Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional telah dikenal masyarakat Indonesia dan

digunakan sejak dahulu sebagai warisan nenek moyang. Obat tradisional

berupa jamu saat ini masih digunakan masyarakat menengah ke bawah,

selain murah dan mudah didapat obat tradisional memiliki efek samping

yang jauh lebih rendah dibandingkan obat - obat kimia, hal ini disebabkan

efek dari obat tradisional bersifat alamiah, tidak sekeras efek obat kimia.

Tubuh manusia pun relatif lebih gampang menerima obat dari tumbuh -

tumbuhan dibanding obat kimia (Sardjono, 1989 : 20).

Cabe jawa dan lada sering dikategorikan sebagai tanaman obat,

kedua tanaman ini sama - sama mengandung piperin. Tanaman yang

termasuk dalam keluarga piperaceae sangat banyak ditemukan hampir

diseluruh dataran rendah Indonesia, karena tanaman ini tidak tahan

dengan genangan air. Buah cabe jawa (Piper retrofracti fructus)

mengandung zat pedas : piperin, piperidin, chavicine, asam palmitat,

asam tetrahidropiperat, 1-undecylenyl-3, 4-methylenedioxy benzene, N-

isobutyl decatrans-2 trans-4 dienamida, sesamin, eikosadienamida,

eikosatrienamida, guinensia, oktadekadienamida, protein, karbohidrat,

gliserida, tannin, kariofelina, minyak atsiri (Haryanto : 124).

1
2

Cabe jawa merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang

diketahui memiliki efek stimulan terhadap sel - sel syaraf sehingga

meningkatkan stamina tubuh. Efek hormonal atau non hormonal dari

tumbuhan dikenal sebagai afrodisiak. Secara umum kandungan senyawa

tumbuhan yang memiliki efek afrodisiak adalah turunan steroid, saponin,

alkaloid, tannin dan senyawa lain yang dapat melancarkan peredaran

darah (Anwar, 2001).

Buah cabe jawa bermanfaat untuk mengobati kejang perut,

muntah - muntah, perut kembung, disentri, diare, sakit kepala, sakit gigi,

batuk, demam, sukar melahirkan, hidung berlendir dan tekanan darah

rendah. Bagian akar dari cabe jawa berfungsi untuk mengobati perut

kembung, gangguan pencernaan, tidak dapat hamil karena rahim dingin,

membersihkan rahim setelah melahirkan, badan terasa lemah dan stroke.

Bagian daun cabe jawa berfungsi untuk mengobati kejang perut dan sakit

gigi (Haryanto, 2012 : 122).

Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena,

filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan

minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin.

Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah,

selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran

darah. Piperin berupa kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak


3

berbau, tidak berasa, lama - lama pedas, larut dalam etanol, benzene,

kloroform dengan titik lebur 125 C - 126 C (Septiatin, 2008).

Rempah yang bernilai tinggi ini dapat meningkatkan sekresi atau

pengeluaran asam hidroklorik yang berguna membantu meningkatkan

fungsi pencernaan agar terbebas dari resiko sakit perut, kembung, iritasi,

diare dan sembelit. Lada bersifat sebagai peluruh kencing dan

meningkatkan produksi keringat, memiliki efek antibakteri dan

antioksidan. Lada juga merangsang terpecahnya sel - sel lemak sehingga

bisa menjaga tubuh tetap langsing.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan lada putih. Lada putih

diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan - lahan dan

direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan

di sinar matahari (Septiatin, 2008).

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

soxhletasi dan menggunakan pelarut berupa etanol 96 %. Pelarut etanol

digunakan untuk melarutkan zat yang diinginkan dari dalam cabe jawa

dan lada putih. Etanol digunakan karena baik piperin maupun etanol

memiliki kepolaran yang sama yaitu bersifat polar sehingga etanol

mampu melarutkan piperin. Hasil soxhletasi yang berupa ekstrak cair

kemudian diuapkan. Ekstrak kemudian didinginkan dan ditambah KOH

etanolik 10 % untuk memisahkan senyawa resin dengan meminimalkan


4

pembentukan garam sehingga didapat piperin dari alkaloid yang murni.

