selain berperan sebagai
antioksidan juga memiliki antivitas anti hipertensi (Hlavackova, 2010).

Buah lada hitam mengandung alkaloid dan minyak atsiri dengan komponen
felandren, dipenten, kariopilen, entoksilen, dan limonen (Hikmawanti, 2016). Lada
hitam juga mengandung antara lain alkaloid piperin (5,3-9,2%), kavisin (sampai
1%) dan metil-pirolin; minyak atsiri (1,2-3,5%); lemak (6,5-7,5%); pati (36-37%)
dan serat kasar (±14%) (Hikmawanti, 2016). Buah lada putih mengandung alkaloid seperti
piperin, kavisin, dan metilpirolin, serta minyak atsiri, lemak dan pati. Kandungan
utama dalam lada adalah alkaloid piperin.

Kadar minyak dan piperin merupakan komponen kimia yang memberikan kontribusi
terhadap rasa dan aroma lada. Piperin merupakan senyawa utama yang memberikan
rasa pedas khas lada, sedangkan minyak atsiri merupakan komponen volatil yang memberikan
kontribusi terhadap aroma. Kelompok monoterpen secara umum memberikan aroma top-peppery
note, sesquiterpen memberikan aroma lada, sedangkan senyawa sesquiterpen beroksigen
merupakan body dari aroma lada (Hidayat 2010).

 Piperin

Piperin memiliki rumus molekul C17H19NO3 atau (E,E)-1-[5-(1,3-benzodioksol-5-il)-1-


okso-2,4-pentadienil] piperidin, diperoleh dalam bentuk prisma monosiklik dari alkohol dengan
titik lebur 130°C (Kar, 2014). Piperin berbentuk kristal berwarna putih kekuningan dan merupakan
alkaloid dari golongan piperidin yang memiliki sifat hampir tidak larut dalam air (40 mg/L pada
suhu 18°C), namun mudah larut dalam alkohol (1 g/15 mL) dan eter (1 g/1,7 mL) (Vasavirama
dan Upender, 2014).

Gambar 2. Struktur Senyawa Piperin

Piperin memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan berat badan,


menurunkan demam, menetralkan racun bisa ular, antiepilepsi, membantu meningkatkan
penyerapan vitamin tertentu (Kolhe et al., 2009). Piperin memiliki aktivitas sebagai analgesik dan
antipiretik pada tikus, dan menunjukkan hasil yang sebanding dengan indometasin sebagai obat
standar (Sabina et al., 2013). Kualitas ekstrak buah lada dipengaruhi oleh kandungan dan kadar
senyawa kimia di dalamnya. Proses ekstraksi buah lada hitam dalam skala industri digunakan
pelarut etanol 60% (Agoes, 2009). Senyawa piperin merupakan senyawa identitas yang paling
banyak terkandung dalam buah lada serta memiliki beragam khasiat pengobatan, maka perlu
dipisahkan secara selektif melalui isolasi.

 Isolasi
Isolasi adalah proses pengambilan atau pemisahan senyawa bahan alam dengan
menggunakan pelarut yang sesuai (Djamal, 2008). Sejak abad ke-17 orang telah dapat memisahkan
berbagai jenis senyawa dari sumber-sumber organik. Senyawa-senyawa tersebut dapat berupa
senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder . Metabolit sekunder merupakan
senyawa kimia yang terdapat dalam suatu organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam
proses pertumbuhan, perkembangan atau reproduksi organisme seperti terpenoid, steroid,
kumarin, flavonoid dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder dapat berasal dari tumbuhan, hewan
maupun mikro organisme (Lenny, 2006).

Metode ekstraksi yang dipilih untuk mengekstraksi adalah metode yang


cocok dengan sifat bahan yang digunakan. Metode ekstraksi dengan alat sokhlet
merupakan salah satu metode yang cocok untuk mengekstraksi alkaloid (Harbone,
1996). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Hikmawanti dkk (2016),
metode yang paling baik untuk mengisolasi piperin dari buah lada hitam adalah ekstraksi dengan
alat sokhlet jika dibandingkan dengan metode maserasi yang dianalisis menggunakan metode
KLT-densitometri. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar piperin pada buah lada yang
diekstraksi dengan alat sokhlet dengan pelarut etanol 96% ialah 11,98% ±1,29.

