Anda di halaman 1dari 7

KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN (KEPK)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER
(THE ETHICAL COMMITTEE OF MEDICAL RESEARCH 
DENTAL FACULTY – UNIVERSITAS JEMBER)

FORMULIR ETIK PENELITIAN YANG MENGIKUTSERTAKAN


HEWAN SEBAGAI SUBYEK

I. Pernyataan Peneliti Utama

PERNYATAAN DAN TANDA TANGAN PENELITI UTAMA:

Saya Ketua Peneliti (Peneliti Utama):


a. Memahami peraturan dalam penggunaan hewan coba untuk penelitian.
b. Semua orang yang terlibat dalam penelitian ini memiliki pengalaman untuk
melakukan prosedur yang akan dilakukan terhadap hewan yang akan
digunakan.
c. Peneliti Utama/ketua bertanggung jawab terhadap prosedur yang dilakukan
pada penelitian ini.

Tanggal, 19 April 2020

Peneliti Utama

(Mutiara Dewi Parisa Kinanti)


II: Narasi Penelitian

1. Nama peneliti utama : Mutiara Dewi Parisa Kinanti

2. Alamat : Jalan Mastrip No 53B, Sumbersari Jember


No HP : 081334230431
Email : mutiaraparisa@gmail.com

3. Nama institusi penyelenggara penelitian: Program Sarjana Fakultas Farmasi


Universitas Jember

4. Tempat penelitian : Lab Biomedik Fakultas Farmasi Universitas Jember

5. Waktu Penelitian :

6. Anggota Peneliti :
Rosalina Ambar Kusuma
Nurika Alvi Fadhilah

7. Judul (Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) :


Aktivitas Anti-Inflamasi Asam Bartogenik dalam Fraksi Buah Barringtonia racemosa
Roxb. pada Model Hewan dengan Peradangan Akut dan Kronis (Anti-Inflammatory
Activity of Bartogenic Acid Containing Fraction of Fruits of Barringtonia racemosa
Roxb. in Acute and Chronic Animal Models of Inflammation).

8. Tujuan Prosedur:
 Research  Pelatihan/ Training
 Antibody Production  Breeding
 Animal or Veterinary Care, or Health Surveillance
 Lainnya (sebutkan): …………………………….

9. Hewan Percobaan
Spesies: Mus musculus
Breed/ Strain/ Stock (jika ada): Inbred/Strain C57BL/6
Umur Sex Berat Jumlah
18-24 bulan Jantan 25-30 g 60 ekor

10. Mohon dijelaskan alasan jumlah hewan yang digunakan/ jumlah hewan ditentukan
Pada penelitian ini digunakan 30 ekor mencit C57BL/6 jantan yang dibagi ke
dalam 5 kelompok secara acak, yang terdiri dari 1 kelompok control positif, 1 kelompok
kontrol negatif, dan 3 kelompok perlakuan/ uji. Jumlah sampel ditentukan dari
perhitungan rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) ≥ 15, t adalah jumlah kelompok perlakuan, n
adalah jumlah sampel.
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) ≥ 15/(5-1)
n ≥ 4,75
Untuk mengantisipasi apabila ada kelompok tikus yang drop out, ditambahkan 1 ekor
mencit tiap kelompok sehingga hasil akhir diperoleh jumlah sampel tiap kelompok
sebanyak 6 ekor.

6. Perkiraan waktu penelitian yang dapat diselesaikan untuk tiap subyek :

Subyek diinduksi pada hari pertama, pemberian perlakuan dilakukan sekali sehari
selama 7 hari. Hasil diamati pada hari ke-8.