Hasil disaring dengan kapas untuk memisahkan ekstrak dengan pengotor

atau endapan. Jika digunakan kertas saring sebagai penyaring, maka

susah untuk mendapatkan filtratnya karena resin bersifat lengket jadi

menempel dikertas saring.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan

penelitian untuk mengetahui perbandingan rendemen senyawa piperin

yang terkandung pada cabe jawa dan lada putih melalui penelitian dengan

judul “Perbandingan Rendemen Senyawa Piperin Pada Cabe Jawa

(Piper retrofracti Fructus) dan Lada Putih (Piper albi Fructus)

Dengan Metode Soxhletasi”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada perbandingan rendemen senyawa piperin pada cabe

jawa (Piper retrofracti Fructus) dan lada putih (Piper albi

Fructus)?

2. Senyawa piperin manakah yang lebih banyak antara cabe jawa

(Piper retrofracti Fructus ) dan lada putih (Piper albi Fructus)?


5

1.3 Batasan Masalah

1. Pada penelitian ini yang digunakan adalah cabe jawa (Piper

retrofracti Fructus) dan lada putih (Piper albi Fructus).

2. Metode isolasi yang digunakan adalah soxhletasi.

3. Identifikasi piperin dilakukan secara kromatografi lapis tipis.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbandingan rendemen senyawa piperin yang

terkandung pada cabe jawa (Piper retrofracti Fructus) dan lada

putih (Piper albi Fructus).

2. Mengetahui hasil rendemen senyawa piperin yang lebih besar

antara cabe jawa (Piper retrofracti Fructus) dan lada putih (Piper

albi Fructus).
6

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah tentang manfaat tanaman cabe jawa

(Piper retrofracti Fructus) dan lada putih (Piper albi Fructus) bagi

kesehatan.

2. Memberi informasi tentang adanya kandungan senyawa piperin

pada cabe jawa (Piper retrofracti Fructus) dan lada putih (Piper

albi Fructus).

3. Memberikan informasi tentang kandungan senyawa piperin

manakah yang lebih banyak antara cabe jawa (Piper retrofracti

Fructus) dan lada putih (Piper albi Fructus).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cabe Jawa (Piper retrofracti Fructus)

2.1.1 Sistematika Tanaman

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiosperma

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper retrofracti Fructus (Haryanto, 2012:121)

Cabe jawa adalah tanaman yang banyak dijumpai di Bali, Jawa,

Maluku dengan ketinggian sampai 600 m dpl. Pengembangbiakan cabe

jawa dapat dilakukan secara stek batang dengan panjang stek 30 - 40 cm

sepanjang lebih kurang tiga ruas. Cabe jawa merupakan tumbuhan dengan

batang memanjat, melilit atau melata. Untuk tiang dipakai tanaman hidup

antara lain kelor (Moringa oliefera), gamal (Glyricidia spec), kelapa dan

lain - lain. Tanaman ini perlu dipangkas setinggi 1,5 m dari tanah agar

dapat berbunga (Depkes RI, 1977).

Cabe jawa mempunyai nama latin antara lain cabean, cabe alas,

cabe areuy, cabe jawa, c. sula (Jawa), cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe

7
8

solah (Madura), lada panjang, cabai jawa, cabai panjang, (Sumatra), cabia

(Makasar), long pepper (Inggris) (Haryanto, 2012 : 121).

2.1.2 Morfologi Tanaman

Cabe jawa (Piper retrofracti Fructus) termasuk famili piperaceae

yang tumbuh merambat seperti lada. Karakteristik morfologi tanaman

cabe jawa mirip dengan tanaman lada. Tanaman cabe jawa dapat tumbuh

baik pada ketinggian 1 - 600 m dpl dari daerah pantai sampai di kaki

perbukitan. Suhu yang cocok antara 20º - 34ºC. Kisaran suhu terbaik

adalah 23 - 32ºC dengan suhu rata - rata siang hari 29ºC dan mempunyai

derajat kelembaban 60 – 80 %. Cabe jawa tumbuh didaerah dengan curah

hujan 1500 – 3000 mm / tahun. Cabe jawa dapat tumbuh pada lahan

terbuka atau lahan agak terlindung (radiasi surya 50 – 75 %) (Balitro,

2003).

