Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia lada atau merica sangat banyak ditemukan hampir seluruh dataran
rendah di Indonesia, dikarenakan tanaman ini tidak tahan dengan genangan air.
Lada atau merica adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan tanaman
Piper nigrum L. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal
luas sebagai komoditi perdagangan penting di dunia. Banyak orang yang belum tau
bahwa sebenarnya lada hitam memiliki kandungan bahan kimia yang dapat
digunakan dalam berbagai hal seperti kandungan minyak atsiri yang dapat
digunakan sebgai parfum dan piperin. Piperin merupakan suatu senyawa yang
sangat bermanfaat dalam kesehatan, misalnya piperin berkhasiat sebagai obat
cacing, anti asma, dan anti nyeri. Piperin banyak ditemukan pada simplisia yang
termasuk dalam keluarga piperaceae, yaitu pada piperis nigrii fructus, piperis albi
fructus, piperis retrofracti fructus. (Wulandari, 2012)

Piperin merupakan senyawa metabolit sekunder yang diperoleh dari buah lada
dengan cara isolasi. Isolasi adalah pengambilan suatu senyawa tertentu yang
terkandung dalam suatu bahan alam. Pada percobaan ini digunakan cara isolasi
piperin dengan metode ekstraksi sokhletasi menggunakan pelarut organik (etanol).
Hasil dari ekstraksi ini kemudian dicari titik lelehnya dan didegradasi
(rekristalisasi) untuk mendapatkan senyawa piperixdin. (Wulandari, 2012)

1.2 Tujuan Percobaan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 1

FTI - ITATS
1. Untuk mengetahui kadar piperin yang didapatkan dari ekstraksi lada
hitam.
2. Untuk mengetahui titik leleh dari piperin lada hitam.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 2

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 2

FTI - ITATS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lada Hitam


Tanaman lada ditemukan pertama kali di daerah Western Ghast, India. Tanaman
lada ditemukan tumbuh liar di daerah pegunungan Assam (India) dan utara Burma.
Tanaman ini kemudian mulai dibudidayakan dan menjadi barang berharga ketika
mulai diintroduksi ke Eropa dan dikenal oleh bangsa Yunani dan Romawi kuno.
Seorang filsafat Yunani bernama Theophratus (372-278 B.C) yang dikenal sebagai
Bapak Botani menyebutkan dua tipe lada yang digunakan di Yunani dan Romawi
yaitu black pepper (lada hitam), Piper nigrum dan long pepper (lada panjang),
Piper longum. Lada kemudian menyebar dari Malabar (India) ke daerah Eropa dan
Asia termasuk Indonesia. Lada kemungkinan masuk ke Indonesia dibawa oleh
masyarakat Hindu ke daerah Jawa antara 100 B.C dan 600 A.D. (Purseglove et al.,
1981).
Sentra produksi lada di Indonesia adalah daerah Lampung, Sumatera Selatan dan
Kepulauan Bangka Belitung. Kedua daerah ini memproduksi kurang lebih 90% dari
produksi lada di Indonesia. Daerah penghasil lada lainnya yaitu Bengkulu, Aceh,
Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan
Sulawesi Selatan. Lada di Indonesia sangat penting dalam rasa khas bumbu dapur,
oleh karena itu penghasil lada di Indonesia sangat berlimpah. (Mustika, 1990)
Lada hitam yaitu buah yang belum masak dikeringkan bersama kulitnya hingga
kulit keriput dan berwarna kehitaman. Lada hitam memiliki rasa pedas dan aroma
yang khas. Rasa pedas tersebut karena adanya zat piperin, piperanin, dan chavicine.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 3

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 3

FTI - ITATS
Piperine (C17H19O3N) adalah unsur utama yang terdapat pada lada hitam (Piper
nigrum L). Piperin bermanfaat dalam menyembuhkan beberapa penyakit seperti
sakit tenggorokan, sakit kepala, dan penyakit kulit. Konsentrasi piperin sekitar 6%-
9% di dalam piper nigrum L, 4% di dalam piper longum dan 4.5% di dalam piper
retrofractum. (Menurut Amaliana, 2008), piperin mempunyai titik didih 130°C dan
memberikan rasa yang pedas. Sedangkan aroma dari biji lada akibat adanya minyak
atsiri, yang terdiri dari beberapa jenis minyak terpene.
Ciri-ciri morfologi tanaman lada hitam antara lain merupakan tanaman semak
belukar, herba, berbatang kecil menjalar dan bunganya majemuk berbentuk bulir
dan menggantung. Tanaman ini mempunyai karakter kimia mengandung asam
amida atau disebut juga piperin. yang pada umumnya dimiliki oleh beberapa
spesies dalam famili Piperaceae, dan mengandung minyak atsiri. (Heinrich, 2003)
Tabel 2.1 Kedudukan Tanaman Lada Hitam dalam Taksonomi