7. Ringkasan usulan penelitian (pendahuluan, permasalahan, tujuan, manfaat, prosedur


penelitian) :
Inflamasi merupakan respon protektif natural dari tubuh terhadap cedera jaringan
yang disebabkan rangsangan kimia, mekanik, atau termal, trauma, mikroba, atau penyakit
autoimun. Steroid dan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) adalah golongan
obat yang digunakan secara luas untuk terapi inflamasi akut. Namun, penggunaan obat-
obat tersebut selain berkaitan dengan efek samping yg ditumbulkan juga tidak efektif
untuk terapi inflamasi kronis, termasuk rheumatoid arthritis. Penggunaan NSAID jangka
panjang berkaitan dengan ulkus lambung, pendarahan, disfungsi dan kerusakan ginjal,
bronkospasme, abnormalitas jantung, depresi sumsum tulang, retensi air dan garam, dll.
Oleh sebab itu, merupakansebuah kebutuhan klinis untuk mengenal obat yang lebih
efektif dan lebih aman untukpencegahandan terapi inflamasi. Berbeda dengan
keterbatasan NSAID, bahan alam memiliki profil farmakologi yang lebih baik disertai
dengan toksisitas yang lebih rendah. Penemuan obat antiinflamasi dari bahan alam
merupakanstrategi yang produktif dan rasional untuk mengidentifikasi kandidat obat
baru. Diharapkan, keberhasilan dalam penelitian ini dapat membantu penemuan dan
pengembangan obat-obat antiinflamasi yang lebih poten dan lebih aman. Prosedur
penelitian meliputi penyiapan fraksi etil asetat ekstrak buah B. racemosa, pemeliharaan
hewan uji, persiapan hewan uji, dan terakhir pemberian perlakuan.
8. Apakah percobaan ini harus menggunakan hewan coba? Jelaskan.
Percobaan harus dilakukan pada hewan coba sebab penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya aktivitas antiinflamasi asam bartogenik dalam fraksi ekstrak buah
Barringtonia racemosa, dimana untuk mengamati parameter berat jaringan granular,
persen inhibisi granulasi, intensitas hipersensitivitas tipe tertunda (DTH), berat thimus
dan limpa, serta histopatologi telinga dermatitis kontak dibutuhkan model hewan coba
yang memiliki sistem anatomi dan fisiologi yang menyerupai manusia. Menurut Song et
al (2017), strain hewan uji merupakan sumber daya yang telah berkontribusi besar untuk
menggambarkan dan menjelaskan mekanisme biologis dalam eksperimen biomedis dan.
secara khusus, strain hewan inbrida disukai oleh para peneliti untuk meningkatkan
keandalan dan reproduksibilitas percobaan berbasis hewan. Tidak hanya itu, mencit lebih
dipilih sebab masa hidupnya yang pendek dan kemudahannya dalam berkembang biak.
Pada penelitian ini digunakan mencit inbred strain C57BL/6 sebagai hewan coba. Mencit
C57BL/6, sangat dikenal dengan sifat imunogenisitasnya sehingga sering digunakan
dalam studi eksperimental kanker dan respon imun.

9. Jelaskan Perlakuan yang diberikan pada hewan coba :


Mencit dibagi menjadi 5 kelompok (kelompok kontrol positif, kelompok kontrol
negatif, 3 kelompok uji), masing-masing terdiri dari 6 hewan coba. Selangkangan mencit
disayat dengan pisau bedah tunggal. Pelet kapas steril (yang telah direndam dalam water
for injection (WFI) yang mengandung streptomisin dan penisilin) dengan berat 10 ± 1 mg
ditanamkan secara subkutan dan bilateral di daerah tersebut. Semua kelompok diberi
perlakuan 1 kali sehari selama 7 hari. Kelompok kontrol negatif diberi larutan 5% tween-
80 dalam air. Kelompok kontrol positif diberi larutan deksametason 1 mg/kg/hari pada
5% tween-80 dalam air. Kelompok uji diberi larutan BREAF 5;10;20 mg/kg/hari pada
5% tween-80 dalam air. Pada hari ke-8 mencit dikorbankan dengan overdosis anestesi.

10. Apakah perlakuan yang diberikan menimbulkan rasa sakit/stress pada hewan coba :
Jika ya, berikan penjelasan cara mengatasi setelah stress/rasa sakit yang
ditimbulkannya :
Pada penelitian ini dilakukan induksi untuk membuat hewan uji mengalami
peradangan. Selain dari peradangan yang ditimbulkan stres pada hewan uji juga dapat
ditimbulkan akibat teknik perlakuan yang salah (Balcombe et al, 2004) maka cara-cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa sakit yang dialami oleh hewan uji selain
dengan rute pemberian induksi yang dilakukan dengan tepat ialah dengan melakukan
pemeliharaan dan manajemen hewan uji yang baik, diantaranya fasilitas pemeliharaan
harus sesusai dengan setiap spesies yang akan dirawat, dirancang dan dioperasikan untuk
memudahkan mengontrol faktor-faktor terkait dengan pemeliharaan hewan, kemudian
fasilitas pemeliharaan dipertahankan dalam kondisi yang baik tetap bersih dan rapih,
serta tersedia lokasi penyimpanan yang memadai dan sesuai untuk makanan, tempat
tidur, dan peralatan. Hewan uji harus dikondisikan dalam lingkungan yang cocok untuk
tingkah laku dan kebutuhan biologis mereka. Pada akhir uji coba jika dirasa selama
perlakuan, hewan akan menderita rasa sakit yang parah atau rasa sakit kronis ataupun
tertekan, yang tidak dapat disembuhkan dengan cepat, maka harus dibunuh secara
manusiawi.