Tanaman cabe jawa dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah

Andosol, Latosol, Grumosol, Regosol dan Podsolik dengan tekstur tanah

yang mengandung pasir, subur, gembur, porous, drainase yang baik

dengan kemasaman tanah (pH) antara 5,5 – 7,0. Tempat tumbuh tanaman

merambat pada tembok, pagar, pohon lain atau rambatan yang dibuat

khusus. Cabe jawa cocok ditanam di tanah yang tidak lembab dan banyak

mengandung pasir ( Balitro, 2003).


9

2.1.3 Kandungan Kimia

Cabe jawa (Piper retrofracti Fructus) mempunyai beberapa

kandungan senyawa kimia, diantaranya beberapa jenis alkaloida dan

minyak atsiri. Alkaloid paling utama yang terdapat dalam buah cabe jawa

adalah piperin 3 %. Rasa pedas pada buah cabe jawa disebabkan oleh

piperin dan piperanin (Hargono, 1992). Bagian akar cabe jawa

mengandung piperin, piplartine, piperlonguniinine (Haryanto, 2012 : 124)

2.1.4 Khasiat Tanaman

Buah cabe jawa bermanfaat untuk mengobati kejang perut, muntah-

muntah, perut kembung, mulas, sukar buang air besar, disentri, diare,

sakit kepala, sakit gigi, batuk, demam, sukar melahirkan, hidung

berlendir, dan tekanan darah rendah. Bagian akar dari cabe jawa berfungsi

untuk mengobati perut kembung, pencernaan terganggu, tidak dapat

hamil karena rahim dingin, membersihkan rahim setelah melahirkan,

badan terasa lemah, dan stroke. Bagian daun cabe jawa berfungsi untuk

mengobati kejang perut dan sakit gigi (Haryanto, 2012 : 122).


10

2.2 Lada (Piper nigrum L.)

2.2.1 Sistematika Tanaman

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliophyta

Ordo : Piperales

Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper nigrum

Nama binomial : Piper nigrum L. (Tjitrosoepomo, 1998 : 119)

2.2.2 Nama Lain Tanaman

Nama lain Lada (Piper nigrum L.) di daerah yaitu:

Sumatra: Lada (Aceh), leudeu pedih (Gayo), lada (Batak), lada

(Nias), raro (Mentawai), lada kecik (Bengkulu), lade ketek

(Minangkabau), lada (Lampung). Jawa: Lada, pedes (Sunda), ngguru,

saang (Flores), saang (Alor). Kalimantan: Sahang laut (Dayak), Sahang

(Sampit). Sulawesi: Kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa

(Gorontalo), hisang parangen (Sangi), malita sausus, risa (Buol), marica,

(Mandar). Maluku: Oes dai musan, (Wetar), peresan (Laisar). Marisa mau

(Waru), lada (Rumakai), lada (Amahai), marisano (Sepa), lada (Buru),

rica (Sula), rica jawa, rica polulu (Ternate), mica jawa, rica tamelo

(Tidore), Indonesia : Lada hitam (Depkes RI, 1980 : 98).


11

2.2.3 Morfologi Tanaman Lada

Tanaman lada berkayu, memanjat, panjang sampai 15 m, kulit

batang berwarna hijau tua, berakar pada buku - bukunya. Bentuk daun

bermacam - macam, dari bundar, tumpul atau berbentuk biji, sedangkan

ujung lancip. Permukaan atas berwarna hijau gelap, kuat, menjangat,

panjang 8 - 20 cm, lebar 5 - 15 cm, terdapat bintik - bintik kelenjar yang

rapat, panjang tangkai 7,5 - 8 cm. Perbungaan berupa bulir yang

menggantung, panjang sampai 25 cm, panjang gagang 1 - 3,5 cm,

berdaun pelindung yang bentuknya lonjong menggalah, panjang 4 - 5

mm, lebar 1 mm. Benang sari dua helai, tangkai sari tebal. Kepala putik

2-5, umunya 3 - 4. Buah buni, bulat atau agak elip, buah muda berwarna

hijau tua kemudian menjadi merah dan akhirnya hitam, gundul, panjang

lebih kurang 4 mm (Depkes RI, 1980 : 99).

