BAB I
PENDAHULUAN
Roti, kata ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat dan sangat
diminati oleh masyarakat baik dewasa maupun anak-anak sebagai makanan
sumber karbohidrat selain beras atau nasi. Roti merupakan makanan
berbahan dasar utama tepung terigu dan air yang difermentasikan dengan
ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan ragi. Namun karena kemajuan
teknologi dan pengetahuan manusia, yang mulai mengkreasikan adonan roti
dengan gula, mentega, garam dan telur untuk menambahkan protein ke
dalam roti tersebut. Sehingga roti memiliki nilai gizi yang tinggi. Dengan
mensubstitusikan roti dengan jus buah naga ( Hylocereus sp) akan lebih
memperkaya nilai gizi pada roti.
TINJAUAN PUSTAKA
2) BAHAN PENGEMPUK
Kelompok bahan pengempuk adalah gula, susu, lemak, dan telur. Bahan-
bahan ini boleh ditambahkan, boleh juga tidak dipakai.
a) Gula
Gula merupakan sumber makanan dan energi bagi ragi. Selain sebagai
sumber energi, gula juga dapat memberi rasa manis, memberikan warna
kecoklatan, melembutkan gluten sehingga roti menjadi lebih empuk, dan
menahan keempukan lebih lama.Gula yang baik digunakan adalah gula yang
bersih dan mempunyai ukuran kristal tidak terlalu besar. Penggunaan gula
yang terlalu banyak akan menghambat proses fermentasi dan menyebabkan
adonan menjadi lengket. Oleh karena itu ada batasan penggunaan gula,
yaitu setiap pemakaian gula 8%, diperlukan ragi 1%.
b) Susu
Susu yang digunakan baik berupa susu bubuk maupun susu cair. Untuk
produsen roti, lebih baik menggunakan susu bubuk, karena mempunyai daya
simpan yang lebih lama dan tempat penyimpanan yang lebih kecil. Susu
bubuk dapat menambah daya absorbsi atau serap air. Susu yang digunakan
susu skim yang kadar lemak susunya berkisar 1% atau full cream yang
lemak susunya sekitar 29%.
c) Lemak
Lemak berfungsi sebagai pelumas untuk pengembangan sel yang akan
memperbaiki tekstur, memudahkan pemotongan roti, dan melembutkan serat
roti.
Ada berbagai macam lemak, yaitu:
Margarin, mengandung 80-90% lemak nabati, 16% air, 2-4% garam dan
emulsifier.
Shortening, mengandung 99% lemak nabati atau hewani dan 1% air.
Butter, mengandung 83% lemak susu, 14% air, dan 3% garam atau
mineral lain.
d) Telur
Telur berfungsi sebagai pengembang, pembentuk warna, perbaikan rasa,
dan penambah nilai gizi.
Telur yang digunakan harus dipilih yang masih segar dengan ciri-ciri :
Kulit telur tidak retak,
Bila diteropong dengan bantuan lampu, kuning telur masih baik dan
terletak di tengah, serta gelembung udara masih kecil,
Kekentalan/konsistensi putih telur masih baik,
Bila dipecahkan dan disimpan pada piring kecil, posisi kuning telur
berada di tengah,
Bila dimasukkan ke dalam segelas air, telur melayang telur sudah
disimpan lebih dari 20 hari, kalau tenggelam dengan posisi berdiri telur
sudah disimpan lebih lama lagi. Kualitas telur yang baik adalah telur
yang tenggelam dengan posisi tidur/mendatar.
3) BAHAN TAMBAHAN
Tujuan penggunaan bahan tambahan adalah untuk melambatkan
pengerasan adonan selama pembakaran. Hal ini memungkinkan adonan
mengembang lebih besar dalam oven. Selain itu bertujuan pula untuk
menahan air dalam roti yang mengakibatkan roti menjadi lebih lembut.
Bahan tambahan berfungsi antara lain :
untuk melembutkan pori-pori/pelembut crumb
untuk menguatkan gluten/dough conditioner
untuk menambah zat gula
untuk merubah penampilan atau warna
Komponen yang terdapat dalam bahan tambahan ini adalah :
bahan yang dapat memodifikasi gluten
makanan atau perangsang bagi ragi
bahan pelembut remah/crumb
tambahan enzyme
Secara umum zat-zat ini dicampurkan menjadi satu dan dikemas dalam
kemasan 500 gram yang dijual dengan nama-nama antara lain :
Baker Bonus A Bakerine Plus Volatex 150
Super Mix Gamma Serrolzyme
Magi Mix Do Brim dan lain-lain
IF – 100
Dosis yang disarankan sekitar 0,2 – 0,5% dari berat tepung.