Penggunaan pelarut yang ideal untuk mengekstraksi adalah pelarut yang menunjukkan
selektivitas maksimal, mempunyai kapasitas terbaik, dan kompatibel dengan sifat bahan yang
diekstraksi (Agoes, 2007). Penggunaan cairan pelarut pengekstraksi berupa campuran etanol-air
mengandung air yang cukup untuk membantu proses difusi pelarut ke dalam sel. Proses difusi
biasanya akan ditingkatkan apabila sel tanaman mengalami perlakuan dengan air, atau pelarut
yang mengandung air, yang akan menyebabkan terjadinya pengembangan (swelling) sel sehingga
terjadi peningkatan permeabilitas atau pecahnya dinding sel (Agoes, 2009).

Berdasarkan hasil ekstraksi dengan pelarut etanol oleh Hikmawanti (2016), menunjukkan
perbedaan rendemen yang diperoleh dengan adanya perbedaan konsentrasi etanol yang digunakan.
Besar kecilnya persentase rendemen ekstrak menunjukkan keefektifan proses ekstraksi, artinya
banyaknya zat aktif yang ikut terekstraksi juga dapat dilihat dari besarnya nilai rendemen ini. Pada
buah lada hitam, pelarut etanol 60% merupakan pelarut yang paling banyak menghasilkan
rendemen ekstrak, sedangkan untuk buah lada putih, pelarut etanol 96% merupakan pelarut yang
paling banyak menghasilkan rendemen ekstrak. Selanjutnya, pembuatan fraksi alkaloid dilakukan
untuk menghindari gangguan selama penetapan kadar piperin dari metabolit sekunder selain
alkaloid yang terdapat pada bahan. Fraksi alkaloid diperoleh melalui proses ekstraksi dengan
teknik ekstraksi asam-basa. Alkaloid mudah larut dalam air jika berupa garam, dengan
penambahan asam. Alkaloid dalam bentuk bebas atau bentuk basanya mudah larut dalam pelarut
organik namun sukar larut dalam air (Sirait 2007). Berdasarkan penelitian tersebut, baik pada buah
lada hitam maupun buah lada putih yang diekstraksi dengan pelarut pengesktraksi etanol 96%
menghasilkan rendemen fraksi alkaloid paling besar yaitu 28,22% ±1,16.

Penelitian lain didapatkan isolasi berupa Kristal yang terbentuk dicuci dengan etanol 96%.
Pencucian dilakukan 3 kali dengan 20 ml etanol hingga diperoleh kristal berwarna kuning
keputihan.

Gambar 3.Kristal Piperin Menurut Literatur


Terdapat beberapa metode untuk mengisolasi suatu bahan atau sampel,
namun pada parktikum kali ini dipilih
metode sokhletasi yaitu salah satu metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru
umumnya dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adany
a pendingin balik.
Digunakan metode sokhletasi dikarenakan pelarut yang digunakan lebih sedikit dan larutan
sari yang dialirkan melalui pipa sifon tetapi tinggal dalam labu, sehingga pelarut
yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi, waktu
yang digunakan pun lebih cepat. Namun,
metode sokhletasi juga memiliki kekurangan yaitu pelarut
yang digunakan harus mudah menguap dan tidak cocok digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan pemanasan.
Prinsip dari isolasi dengan metode sokhletasi adalah piperin disari dari buah piper dengan
menggunakan etanol 96%, kemudian dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH
etanol 10% b/v. Kristalisasi dilakukan dengan menggunakan etanol.
Piperin merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam
mineral kuat. Apabila dihidrolisis dengan KOH
etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
Proses isolasi ini dilakukan dengan cara menimbang 30 gram
serbuk merica dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring yang ditali dengan
menggunakan tali kenur pada bagian ujung-ujungnya, sehingga berbentuk seperti permen. Hal
ini dilakukan agar serbuk merica mudah diambil saat proses isolasi selesai dan sampel tidak
bercampur langsung dengan pelarut yang digunakan.
Digunakan kertas saring dikarenakan kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori
yang dapat mempermudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung didalam sampel.
Kemudian serbuk merica yang sudah ditali dimasukkan kedalam alat penyari sokhletasi yang
disebut pipa timbel dan ditambahkan etanol 96% sebanyak 150 ml atau sampai 2 kali
sirkulasi. Pada labu alas bulat dimasukkan 3 buah batu didih yang tujuannya agar panas didalam
labu alas bulat bisa merata dan stabil, serta tidak menyebabkan labu alas
bulat pecah saat pelarut mendidih. Labu alas bulat diletakkan di atas heating
mantle namun jangan terlalu dekat, agar
saat pelarut mendidih dan suhunya panas tidak menyebabkan labu alas bulat gosong.
Kemudian alat dirangkai, bagian atas alat soxhlet disambungkan dengan selang untuk air
keluar sedangkan bagian bawah alatsoxhlet dipasangkan selang yang dihubungkan dengan water
pump untuk air masuk. Setelah semua alat dirangkai, water pump dan heating
mantle dihubungkan ke arus listrik untuk memulai proses isolasi.
Proses penyarian dilakukan sebanyak 8 kali sirkulasi. Yang dimaksud dengan 1 kali
sirkulasi adalah saat dimana pelarut naik dan kemudian kembali kebawah. Semakin lama
waktu penyarian maka sirkulasi yang terjadi akan semakin cepat. Hal
ini dikarekan pelarut sudah mulai panas sehingga lebih mudah menguap dan naik keatas.
Dari isolasi ini diperoleh sari sebanyak 125 ml dan diambil 3 ml untuk dimasukkan ke dalam
flacon. Sisa sari tersebut kemudian diuapkan. Sisa sari yang
diperoleh dimasukkan ke dalam cawan porselin kemuadian diuapkan di
atas waterbath. Untuk menguapkan sari
sampai diperoleh ekstrak kental dibutuhkan waktu sangat lama, sehingga penguapan dilakukan
pada hari lain. Ekstrak kental yang diperoleh ditambahkan dengan KOH-etanolik sebanyak 10 ml.
Penambahan KOH-
etanolik tidak boleh berlebihan dan harus dalam kondisi dingin karena piperin bila dihidrolisis de
ngan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
Kemudian,
ekstrak tersebut diaduk dan di diamkan sampai terbentuk endapan. Setelah terbentuk endapan,
disaring dengan menggunakan kertas saring dan sari jernih yang
diperoleh didinginkan pada lemari es.
Pada saat sari jernih tersebut didinginkan pada lemaries, akan membentuk kristal. Kristal
yang dihasilkan seberat 1,5 gram, sehingga rendemen hasilnya adalah
5%. Rendemen inidiperoleh dari bobot akhir dibagi dengan bobot awal dan dikalikan
100%. Pengamatan organoleptik terhadap kristal yang didapat adalah kristal berbau menyengat
khas piperin dengan warna coklat kekuningan.