2.2.4 Kandungan Kimia

Rasa pedas lada diakibatkan oleh adanya zat piperin, piperanin, dan

chavicin yang merupakan persenyawaan dari piperin dengan semacam

alkaloid. Chavicin banyak terdapat dalam daging biji lada (mesocarp) dan

tidak akan hilang walaupun biji yang masih berdaging dijemur hingga

lebih pedas dibanding lada putih (Rismunandar, 2003).

Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa

amida basa lemah yang dapat membentuk garam dan asam mineral kuat.

Tumbuhan yang termasuk jenis piper selain mengandung 5 – 9 % piperin


12

juga mengandung minyak atsiri berwarna kuning berbau aromatis

senyawa berasa pedas (kavisin), amilum, resin, dan protein. Piperin

berupa kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak

berasa tetapi lama kelamaan terasa pedas (Bruneton, 1999).

2.2.5 Khasiat Tanaman

Tanaman lada memiliki beberapa kegunaan di antaranya untuk

kesehatan, pengobatan tradisional maupun modern. Khasiat tanaman lada

antara lain sebagai stimulan pengeluaran keringat (diaforetik),

pengeluaran angin (karminatif), peluruh air kencing (diuretik),

peningkatan nafsu makan, peningkatan aktivitas kelenjar pencernaan dan

percepatan pencernaan zat lemak. Selain itu, biji lada pun dapat dipakai

untuk ramuan obat reumatik. Bahkan, banyak yang memanfaatkan bubuk

lada sebagai obat kuat fisik setelah dicampur telur ayam setengah matang.

Bubuk lada pun dapat dicampur dengan madu sebagai ramuan peningkat

vitalitas (Rismunandar, 2003).

2.2.6 Macam - macam Lada

Lada termasuk jenis rempah yang banyak diperdagangkan dunia

dan sangat diperlukan baik di negara produsen maupun di negara

pengimpor. Lada diperlukan untuk industri makanan dan industri obat-

obatan. Lada diperoleh dari buah tanaman lada (Piper nigrum L.) yang

dapat dibedakan menjadi lada hitam dan lada putih. Kualitas lada hitam

dan putih ditentukan oleh beberapa faktor seperti cara pemetikan buah,
13

cara pengolahannya hingga penyimpanan hasil akhir. Lada putih berasal

dari buah lada yang dipetik pada saat matang penuh, kemudian dilepaskan

kulitnya dengan cara merendam dalam air yang mengalir lalu dikeringkan

di bawah sinar matahari. Berbeda dengan lada hitam yang dipetik pada

saat matang petik (kulit masih hijau) dan langsung dijemur tanpa

direndam terlebih dahulu (Siswoputranto, 1976).

Sampai saat ini Indonesia terkenal dengan Lampong Black Pepper

dan Muntok White Pepper. Lada putih banyak dihasilkan didaerah

Bangka sedangkan lada hitam banyak terdapat didaerah Lampung. pada

saat ini hasil tanaman lada diseluruh dunia diperjualbelikan dalam bentuk

lada putih, lada hitam, lada bubuk, minyak atsiri dan oleoresin

(Rismunandar, 1990).

2.3 Piperin

Piperine mempunyai daya antipiretik, analgesik, antiinflamasi dan

menekan susunan saraf pusat (Haryanto, 2012 : 124). Piperin, rumus

molekul C H NO , suatu komponen dari lada hitam (Piper nigrum) telah

digunakan dalam pengobatan tradisional dan juga digunakan sebagai

insektisida. Piperin mempunyai efek pada enzim pemetabolisme obat

dalam tubuh manusia, dipasarkan dengan nama dagang Bioperin

sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan ketersediaan hayati


14

berbagai macam diet suplemen, terutama kurkumin, salah satu komponen

aktif kunyit (Curcuma longa), (Satyajit, 2009).

Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa

amida basa lemah yang dapat membentuk garam dengan asam mineral

kuat. Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan

baik dari lada hitam maupun lada putih. Piperin juga dapat ditemukan

pada cabe jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5 – 92 %

(Anwar,dkk.1994).