Kingdom Plantae
Diviso Spermatophya
Subdivisio Angiospermae
Class Monocotyledoneae
Subclass Monochlamiade (Apetalae)
Ordo Piperales
Famili Piperaceae
Genus Piper
Spesies Piper nigrum L

(Tjitrosoepomo, 2004)

2.2 Senyawa Piperin

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 4

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 4

FTI - ITATS
Kandungan lada hitam sangat beranekaragam dan piperin merupakan kandungan
utama, serta kavisin yang merupakan isomer dari piperin. Piperin adalah senyawa
alkaloid yang paling banyak terkandung dalam lada hitam dan semua tanaman yang
termasuk dalam famili Piperaceae. Senyawa amida (piperin) berupa kristal
berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan
pedas, larut dalam etanol, asam cuka, benzena, dan kloroform. (Amaliana, 2008)
Piperin memiliki manfaat sebagai anti-inflamasi, antiarthritik, analgesik,
depresan sistem safaf pusat dan anticonvulsan. Kombinasi zat-zat yang terkandung
mengakibatkan lada hitam memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik.
Kandungan zat yang memberikan warna, bau dan aroma dalam lada hitam adalah
α-terpinol, acetophenone, hexonal, nerol, nerolidol, 1,8 cineol, dihydrocarveol,
citral, α-pinene dan piperolnol. Piperin memiliki banyak efek farmakologi yaitu
sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor, antikanker dan meningkatkan
efek antioksidan sel. (Lisnawati, 2004)
Piperin mampu melindungi sel dari kanker dengan mengikat protein di
mitokondria sehingga memicu apoptosis tanpa merusak sel-sel yang normal melalui
peningkatan aktivitas enzim antioksidan seperti superoxide dismutase, catalase dan
glutathione peroxidase. (Meghwal, 2012)

2.3 Isolasi
Isolasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan senyawa yang terdapat
dalam bahan alam untuk memperoleh atau mengambil satu senyawa yang
diinginkan. Misalnya, tumbuhan mengandung ribuan senyawa sebagai metabolit
primer dan metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami
mengisolasi senyawa metabolit sekunder, karena dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Isolasi dapat dilakukan berbagai macam metode, salah satunya
Laboratorium Dasar Teknik Kimia 5

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 5

FTI - ITATS
yaitu ekstraksi padat cair dengan menggunakan metode ekstraksi sokhletasi.
(Khamidinal, 2009)

2.4 Sokhletasi
Prinsip ekstraksi adalah melarutkan minyak atsiri dalam bahan dengan pelarut
organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam wadah
(ketel) yang disebut extractor. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya
digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan
dengan uap dan air, terutama untuk mengekstrak minyak dari bunga) bungaan
misalnya bunga cempaka, melati, mawar, kenanga, lily dan lain-lain. Pelarut yang
biasanya digunakan dalam ekstraksi yaitu: petroleum eter, benzena, dan alkohol.
(Munawaroh, 2010, hal: 74)
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada
padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan
terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga diiris menjadi bagian
yang kecil atau tipis, kemudian padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas
saring. Padatan yang telah terbungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat
ekstraksi sokhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam labu bundar, kemudian
peralatan dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi dilakukan
dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak. (Khamidinal,
2009, hal: 138)
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua
fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik.
Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 6

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 6

FTI - ITATS
kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan pada pekerjaan
preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di laboratorium.
Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling sederhana), alat
ekstraksi sokhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig.
(Alimin, 2007, hal: 51)
Menurut (Munawaroh, 2010, hal: 75), bahwa syarat pelarut yang digunakan
sebagai berikut:
a. Harus dapat melarutkan semua zat wangi bunga dengan cepat dan
sempurna, dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti: lilin, pigmen, serta
pelarut harus bersifat selektif.
b. Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah
diuapkan tanpa menggunakan suhu tinggi.
c. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
d. Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen
minyak bunga.
e. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam dan jika diuapkan
tidak akan tertinggal dalam minyak.
f. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar.