Formula atau resep dasar pembuatan roti dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari
formula tersebut, dapat dikembangkan formula roti sesuai dengan keinginan.
9. Pembentukan
Memberi bentuk pada adonan sesuai dengan jenis produk yang ingin
dihasilkan. Roti manis dapat diisi dan dibentuk dengan berbagai macam
bentuk dan isi, sedangkan untuk donat dibentuk bundar dengan lubang
ditengahnya.
10. Meletakkan Dalam Loyang
Adonan dibentuk dan diletakkan di tengah loyang dengan sambungan
terletak di bawah, agar pada peragian terakhir dan pembakaran tidak
terbuka. Jarak antar roti minimal 3 jari.
14. Pendinginan
Pendinginan ini secara normal memakan waktu 1 jam dan lebih singkat
jika menggunakan alat bantu berupa fan atau alat lainnya. Kalau roti
(misal roti tawar) akan dipotong, sebaiknya suhu roti antara 32 - 49C,
agar remah roti tidak rusak.
Sponge and dough, dimana 60% terigu, 60% air, dan seluruh ragi yang
ada dalam resep diaduk sampai kalis dan difermentasi selama 4-24 jam.
Setelah itu baru dicampur dengan sisa bahan, dan proses selanjutnya
seperti yang telah diterangkan di atas.
Straight dough, prosesnya seperti yang diterangkan di atas.
No time dough, adonan setelah kalis (proses di atas) langsung dibentuk
dan difermentasi akhir lalu dibakar/ dipanggang.
Break and roll dough, adonan diaduk tidak sampai kalis, lalu diroll
sampai adonan kalis. Proses selanjutnya seperti pada teknik no time
dough.
d. Mengemas Hasil Produksi Sesuai Spesifikasi yang Ditentukan
Produk rerotian dikemas agar kondisinya tetap baik, tidak keras dan dikemas
dalam keadaan dingin. Teknik pengemasan produk rerotian dilakukan
dengan pengemasan individu atau satu persatu dengan kantong plastik
sebagai pengemas
PEMOTONGAN &
PENIMBANGAN FERMENTASI AWAL PENGADUKAN
ROTI
PENGEMASAN
MANIS
.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Persiapan Bahan
1. Timbangan
Timbangan yang digunakan dalam pembuatan roti ada dua macam.
Pertama timbangan manual dengan kapasitas 5 kg yaitu digunakan untuk
menimbang bahan-bahan dalam kapasitas besar seperti terigu, gula, lemak
(mentega atau margarin), dan telur.
Kedua adalah timbangan digital yaitu untuk menimbang bahan-bahan
dengan kapasitas sedikit seperti ragi, garam, bread improver, susu bubuk,
dan penimbangan adonan untuk roti yang kecil
2.Gelas66 ukur
Gelas ukur yang digunakan adalah gelas ukur yang per 500 mil digunakan
untuk mengukur cairan yang akan digunakan dalam pembuatan produk-
produk bakery.
3. Mixer
Mixer yang digunakan adalah bisa menggunakan hand mixer untuk
mengadon adonan roti yang bertujuan untuk mencampur adonan secra
efektif hingga adonan menjadi kalis. Divider
Divider adalah alat yang dapat membagi adonan menjadi beberapa bagian
dengan berat yang seragam sebelum adonan diisi dan dibentuk. Apabila alat
ini tidak ada, adonan dapat dibagi dengan cara penimbangan dengan berat
yang sama.
4. Loyang/Baking Sheet
Sebaiknya alat ini dipilih yang berbahan dasar aluminium karena ringan,
tidak mudah berkarat, penghantar panas yang baik, dan tidak menyerap
panas radiasi (sinar).
Sebelum digunakan loyang-loyang tersebut harus dalam keadaan bersih
dengan cara dilap dengan lap yang bersih, tidak perlu setiap saat dicuci
karena akan membuat loyang tersebut menjadi lengket atau produk roti sulit
untuk dikeluarkan.
5. Proof Box/Proover
Proof box/proover adalah ruangan/alat yang mempunyai suhu panas tetapi
lembab yang berfungsi untuk kegiatan fermentasi akhir adonan setelah diisi
dan dibentuk.