2.4 Soxhletasi

Soxhletasi adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan

dengan cara serbuk simplisia di tempatkan dalam wadah atau selongsong,

kemudian kertas saring dan cairan penyari dipanaskan dalam labu alas

bulat, penyari yang digunakan adalah etanol. Etanol digunakan karena

baik piperin maupun etanol memiliki kepolaran yang sama yaitu bersifat

polar. Soxhletasi merupakan proses yang digunakan untuk menghasilkan

ekstrak cair yang akan dilanjutkan dengan penguapan.

Prinsip kerja soxhletasi adalah uap cairan penyari yang dipanaskan

akan naik ke atas melalui pipa samping kemudian diembunkan kembali

oleh kondensor, kemudian cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi

serbuk simplisia sehingga pada akhirnya cairan akan kembali ke labu

(Depkes RI, 1986).


15

Keuntungan soxhletasi :

a. Cairan penyari yang digunakan lebih sedikit dan langsung diperoleh

hasil yang pekat.

b. Serbuk simplisia dilarutkan dalam cairan penyari murni sehingga

menyari zat aktif lebih banyak.

c. Penyari dapat ditentukan sesuai kebutuhan.

Kerugian soxhletasi :

a. Larutan dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan

panas kurang cocok dengan metode ini. Hal ini bisa diperbaiki dengan

menambah peralatan untuk tekanan udara.

b. Cairan penyari dipanaskan terus menerus sehingga cairan penyari yang

baik adalah cairan azeotrop.

Gambar 3. Alat soxhletasi


16

2.5 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis merupakan metode pemisahan fisiokimia,

untuk memisahkan senyawa secara tepat, prosedurnya sederhana, mudah

dideteksi walaupun tidak secara langsung dan memelukan jumlah culikan

yang sedikit. Lapisan terdiri dari bahan tidak berbutir - butir sebagai fase

diam ditempatkan pada penyangga berupa larutan yang ditotolkan seperti

pita atau bercak (Stahl, 1985 : 3).

Prinsip KLT adalah pemisahan komponen kimia berdasarkan

prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben)

dan fase gerak (eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase

gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia

tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan

yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemisahan (Stahl, 1985 : 7).

a. Fase diam (lapisan penjerap)

Pemisahan fase diam mempunyai persyaratan, diantaranya : fase

diam tidak boleh larut dalam fase gerak, harus homogen apabila

diratakan, mempunyai daya adhesi terhadap lempeng, tidak boleh

menimbulkan reaksi yang merubah struktur senyawa yang diserap atau

apabila bereaksi harus reversibel dan sebaiknya tidak berwarna guna

memudahkan deteksi. Fase diam yang biasa digunakan adalah silica gel,
17

alumunium oksida, kieselguhr, selulosa dan turunannya, poliamid dan

lain – lain (Stahl, 1985 : 4).

b. Fase gerak (pelarut pengembang)

Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri dari satu atau

beberapa pelarut. Pelarut bergerak dalam fase diam yang dipengaruhi oleh

suhu lapisan berpori, adanya gaya kapiler, pelarut bertingkat analitik

(Stahl, 1985 : 6)

Rf adalah simbol yang menyatakan kecepatan rambat suatu

senyawa pada sistem kromotografi lapis tipis. Harga Rf ditentukan oleh

jarak rambat suatu senyawa titik awal dan dapat digunakan untuk

mengidentifikasi senyawa yang dianalisis.

! "# $ % & '


Rf
( ! %# )% & '

Faktor-faktor yang mempengaruhi bercak dan harga Rf dari KLT

antara lain : struktur kimia senyawa yang dipisahkan, sifat dari fase diam

derajatnya aktivitasnya, tebal dan kerataan fase diam, tingkat kemurnian

fase gerak, tingkat kejenuhan uap dalam bejana pengembang yang

digunakan, jumlah cuplikan yang digunakan, teknik percobaan, suhu dan

kesetimbangan (Sastrohamidjojo, 1991).


18

2.6 Hipotesis

Adanya perbandingan rendemen senyawa piperin pada cabe jawa

(Piper retrofractum Fructus) dan lada putih (Piper albi Fructus).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perbandingan rendemen senyawa

piperin pada cabe jawa (Piper retrofracti Fructus) dan lada putih (Piper

albi Fructus) dengan metode soxhletasi. Tanaman cabe jawa dan lada

putih diperoleh dari pedagang di pasar pagi Tegal.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Cabe jawa yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang

berwarna coklat kehitaman, sudah dikeringkan dan diserbuk sedangkan

lada putih yang digunakan yang berwarna putih yang kemudian disebuk.