2.5 Destilasi
Destilasi sering digunakan untuk memurnikan senyawa-senyawa yang
mempunyai titik didih berbeda. Senyawa dalam bentuk cair dipanaskan dan saat
titik didih senyawa dengan titik didih lebih rendah tercapai, uapnya akan
diembunkan (dikondensasi) dan dikumpulkan. (Bresnick, 2003, hal: 95)
Kristalisasi dari larutan terdiri dari dua fenomena yang berbeda yaitu:
pembentukan inti kristal/nukleasi (nucleation) dan pertumbuhan kristal (crystal
growth). Baik nukleasi maupun pertumbuhan kristal memerlukan kondisi

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 7

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 7

FTI - ITATS
supersaturasi dari larutannya. Supersaturasi didefinisikan sebagai perbedaan antara
konsentrasi aktual dalam larutan dan konsentrasi dimana fasa cair secara
termodinamik berkesetimbangan dengan fasa padat (kelarutan). (Setyopratomo,
2003, hal: 18)

2.6 Rekristalisasi
Pengkristalan kembali (rekristalisasi) melibatkan pemurnian suatu zat padat
dengan jalan melarutkan zat padat tersebut, mengurangi volume larutannya dengan
pemanasan dan kemudian mendinginkan larutan. Memanaskan larutan, pelarut akan
menguap hingga larutan mencapai titik lewat jenuh. Saat larutan dalam keadaan
dingin maka, kelarutan larutan akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai
mengendap. Agar kristalisasi berjalan baik, kotoran setidak-tidaknya harus dapat
larut dalam pelarut untuk kristalisasi atau mempunyai kelarutan lebih besar
daripada senyawa yang diinginkan. Apabila hal ini tidak terpenuhi kotoran akan
ikut mengkristal bersama senyawa yang diinginkan. (Bresnick, 2003, hal: 96)
Rekristalisasi digunakan untuk memisahkan dua campuran senyawa untuk
memisahkan dua campuran senyawa atas dasar perbedaan kelarutan pada suhu yang
berbeda. Pertama, larutan dipanaskan terlebih dahulu sampai mendidih. Kemudian
larutan disaring dengan penyaring buchener dalam keadaan panas. Kemudian filtrat
didinginkan sampai terbentuk endapan di dasar tabung erlenmeyer. Setelah
terbentuk endapan, endapan dapat dipisahkan dengan cara disaring menggunakan
kertas saring. Selanjutnya endapan dapat dikeringkan menggunakan oven. Setelah
kristal kering, dapat digunakan untuk percobaan selanjutnya. (Khamidinal, 2009,
hal: 137-138)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 8

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 8

FTI - ITATS
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Skema Percobaan

Ditimbang 25 gr serbuk lada hitam pada kertas saring

Dimasukkan serbuk lada hitam yang sudah dibungkus kertas saring pada sokhlet

Ditambahkan 150 mL etanol 96% dan ekstraksi sampai 7 kali recycle

Dipekatkan larutan ekstrak yang diperoleh di penangas air

Ditambahkan 60 mL larutan KOH alkoholik 30% dan diaduk secara perlahan, diamkan selama 6 jam

Dipisahkan kristal yang terbentuk dari endapan, akan diperoleh kristal berwarna kuning

Gambar 3.1 Skema Percobaan Isolasi Lada Hitam


Ditentukan titik leleh piperin

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 9

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 9

FTI - ITATS
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Sokhlet : 1 buah
2. Labu bundar : 1 buah
3. Penangas air : 1 buah
4. Kertas saring : 1 buah
5. Spatula : 1 buah
6. Refluk kondensor : 1 buah
7. Beaker glass 250 mL : 1 buah
8. Gelas ukur 50 mL : 1 buah
9. Erlenmeyer buchner : 1 buah
10. Erlenmeyer 100 mL : 1 buah
11. Corong buchner : 1 buah
12. Pompa vakum : 1 buah
13. Melting point tester : 1 buah
14. Timbangan : 1 buah

3.2.2 Bahan
1. Serbuk Lada Hitam Pasar : 25 gram
2. Etanol 96% : 150 mL
3. KOH alkoholik 30% : 120 mL
4. Larutan HCl 6 M : 10 mL
5. Aquadest : 5 mL