11. Apakah hewan coba yang digunakan sudah pernah dipergunakan untuk penelitian?
Jika pernah, jelaskan untuk penelitian apa dan mengapa digunakan kembali
Tidak pernah.

12. Apakah dengan menggunakan hewan coba dapat memberikan manfaat untuk subyek
yang bersangkutan, uraikan manfaat ini :
Dengan menggunakan hewan coba hasil penelitian dapat memberikan manfaat untuk
pengembangan pengobatan peradangan kronis pada spesies subyek maupun hewan lain.

13. Jika menggunakan hewan sakit jelaskan diagnosa dan siapa yang bertanggung jawab
merawatnya. Bila menggunakan hewan sehat jelaskan cara pemeriksaan
kesehatannya.
Jika menggunakan hewan sakit maka harus dilakukan perawatan hingga keadaan
hewan uji membaik / sehat kembali. Bila menggunakan hewan sehat peneliti harus
merawat dan memastikan kondisi kesehatannya dengan cara pemeriksaan mata, telinga,
dan ekor yang tidak pucat, aktif bergerak, tidak ada luka, yang memang tidak disebabkan
oleh perlakuan, memastikan kondisi pakan, lingkungan, dan kebutuhan biologinya
terpenuhi. Secara umum praktek pemeliharaan dan pengaturan harus dirancang untuk
menyediakan suatu standard pemeliharaan yang tinggi dan harus mengikuti
standar kesejahteraan hewan yang dapat diterima untuk spesies tertentu yang
dilindungi. Dalam menentukan standar pemeliharaan hewan, kriterianya harus
memperhatikan kesejahteraan hewan dibandingkan dengan kemampuan hewan. Standar
untuk perawatan hewan harus dipelihara selama akhir pekan atau libur oleh tenaga yang
berkompeten.

14. Jelaskan bahan/alat yang diberikan/diaplikasikan pada hewan coba

a. Pelet kapas steril: untuk menginduksi inflamasi kronis


b. Dexamethason: diberikan pada kelompok kontrol positif
c. Fraksi etil asetat ekstrak B. racemosa: diberikan pada kelompok perlakuan uji
d. Eter: untuk anestesi
e. Pisau bedah: untuk implantasi pelet kapas
f. water for injection (WFI) yang mengandung streptomisin dan penisilin: untuk
membasahi pelet kapas
g. Jarum sonde: untuk memberikan perlakuan rute peroral
15. Apakah dilakukan dilakukan pembedahan pada hewan coba ? jika ya jelaskan cara
pembedahannya
Pada hewan coba dilakukan pembedahan pada untuk mengeluarkan granuloma
pada mencit pada hari ke-8 setelah penginduksian menggunakan pelet kapas, granuloma
kemudian ditimbang dan dikeringkan pada suhu 60℃ hingga berat konstan. Kemudian
pada uji Hipersensitivitas tipe tertunda (DTH) yang diinduksi Oxazolone telinga mencit
dibedah untuk pemeriksaan histologis, selain itu thimus dan limpa juga dibedah.

16. Bagaimana monitoring setelah dilakukan pembedahan (monitoring pasca operasi) ?


Tidak dilakukan monitoring pasca operasi, karena hewan coba mencit
dikorbankan setelah pengambilan jaringan.

17. Apakah dilakukan Pengambilan jaringan pada hewan coba ? Jika ya,
Apakah dalam penelitian akan dilakukan pengambilan jaringan dalam kondisi hewan
hidup (biopsi) atau dalam keadaan telah dieuthanasi?
Dilakukan pengambilan granuloma pada hewan coba mencit. Pengambilan
granuloma pada hewan coba mencit dilakukan dalam keadaan telah dieuthanasia.

18. Jika dilakukan euthanasi, jelaskan prosedurnya ?


Mencit dieuthanasia dilakukan overdosis dengan senyawa anestesia.

19. Hewan coba setelah dipergunakan untuk penelitian apakah akan


dimusnahkan/euthanasia, jelaskan
Mencit dimusnahkan atau dikorbankan setelah pengambilan granuloma. Mencit juga
tidak dilakukan penanganan pasca operasi.

Jember, 19 April 2020


Peneliti Utama

(Mutiara Dewi Parisa Kinanti)

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ………………..

Panitia Kelaikan Etika Penelitian


Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Jember
Ketua

……………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

Balcombe JP, Barnard ND, Sandusky C. Laboratory routines cause animal stress.
Contemporary Topics. 2004; 43(6): 42 – 51.
Song, H. K., & Hwang, D. Y. 2017. Use of C57BL/6N mice on the variety of
immunological researches. Laboratory Animal Research, 33(2), 119.
doi:10.5625/lar.2017.33.2.119

Anda mungkin juga menyukai