6. Oven
Oven yang digunakan untuk membuat roti adalah oven otomatis yaitu
menggunakan sumber listrik dsan gas. Pada saat mengambil loyang dari
dalam oven, jangan lupa memakai alat bantu agar tangan tidak luka,
melepuh atau terbakar.
7. Rak Pendingin
Rak pendingin yang digunakan adalah rak pendingin yang berlubang. Fungsi
alat ini adalah untuk mendinginkan roti yang baru keluar dari oven, fungsi
lubang pada rak pendingin untuk mempercepat proses pendinginan dan tidak
timbulnya uap air pada dasar roti sehingga roti yang dihasilkan tidak mudah
berjamur.
8. Kuas roti
Kuas roti ini digunakan untuk mengoleskan mentega pada loyang dan
mengoleskan putih telur dan susu sebelum di oven.
C. Cara Pembuatan
1. Pemilihan Bahan yang akan digunakan sesuai dengan persyaratan
mutu roti yaitu :
Bahan yang digunakan untuk membuat roti harus bahan dengan
mutu atau kualitas yang baik agar didapat mutu atau kualitas roti
yang baik pula.
Memilih tepung yang masih baik, tidak menggumpal, dan tidak
berbau apek.
Memilih Ragi yang digunakan dipilih yang masih aktif, lihat dengan
teliti masa kadaluarsanya dan dilakukan pengetesan ragi aktif yaitu
dengan melarutkan ragi ke dalam air hangat dan ditambahkan gula 5
gram, apabila ragi tersebut berbusa atau naik volumenya maka ragi
tersebut masih aktif.
Menggunakan bahan-bahan lain yang kondisinya masih baik.
2. Penimbangan
Menimbang bahan sesuai dengan ukuran yang tepat.
3. Pengadukan
Pengadukan dalam proses pembuatan roti dilakukan melalui beberapa
tahapan:
mencampur semua bahan kering yaitu tepung terigu dan gula halus,
susu secara merata
Melarutkan ragi dalam air hangan sebanyak 100 ml air
Membuat jus buah dengan air sebanyak 200 ml
Telur dikocok dan mentega hingga tercampur rata
Setelah bahan –bahan kering dicampur merata, dimasukkan ragi
yang sudah mengembang, kemudian dimasukkan jus buah naga
diaduk hingga merata. Setelah itu dimasukkan telur dan margarine
dan diaduk terusmenerus dan terakhir dimasukkan garam.
Dilakukan proses pengadukan hingga adonan menjadi kalis yaitu
dengan ciri-ciri adonan tiodak lengket di bowl
4. Fermentasi Awal
Pada proses ini adonan ditutup dengan plastik dan serbet selama 45
menit. Fermentasi awal ini akan terjadi reaksi antara gula dan ragi
sehingga terbentuk gas CO2, alkohol, dan asam-asam organik yang
menimbulkan bau yang khas. Tanda –tanda adonan sukses dalam
proses fermentasi adalah dengan mengembangnya adonan karena
terbentuk Gas CO2 alkohol dan asam-asam organik ditandai dengan bau
yang khas.
5. Pemotongan / Penimbangan
Selanjutnya adonan yang telah mengembang dikempiskan bertujuan
untuk mengurangi gas CO2. Dan setelah itu dilakukan pemotongan.
Proses ini diusahakan dilakukan dengan secepatnya karena proses
peragian masih berjalan. Pemotongan dan penimbangan bertujuan agar
diperoleh berat dan besar yang seragam dalam produk akhirnya.
Untuk roti manis ukuran sedang, berat adonan sekitar 50-60 gram,.
6. Pembulatan
Dilakukan dengan maksud :
untuk membentuk lapisan film yang tipis pada permukaan yang
dapat menahan gas yang dihasilkan dari peragian
memberi bentuk agar memudahkan dalam pengerjaan selanjutnya.
7. Istirahat sebentar (Interminet Proofing)
Adonan biasanya diistirahatkan sebentar antara 10 – 15 menit agar
mempernudah dalam pengerollan. Waktu yang dipakai juga tergantung
dari kondisi adonan agar tidak pecah-pecah waktu diroll.
8. Pengerollan
Untuk mengeluarkan semua gas hasil peragian dan membentuk adonan
dengan ketebalan tertentu sesuai yang diinginkan.