Pada penelitian ini subyek penelitian dipilih secara acak atau

random dengan tetap memperhatikan jenisnya yang kemudian diisolasi

dengan metode soxhletasi.

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbandingan senyawa

piperin pada cabe jawa dan lada putih.

19
20

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah rendemen kandungan

senyawa piperin dan Kromatografi Lapis Tipis pada cabe jawa dan

lada putih .

3. Variabel Terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah jenis tanaman, lokasi

pengambilan, waktu pengambilan, soxhletasi.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1 Cara Pengambilan Data

1. Metode pengumpulan data menggunakan alat eksperimen.

2. Metode analisis data menggunakan uji statistik analisa deskriptif.

3.4.2 Alat dan Bahan

a. Alat

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass

250 ml, labu alas bulat 500 ml, kondensor, corong pisah 500 ml, pipa

alonga, selang klem statif, vial, chamber, plat KLT, erlenmeyer,

batang pengaduk, labu soxhlet, kapas, kertas saring, cawan petri,

statif, klem, selang, kompor spritus, neraca, pipa T.


21

b. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabe jawa

(Piper retrofracti Fructus), lada putih (Piper albi fructus), etanol

96%, KOH etanolik 10 %, etanol dingin, toluene, etil asetat dan silika

gel.

3.5 Jalannya Penelitian

1. Identifikasi Tanaman

Memastikan kebenaran sampel cabe jawa dan lada putih dengan

menyesuaikan ciri – ciri organoleptis dengan kepustakaan.

2. Pengambilan Bahan

Cabe jawa dan lada putih yang digunakan untuk penetapan

rendemen kandungan piperin dibeli langsung dari pasar pagi Tegal.

3. Pembuatan serbuk

Cabe jawa sebanyak 150 gram dan lada putih sebanyak 150 gram

yang akan digunakan dicuci bersih lalu dikeringkan di bawah sinar

matahari. Pengeringan dilakukan sampai mendapatkan berat

simplisia yang konstan, kemudian diserbuk halus.

4. Isolasi Piperin

Isolasi piperin dilakukan dengan metode soxhletasi dengan pelarut

etanol 96 %. Memasukkan serbuk cabe jawa seberat 40 gram dalam

selongsong kertas saring. Soxhletasi dengan pelarut etanol 96 %


22

dilakukan sampai 2 kali sirkulasi,selama kurang lebih 6 kali sirkulasi

hingga mendapat ekstrak cair yang didapatkan lalu diuapkan dengan

destilasi sampai pelarut benar - benar telah menguap dan menjadi

ekstrak kental. Dinginkan kurang lebih sampai suhu kamar kemudian

tambahkan sedikit demi sedikit 10 ml KOH etanolik 10 % sambil

diaduk perlahan. Saring dengan kapas, simpan filtrat dalam beaker

glass kecil, tutup dengan plastik kemudian simpan dalam almari es

semalam. Timbang kertas saringnya terlebih dahulu, kemudian hasil

ekstrak disaring bersamaan dengan kertas saring tersebut. Cuci kristal

dengan etanol dingin sedikit demi sedikit, lalu keringkan dalam oven

selama 45 menit dengan suhu 40, C. Timbang kertas saring dengan

kristal, letakkan kristal kedalam cawan petri, dan timbang juga kertas

saring dengan sisa. Hitung rendemen dan analisa KLT.


23

Masukkan serbuk cabe jawa seberat 40 gram dalam selongsong kertas saring.

Soxhletasi dengan pelarut etanol 96 % dilakukan sampai 2 kali sirkulasi, selama


kurang lebih 6 kali sirkulasi hingga mendapat ekstrak cair.

Ekstrak cair diuapkan dengan destilasi sampai pelarut benar - benar telah menguap
dan menjadi ekstrak kental.

Dinginkan kurang lebih sampai suhu kamar kemudian tambahkan sedikit demi
sedikit 10 ml KOH etanolik 10 % sambil diaduk perlahan.