 Uji Kualitatif dengan Metode KLT

Pada penelitian Hikmawati (2016) diambil cuplikan standar piperin, fraksi alkaloid buah
lada, fraksi eter dan fraksi asam lalu dilarutkan dengan etanol. Ditotolkan masing-masing cuplikan
pada plat KLT silika gel 60 F254 menggunakan pipa kapiler, kemudian dielusi
menggunakan fase gerak campuran n-heksana : etil asetat (1:1). Noda diamati di
bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm. Keberadaan alkaloid dideteksi
dengan cara menyemprot plat menggunakan pereaksi Dragendorff dan dihitung
masing-masing nilai Rf-nya. Untuk larutan standar piperin sendiri Ditotolkan masing-masing 5 µL
larutan standar yang telah diencerkan dan larutan uji pada plat KLT silika gel 60 F254. Plat
selanjutnya dielusi dengan fase gerak n-heksana : etil asetat (1:1), dan diukur dengan densitometer
pada panjang gelombang 254 nm.

Proses identifikasi keberadaan senyawa alkaloid yang terkandung dalam


ekstrak dilakukan dengan uji kualitatif menggunakan metode KLT. Pada
pengujian ini, keberadaan senyawa alkaloid tidak hanya diujikan untuk sampel
fraksi alkaloid dari ekstrak etanolnya saja, tetapi juga fraksi eter dan fraksi asam.
Pada Gambar 1, dapat dilihat bahwa sampel ekstrak menunjukkan keberadaan
piperin karena sampel memberikan noda pada nilai Rf yang mirip dengan standar
piperin, yaitu sekitar 0,6 dengan deteksi menggunakan sinar UV 254 nm,
sedangkan pada fraksi eter dan fraksi asam tidak tampak noda. Hal ini berarti
bahwa proses ekstraksi asam-basa yang dilakukan untuk menarik alkaloid,
termasuk piperin, dalam ekstrak etanol sudah maksimal
Pada Gambar 2, deteksi dilanjutkan dengan menggunakan pereaksi
Dragendorff untuk memastikan bahwa bercak tersebut adalah senyawa alkaloid.
Keberadaan senyawa alkaloid ditegaskan jika hasil penyemprotan terbentuk noda
berwarna jingga pada plat. Hasil menunjukkan, standar piperin dan sampel ekstrak
alkaloid dari ekstrak etanol memberikan bercak berwarna jingga setelah
penotolan, sedangkan pada fraksi eter dan fraksi asam sudah tidak menimbulkan
bercak, yang menandakan proses ekstraksi alkaloid telah dilakukan dengan
maksimal.

