“METANIL YELLOW
DISUSUN OLEH :
1
A. Definisi Metanil Yellow
Metanil yellow atau kuning metanil merupakan zat warna sintetis
berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam
air dan alkohol, agak larut dalam benzen dan eter, serta sedikit larut dalam
aseton. Metanil yellow merupakan senyawa kimia azo aromatik amin yang
dapat menimbulkan tumor dalam berbagai jaringan hati, kandung kemih,
saluran pencernaan atau jaringan kulit. Metanil yellow dibuat dari asam
metanilat dan difenilamin. Kedua bahan ini bersifat toksik. Metanil yellow
biasa digunakan untuk mewarnai wol, nilon, kulit, kertas, cat, alumunium,
detergen, kayu, bulu, dan kosmetik.
2
Zat warna sintetis dalam makanan menurut Joint FAO/WHO Expert
Commitee on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam beberapa
kelas yaitu azo, triaril metana, quinolin, xantin, dan indigoid. Metanil
yellow termasuk dalam zat warna sintetis golongan azo yang telah dilarang
digunakan pada pangan. Pada umumnya, pewarna sintetis azo bersifat lebih
stabil daripada kebanyakan pewarna alami. Pewarna azo stabil dalam
berbagai rentang pH, stabil pada pemanasan, dan tidak memudar bila
terpapar cahaya atau oksigen. Hal tersebut menyebabkan pewarna azo
dapat digunakan pada hampir semua jenis pangan. Salah satu kekurangan
pewarna azo adalah sifatnya yang tidak larut dalam minyak atau lemak. Zat
warna sintetis yang memiliki rumus kimia C18H14N3O3Sna dengan
penampakan fisik berwarna oranye sampai kuning tersebut memiliki
struktur seperti dibawah ini:
3
Dampak yang terjadi dapatberupa iritasi pada saluran pernapasan,
kulit,mata dan bahaya pada kandung kemih. Apabila tertelanmethanil
yellow dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas,rasa
tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjut yaitu dapat
menyebabkan kanker pada kandung dan saluran kemih. Methanil yellow
juga bias menyebabkan kanker, keracunan, iritasi paru-paru, mata,
tenggorokan, hidung dan usus. Efek zat warna methanol yellow ialah selain
bersifat karisnogenik, zat warna ini dapat merusak hati. Dampak yang
terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi
pada mata, dan bahaya kanker pada kandung kemih. Apabila tertelan dapat
menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan
tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjut yakni menyebabkan kanker pada
kandung dan saluran kemih.
4
Peralatan :
1. Gelas piala 10 ml, 100 m|,250 ml
2. Pengaduk kaca
3. Kertas saring
4. Bejana kromotografi
5. Penangas air
6. Benang wol bebas lemak
7. Kertas saring biasa
8. Kertas saring whatman No. 1
Pereaksi :
1. Asam asetat glasial p.a
2. Lanrtan asam asetat 6%
3. Annonia NH4OH, Bj. 0,88
4. Larutan baku zat warna makanan
5. Larutan elusi (pilih salah satu)
Larutan elusi I : Campuran perbandingan volume n. butanol:
asam asetat glasial :air= 4:5: 1.
Larutan elusi II : Campuran perbandingan volume iso butanol:
etanol: air = 3 :2 : 2.
Larutan elusi III : Larutan NaCl 2% dalam alkohol 50%
Larutan elusi IV : Campuran perbandingan volume etil metil
keton : asetat : air = 7:3:3.
Larutan elusi V : Carnpuran perlcandingan volume n. butanol:
asam asetat glasial : air=4:2:2,4
Larutan elusi VI : Campuran perbandingan berat fenol : air = 4 :
1
Larutan elusi VII : Campuran perbandingan volume etil metil
keton: asetat : piridin : air=11 :5:5.
5
Larutan elusi VIII : Campuran perbandingan volume etil metil
keton : aseton : air : amonia pekat = 3,5 : 1,5 .....