Saring dengan kapas simpan filtrat dalam beaker glass kecil, tutup dengan plastik
kemudian simpan dalam almari es semalam.

Timbang kertas saringnya terlebih dahulu, kemudian hasil ekstrak disaring


bersamaan dengan kertas saring tersebut.

Cuci kristal dengan etanol dingin sedikit demi sedikit, lalu keringkan dalam oven
selama 45 menit dengan suhu 40, C.

Timbang kertas saring dengan kristal, letakkan kristal kedalam cawan petri dan
timbang juga kertas saring dengan sisa.

Hitung rendemen dan analisa KLT.

Skema 1. Pembuatan ekstrak cabe jawa dengan metode soxhletasi.


Keterangan : Langkah yang sama di lakukan untuk serbuk lada putih.
24

5. Identifikasi KLT

Setelah didapatkan kristal dan diketahui rendemennya kemudian

dilakukan identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis. Dengan

cara memasukkan plat KLT ke dalam oven - 3 menit. Kemudian

membuat garis batas bawah dan garis batas atas dengan jarak 10 cm.

Mengisi fase gerak (toluen : etil asetat dengan perbandingan 70 : 30)

di dalam chamber dan dijenuhkan menggunakan kertas saring.

Ekstrak yang didapatkan ditotolkan pada garis batas bawah plat KLT

dan dimasukkan dalam bejana yang telah jenuh dan berisi fase gerak.

Setelah itu tunggu fase gerak naik hingga mencapai garis batas atas

plat KLT, kemudian angkat dan diamkan sampai mengering.

Selanjutnya plat KLT dilihat di bawah sinar UV dan menghitung Rf.


25

Oven plat KLT - 3 menit.

Membuat garis batas bawah dan batas atas dengan jarak 10 cm

Mengisi fase gerak (toluen : etil asetat dengan perbandingan 70 : 30) di dalam
chamber dan dijenuhkan menggunakan kertas saring.

Menotolkan hasil ekstrak soxhletasi pada garis batas bawah plat KLT.

Memasukkan plat KLT ke dalam bejana KLT yang telah jenuh berisi fase gerak.

Menunggu hingga fase gerak mencapai garis batas atas plat KLT.

Angkat plat KLT dan tunggu sampai kering.

Melihat dibawah sinar UV.

Hitung Rf dan hRf

Skema 2. Identifikasi KLT.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan rendemen

senyawa piperin cabe jawa dan lada putih. Sehingga diketahui mana yang

paling banyak menghasilkan rendemen piperin. Simplisia yang akan

digunakan diserbuk terlebih dahulu dan ditimbang kemudian di

soxhletasi. Rendemen piperin cabe jawa dan lada putih dapat dilihat pada

tabel berikut.

Berat Sampel Berat Sampel


Replikasi Rendemen Rendemen
Cabe Jawa Lada Putih

1 40,11 g 0,8 % 36,83 g 0,95 %

2 39,99 g 1,20 % 40,04 g 1,32 %

3 39,73 g 1,15 % 40,10 g 0,62 %

Rata-rata 39,94 g 1,05 % 38,99 g 0,96 %

Tabel 1. Berat dan rendemen simplisia cabe jawa dan lada putih

Simplisia yang telah kering dan diserbuk kemudian di soxhletasi

menggunakan penyari etanol 96 % sebanyak 2 kali sirkulasi. Hal yang

perlu diperhatikan dalam soxhletasi adalah sirkulasi yang terjadi pada

proses soxhletasi. Semakin banyak sirkulasi yang terjadi maka ekstrak

yang diperoleh semakin pekat. Disamping proses pengeringan dan

26
27

sirkulasi, hal lain yang perlu diperhatikan adalah cara pengisian bahan

yang diusahakan jangan terlalu mampat atau terlalu penuh pada saat

memasukkan ke dalam kertas solongsong, serta ukurannya jangan terlalu

besar agar jalannya sirkulasi tidak terhambat.