Berdasarkan Gambar 1 dan 2, jarak noda yang diperoleh antara standar


piperin dengan sampel tidak jauh berbeda, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
buah lada putih positif mengandung senyawa aktif piperin. Penegasan adanya
senyawa alkaloid dilakukan menggunakan pereaksi semprot Dragendorff, dimana
terdapat bercak jingga di plat pada penotolan standar piperin dan sampel fraksi
alkaloid dari ekstrak etanol sedangkan pada fraksi eter dan fraksi air sudah tidak
menimbulkan bercak, yang menandakan proses ekstraksi alkaloid dengan teknik
ekstraksi asam basa telah dilakukan dengan maksimal.

Terdapat beberapa metode untuk mengisolasi suatu bahan atau sampel,


namun pada parktikum kali ini dipilih
metode sokhletasi yaitu salah satu metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru
umumnya dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adany
a pendingin balik.
Digunakan metode sokhletasi dikarenakan pelarut yang digunakan lebih sedikit dan larutan
sari yang dialirkan melalui pipa sifon tetapi tinggal dalam labu, sehingga pelarut
yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi, waktu
yang digunakan pun lebih cepat. Namun,
metode sokhletasi juga memiliki kekurangan yaitu pelarut
yang digunakan harus mudah menguap dan tidak cocok digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan pemanasan.
Prinsip dari isolasi dengan metode sokhletasi adalah piperin disari dari buah piper dengan
menggunakan etanol 96%, kemudian dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH
etanol 10% b/v. Kristalisasi dilakukan dengan menggunakan etanol.
Piperin merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam
mineral kuat. Apabila dihidrolisis dengan KOH
etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
Proses isolasi ini dilakukan dengan cara menimbang 30 gram
serbuk merica dan dibungkus dengan menggunakan kertas saring yang ditali dengan
menggunakan tali kenur pada bagian ujung-ujungnya, sehingga berbentuk seperti permen. Hal
ini dilakukan agar serbuk merica mudah diambil saat proses isolasi selesai dan sampel tidak
bercampur langsung dengan pelarut yang digunakan.
Digunakan kertas saring dikarenakan kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori
yang dapat mempermudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung didalam sampel.
Kemudian serbuk merica yang sudah ditali dimasukkan kedalam alat penyari sokhletasi yang
disebut pipa timbel dan ditambahkan etanol 96% sebanyak 150 ml atau sampai 2 kali
sirkulasi. Pada labu alas bulat dimasukkan 3 buah batu didih yang tujuannya agar panas didalam
labu alas bulat bisa merata dan stabil, serta tidak menyebabkan labu alas
bulat pecah saat pelarut mendidih. Labu alas bulat diletakkan di atas heating
mantle namun jangan terlalu dekat, agar
saat pelarut mendidih dan suhunya panas tidak menyebabkan labu alas bulat gosong.
Kemudian alat dirangkai, bagian atas alat soxhlet disambungkan dengan selang untuk air
keluar sedangkan bagian bawah alatsoxhlet dipasangkan selang yang dihubungkan dengan water
pump untuk air masuk. Setelah semua alat dirangkai, water pump dan heating
mantle dihubungkan ke arus listrik untuk memulai proses isolasi.
Proses penyarian dilakukan sebanyak 8 kali sirkulasi. Yang dimaksud dengan 1 kali
sirkulasi adalah saat dimana pelarut naik dan kemudian kembali kebawah. Semakin lama
waktu penyarian maka sirkulasi yang terjadi akan semakin cepat. Hal
ini dikarekan pelarut sudah mulai panas sehingga lebih mudah menguap dan naik keatas.
Dari isolasi ini diperoleh sari sebanyak 125 ml dan diambil 3 ml untuk dimasukkan ke dalam
flacon. Sisa sari tersebut kemudian diuapkan. Sisa sari yang
diperoleh dimasukkan ke dalam cawan porselin kemuadian diuapkan di
atas waterbath. Untuk menguapkan sari
sampai diperoleh ekstrak kental dibutuhkan waktu sangat lama, sehingga penguapan dilakukan
pada hari lain. Ekstrak kental yang diperoleh ditambahkan dengan KOH-etanolik sebanyak 10 ml.
Penambahan KOH-
etanolik tidak boleh berlebihan dan harus dalam kondisi dingin karena piperin bila dihidrolisis de
ngan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
Kemudian,
ekstrak tersebut diaduk dan di diamkan sampai terbentuk endapan. Setelah terbentuk endapan,
disaring dengan menggunakan kertas saring dan sari jernih yang
diperoleh didinginkan pada lemari es.
Pada saat sari jernih tersebut didinginkan pada lemaries, akan membentuk kristal. Kristal
yang dihasilkan seberat 1,5 gram, sehingga rendemen hasilnya adalah
5%. Rendemen inidiperoleh dari bobot akhir dibagi dengan bobot awal dan dikalikan
100%. Pengamatan organoleptik terhadap kristal yang didapat adalah kristal berbau menyengat
khas piperin dengan warna coklat kekuningan.