Pada saat proses pemangganga, volume roti akan bertambah pada saat
masuk oven sampai 5 menit kemudian, sampai ragi dimatikan oleh
panas pada suhu 65C. Proses karamelisasi mulai terbentuk secara
perlahan-lahan. Suhu pembakaran roti manis dilakukan pada suhu 170 –
180C selama 20 menit.
13. Pendinginan
Pendinginan ini memakan waktu 1 jam dan menggunakan alat bantu
berupa fan atau alat lainnya.
Jumlah
Harga Nilai Umur Biaya
Jenis Alat /
Unit (Rp) investasi Alat Penyusutan
Unit
Mixer 1 500.000 500000 5 th 277
Oven 1 8.000.000 8000000 25 th 888
Profer 1 15.000.00 15000.000 25 th 1666
0
Baskom 2 20.000 40.000 5 th 22
Kuas roti 2 8000 16000 1 th 44
Timbangan 1 190000 190000 10 th 52
digital
Timbangan 1 150000 150000 5 th 83
manual
Baskom kecil 3 5000 15000 5 th 8
Gelas ukur 2 5000 10000 5 th 6
(500 gr)
Rak pendingin 1 100000 100000 10 th 28
Total 3074
b. Biaya Variabel
Harga
NO. Deskripsi Unit Satuan Harga satuan kebutuah
Tepung terigu (cakra Rp
1 kembar) 450 Gr Rp 13000 5850
Tepung terigu Rp
2 kompas 50 Gr Rp 10.000 2000
Bks(45 Rp
Susu
3 2 gr) Rp 3500 7000
Butir Rp
Telur
4 2 (50 gr) Rp 1500 3.000
Rp
Mentega blueband
5 100 Gr Rp 6500 650
Rp
Garam
6 7,5 Gr Rp 2000 200
Rp
Gula halus
7 100 Gr Rp 16000 1600
Bks(11 Rp
Ragi pakmaya
8 1 gr) Rp 2000 2000
Lbr Rp
Plastik kemas
9 21 (100lbr) Rp 8500 1785
Rp
Coklat batang
10 0,25 Pak Rp 18000 4500
Rp
Keju
11 0,25 Pak Rp 15000 3750
Rp
Selei
12 0,25 Pbtl Rp 20000 5000
RP
Pisang
13 5 Buah Rp 5000 1000
14 Buah naga 0,25 Buah Rp 10000 Rp 2500
14 Gas 3 Kg Rp 18000 Rp 1800
Total Rp 42635
Biaya operasional = Biaya tetap + Biaya variabel
= Rp 3074 + Rp. 42635
= Rp. 45709,-
= 45709
21
= Rp. 2176,-
= Rp 870
Analisis R/C
Dengan asumsi bahwa pendapatan selama satu kali produksi adalah
banyaknya produk yang dijual selama satu kali produksi yaitu sebesar Rp.
3000 x 21 = Rp 63000
Jadi jika selama satu bulan, artinya pendapatan yang diterima adalah
sebesar Rp. 1.890.000,- dengan biaya operasional selama satu bulan adalah
Rp. 1.371.270
R/C = Pendapatan
Biaya
= 1.890.000
1.371.270
= 1,37
Dengan nilai R/C 1,37 menunjukkan bahwa usaha pembuatan roti manis
substitusi buah naga layak untuk dilanjutkan
Analisis BEP
BEP merupakan suatu kondisi dimana diperoleh kalkulasi yang impas usaha
pembuatan roti manis substitusi buah naga pada posisi tidak rugi dan tidak
untung.
Biaya variabel per kemasan = Rp. 42635 : 21
= Rp. 2030
BEP = Total Biaya Tetap
Harga jual – biaya variabel
= Rp 3074
3000 – 2030
= 3,16
Artinya ketika mencapai 3,16 kali putaran produksi roti manis substitusi
buah naga akan mencapai titik impas
= 21 x 3000 x 100%
45709
= 137 %
Artinya usaha pembuatan “Roti manis substitusi buah naga ”, setiap Rp.
1,- akan mendatangkan pendapatan hingga 137% dari total biaya yang
ditanamkan.
Benefit cost ratio (B/C)
Perhitungan B/C dilakukan untuk membandingkan keuntungan
dengan biaya yang telah dikeluarkan. Adapun B/C adalah sebagai berikut :
Keuntungan yang diperoleh adalah Rp. 3000 – Rp. 2176,- = Rp. 824,-
B/C = keuntungan yang diperoleh
total biaya
= 21 x 824
Rp. 45709,-
= 17304
45709
= 0,37