Pada identifikasi organoleptis yang dilakukan meliputi bentuk, bau,

warna, dan rasa dapat diketahui bahwa kandungan dari cabe jawa dan

lada putih benar – benar senyawa piperin karena sesuai dengan pustaka,

yaitu :

Hasil Bentuk Bau Warna Rasa

Kristal Tidak Tidak berasa


Pustaka Kuning
jarum berbau lama-lama pedas

Piperin Kristal Tidak Tidak berasa


Kuning
cabe jawa jarum berbau lama-lama pedas

Piperin Kristal Tidak Tidak berasa


Kuning
lada putih jarum berbau lama-lama pedas

Tabel 2. Identifikasi organoleptis piperin


28

Hasil rendemen piperin dari ekstrak yang telah disaring dengan

kertas saring, diperoleh berat dan rendemen piperin sebagai berikut.

Berat Piperin Berat Piperin


Replikasi Rendemen Rendemen
Cabe Jawa Lada putih

1 0,33 g 0,8 % 0,35 g 0,95 %

2 0,48 g 1,20 % 0,53 g 1,32 %

3 0,46 g 1,15 % 0,25 g 0,62 %

Rata-rata 0,42 g 1,05 % 0,37 g 0,96 %

Tabel 3. Berat dan rendemen piperin pada cabe jawa dan lada putih

Dapat dilihat dari hasil data rendemen diatas cabe jawa mempunyai

nilai rata – rata 1,05 % sedangkan hasil rendemen pada lada putih

mempunyai nilai rata – rata 0,96 % sehingga dapat disimpulkan bahwa

hasil rendemen dari ekstrak cabe jawa mengandung lebih banyak piperin

dibandingkan dengan lada putih.

Metode analisis data menggunakan uji statistik deskriptif, metode

ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari data yang diperoleh. Dengan

perhitungan uji statistik analisa deskriptif pada SPSS didapatkan data

sebagai berikut.
29

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


cabe_jawa 3 ,01 ,01 ,0105 ,00218
lada_putih 3 ,01 ,01 ,0096 ,00350
Valid N (listwise) 3

Tabel 4. Data Statistik Analisa Deskriptif

Hasil dari data deskriptif di atas dapat membandingkan rendemen

antara cabe jawa dan lada putih yang dilakukan untuk penelitian. Pada

hasil rendemen cabe jawa mempunyai nilai rata – rata yaitu 0,0105

sedangkan hasil rendemen lada putih mempunyai nilai rata – rata yaitu

0,0096 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil rendemen dari simplisia

cabe jawa yang mempunyai nilai rata – rata lebih besar dibandingkan

hasil rendemen lada putih.

Untuk mengetahui piperin yang ada dalam kristal dapat dilakukan

identifikasi secara KLT dengan cara plat yang sudah ditotolkan kristal

yang dilanjutkan dengan cara dijenuhkan kedalam fase gerak kemudian

dikeringkan dilihat di bawah sinar UV dan menghitung Rf. Data Rf

senyawa piperin diperoleh sebagai berikut.


30

Rf
Replikasi
Cabe Jawa Lada Putih Standar Cabe Jawa Standar Lada Putih

1 0,5 0,53 0,55 0,57

2 0,56 0,48 0,59 0,45

3 0,55 0,58 0,575 0,56

Rata-rata 0,54 0,53 0,57 0,52

Tabel 5. Rf senyawa piperin pada cabe jawa dan lada putih

Dari hasil Rf kandungan senyawa kristal pada cabe jawa

mempunyai nilai rata – rata 0,54 dan lada putih mempunyai nilai rata –

rata 0,53 dapat disimpulkan bahwa di dalam kristal cabe jawa dan lada

putih mengandung senyawa piperin, karena tidak jauh dari Rf standarnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan :

1. Isolasi piperin pada penelitian ini menggunakan proses soxhletasi

dengan pelarut etanol 96 % karena piperin dan etanol sama – sama

bersifat polar.

2. Ada pengaruh terhadap rendemen senyawa piperin hasil soxhletasi.

3. Di antara kedua simplisia yaitu cabe jawa dan lada putih yang

memiliki rendemen senyawa piperin yang lebih banyak adalah cabe

jawa (Piper retrofracti Fructus).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil peelitian di atas maka penulis menyarankan :

1. Dilakukan penelitian dengan menggunakan metode lain atau sampel

lain.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa piperin sebagai

bahan obat tradisional.

31

Anda mungkin juga menyukai