Larutan elusi IX : Encerkan 5 ml amonia pekat (Bj = 0,88)
dengan air hingga 100 ml, tambahkan 2 gram trinatrium sitrat
kedalam larutan amonium tersebut
Prosedur kerja :
a) Memasukan 10 ml sampel cair atau 10 – 25 gram sampel padatan
ke dalam gelas piala 100 ml.
b) Diasamkan dengan menambahkan 5 ml Asam asetat 10 %.
c) Memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.
d) Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih ( 10 menit).
e) Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan
aquades.
f) Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang
telah dibilas tersebut.
g) Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool
(luntur).
h) Benang wol dibuang, larutan diuapkan di atas water bath sampai
kering.
i) Residu ditambah beberapa tetes metanol, untuk ditotolkan pada
kertas kromatografi yang siap pakai.
j) Dieluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.
k) Kertas kromatografi diangkat dan dibiarkan mengering.
l) Warna yang terjadi diamati, membandingkan Rf (Retardation
factor) antara Rf sampel dan Rf standar.
6
2. Analisa Kuantitatif
Pengukuran zat pewarna sintetik pada analisa kuantitatif menggunakan
metode Spektrofotometri UV-Visibel (Depkes RI, 1995).
a) Preparasi Standart
1) Deret standar (0 ppm – 10 ppm)
Memipet masing-masing 1025,4 l, 2050,8 l dan 3076,3 l
standar 487,6 ppm ke dalam labutakar 100 ml. Menambahkan
aquades masing-masing menjadi 100 ml kemudian dikocok.
Deret standar ini mengandung 0, 1, 2.5, 5, 7.5 dan 10 ppm
metanil yellow
2) Standar metanil yellow (0 ppm – 10 ppm)
Memipet masing-masing 1107,4 l dan 2214,8 standar 451,5
ppm ke dalam labu takar 100 ml. Menambahkan aquades
masing-masing menjadi 100 ml kemudian di kocok. Deret
standar ini mengandung 0, 1, 2.5, 5, 7.5 dan 10 ppm metanil
yellow
b) Preparasi Sampel
Metode preparasi sampel pada analisa kuantitatif secara
Spektrofotometri menggunakan metode preparasi sampel pada
analisa kualitatif (Kromatografi kertas), yaitu :
1) Memasukkan 10 ml sampel cair atau 10 – 25 gram sampel
padatan ke dalam gelas piala 100 ml.
2) Diasamkan dengan menambahkan 5 ml asam asetat 10 %.
3) Memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel
tersebut. d. Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih
( 10 menit).
4) Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas
dengan aquades.
7
5) Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool
yang telah dibilas tersebut.
6) Memanaskan benang wool sampai warna yang tertarik pada
benang wool luntur kembali.
7) Warna yang telah ditarik dari benang wool dan masih larut
dalam amoniak kemudian di analisa dengan
spektrofotometer UV-Visibel.
Perhitungan :
Konsentrasi (ppm) = ppm kurva x ml
ekstrak sampel x 1000 g x FP
1000 ml g sampel
Keterangan :
FP = Faktor Pengenceran
8
DAFTAR PUSTAKA
Mahmuda, Yulia Irma dan Muji Rahayu. 2016.Identifikasi Zat Warna. Yogyakarta:
jurnal teknologi laboratorium. ISSN: 2338 – 5634
(www.teknolabjournal.com)
https://adoc.tips/novriyanti-lubis-abstrak.html
file:///C:/Users/AXIOO/Downloads/79-Article%20Text-319-1-10-20170919.pdf
https://www.academia.edu/35271796/ANALISIS_ZAT_WARNA_METHANIL_YE
LLOW_PADA_SIRUP_SECARA_KUALITATIF_MENGGUNAKAN_KROMATO
GRAFI_LAPIS_TIPIS
http://repository.setiabudi.ac.id/319/2/KTI%20-%20RISKA%20SUKMA
%20WARDANI%20%2832142803J%29.pdf