 Titik Kritis
Rendemen dan mutu oleoresin yang dihasilkan dipengaruhi oleh kelarutan bahan dari
pelarut yang digunakan (jenis pelarut), metode ekstraksi, suhu, lama ekstraksi dan kehalusan
partikel yang diekstrak. Piperin memiliki kelarutan yang rendah dalam heksan, sehingga
pemakaian heksan dalam pembuatan oleoresin lada tidak direkomendasikan. Pemakaian pelarut
etanol memberikan hasil rendemen oleoresin dan kandungan minyak yang lebih tinggi
dibandingkan pelarut yang lain, risiko toksik dan harga pelarutnya lebih rendah, serta mudah
diperoleh (Risfaheri, 2012).

Rendemen oleoresin berkisar 10-13%, berbentuk pasta berwarna gelap, memiliki aroma
dan rasa yang lebih tajam karena mengandung 15-20% minyak atsiri dan 35-55% komponen rasa
pedas (piperin). Kualitas oleoresin ditentukan oleh kandungan minyak dan piperin di dalamnya.
Bila dibandingkan dengan lada hitam, hanya mengandung minyak 2,5-3,5 % dan piperin 4-6 %
(Risfaheri, 2012).

Persyaratan umur panen buah lada berbeda, untuk setiap jenis produk karena setiap tingkat
kematangan buah lada memiliki komposisi yang berbeda. Kadar minyak atsiri dan piperin
menunjukkan peningkatan sampai menjelang matang penuh dan setelah itu menurun selama
periode pemasakan buah. Kadar pati menunjukkan kecenderungan meningkat selama periode
pematangan buah (Heartwin, 2003).

Kesimpulan
- Prinsip dari isolasi dengan metode sokhletasi adalah piperin disari dari buah piper dengan
menggunakan etanol 96%, kemudian dipisahkan dari senyawa resin dengan penambahan KOH-
etanol 10% b/v
- 1 kali sirkulasi adalah saat dimana pelarut naik dan kemudian kembali kebawah
- Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik akan menghasilkan kalium piperinat dan piperin.
- Kromatografi lapis tipis
merupakan teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen
dalam media berupa lempengan kromatografi
- H a r g a R f ya n g diperoleh 0,49.
H a r g a r f t e r s e b u t h a m p i r m e n d e k a t i h a r g a r f s t a n d a r t ya i t u 0 , 5 . Sehingga
spot yang dihasilkan pada i d e n t i f i k a s i K L T t e r s e b u t a d a l a h s e n ya w a p i p e r i n
Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam, Edisi revisi, Penerbit ITB, Bandung,

Djamal, Rusdi. (2008). Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Padang: Universitas
Baiturrahmah

Kar, A., 2014, Farmakognosi dan Farmakobioteknologi, Terjemahan: July Manurung dkk.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2 (2): 503-504.

Kartasapoetra, G., 2004, Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat, Jakarta: PT Rineka Cipta, 50-51.

Kolhe, S.R., Borole, P., and Patel, U., 2011, Extraction and Evaluation of Piperine from Piper
nigrum, Internasional Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology, 144-
149.

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavanoida, Fenilpropanida dan Alkaloida, Karya Ilmiah Departemen
Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Permadi, A. (2008). Membuat Kebun Tanaman Obat. Depok:Pustaka Bunda


Sabina, E.P., Nasreen, A., Vedi, M., and Rasool, M., 2013, Analgesic, Antipyretic and Ulcerogenic
Effects of Piperine: An Active Ingredient of Pepper,\ Journal of Pharmaceutical Sciences
and Research, 5 (10): 203-206.

Sarpian, T. (2003). Pedoman Berkebun Lada dan Analis Usaha Tani. Yogyakarta:KANISIUS

Vasavirama, K.and Upender, M., 2014, Piperine: A Valuable Alkaloid from Piper Species,
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6 (4): 34-38.

Anda mungkin juga menyukai