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 10

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 10

FTI - ITATS
3.3 Gambar Alat

Gambar 3.2 Sokhlet Gambar 3.3 Labu Bundar

Gambar 3.4 Penangas Air Gambar 3.5 Kertas Saring

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 11

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 11

FTI - ITATS
Gambar 3.6 Spatula Gambar 3.7 Refluks Kondensor

Gambar 3.8 Beaker Glass 250 mL Gambar 3.9 Gelas Ukur 50 mL

Gambar 3.10 Erlenmeyer Buchner Gambar 3.11 Erlenmeyer 100


mL

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 12

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 12

FTI - ITATS
Gambar 3.12 Corong Bucher Gambar 3.13

Gambar 3.14 Pompa Vakum Gambar 3.15 Melting Point


Tester

Gambar 3.16 Timbangan

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 13

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 13

FTI - ITATS
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Isolasi Piperin

Percobaan Hasil Percobaan

Berat Kristal 0,02 gram

% Rendemen 0,08%

Titik leleh piperin 126,8 °C

4.2 Pembahasan
Salah satu metode pemisahan kimia adalah menggunakan metode ekstraksi.
Ekstraksi adalah cara untuk memisahkan atau mengambil suatu komponen-
komponen kimia yang berada dalam suatu sampel dengan menggunakan pelarut.
Ekstraksi didasarkan pada perbedaan sifat kelarutan suatu senyawa organik di
dalam suatu cairan pelarut yang tidak saling bercampur. Senyawa yang bersifat
polar umumnya dapat larut dalam air karena jenis ikatan yang sama, sementara
senyawa organik yang bersifat non polar umumnya tidak dapat larut alam pelarut
air atau pelarut polar. Jenis-jenis ekstraksi terbagi dua yaitu ekstraksi dingin atau
maserasi dan ekstraksi panas misalnya dengan ekstraksi sokhlet. Perbedaan dari
kedua jenis ekstraksi ini adalah terletak pada tekniknya saja dimana untuk ekstraksi
dingin tidak menggunakan proses pemanasan pada sampel melainkan dengan cara
merendam sampel dalam pelarut. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan
pemanasan, contohnya menggunakan sokhlet.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 14

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 14

FTI - ITATS
Pada praktikum percobaan isolasi piperin dari lada hitam metode yang
digunakan adalah metode ektraksi continue atau terus menerus menggunakan
ekstraksi sokhlet. Metode ekstraksi continue yang dilakukan bertujuan untuk
memperoleh hasil ekstrak yang lebih murni lagi. Pada praktikum percobaan kali ini
lada yang digunakan harus disangrai dan dihaluskan hingga terbentuk serbuk lada
yang halus. Lada halus kemudian ditimbang sebanyak 25 gram dan kemudian
dibungkus dengan kertas saring. Tujuan penghalusan lada hitam adalah agar zat-zat
yang terkandung di dalam lada hitam mudah melarut dalam pelarut yang
digunakan. Hal ini dikarenakan semakin halus serbuk, maka kelarutan akan
semakin tinggi yang menyebabkan semakin banyaknya terjadi kontak dengan
pelarut, sehingga semakin banyak zat yang terbentuk dan semakin efisien proses
pemisahan atau ekstraksi yang terjadi. Kertas saring digunakan sebagai
pembungkus karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang
dapat mempermudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung didalam
sampel.
Sampel yang sudah dimasukkan kedalam kertas saring kemudian dibungkus dan
diikat lalu dimasukkan ke dalam tempat sampel pada alat sokhlet. Proses yang
terjadi selama sokhletasi adalah pelarut alkohol dipanaskan dalam labu bundar
sehingga menguap dan didinginkan dengan menggunakan kondensor, sehingga
cairan jatuh ke sampel (lada) untuk melarutkan zat aktif didalam sampel lada.
Pelarut akan berubah menjadi fase uap karena titik didihnya yang rendah dan
dengan menggunakan kondensor pelarut yang dalam fase uap tadi berubah menjadi
fase cair dan akan jatuh menetesi sampel lada. Jika pelarut yang jatuh pada bagian
alat sokhlet yang terdapat sampel lada telah penuh, maka pelarut dan bahan yang

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 15

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 15

FTI - ITATS
terkandung dalam sampel (piperin) akan jatuh kedalam labu alas bulat karena
adanya tekanan yang diberikan larutan. Proses ini dinamakan satu kali siklus
ekstraksi. Proses sokhlet ini mengalami 7 siklus yang continue dan menghasilkan
larutan lada atau ekstrak dari lada yang berwarna coklat. Semakin banyak siklus
yang dilakukan maka ekstrak akan semakin baik. Alkohol digunakan sebagai
pelarut karena sifatnya yang polar sama dengan kandungan piperin dalam lada,
sehingga zat piperin dapat larut dalam alkohol.
Setelah proses sokhlet dilakukan 7 kali siklus, kemudian pemanas dimatikan dan
ditunggu hingga labu bundar menjadi cukup dingin (sesuai suhu kamar). Setelah
dirasa cukup dingin, cairan dipindahkan ke dalam beaker glass kemudian
dipanaskan pada penangas air untuk menghilangkan alkohol dalam cairan. Cairan
akan dipanaskan hingga menghasilkan cairan yang lebih pekat dan kental. Cairan
yang dihasilkan kemudian ditambahkan KOH alkoholis 30% sebanyak 60 mL yang
berfungsi sebagai pembentukan kristal agar kristal yang diperoleh lebih banyak.
Hasil yang telah ditambahkan dengan KOH alkoholis 30% kemudian akan
didinginkan di dalam lemari es selama 6 hari untuk mengendapkan kristal piperin.
Kemudian larutan akan disaring dengan menggunakan buchner hingga kristal yang
terbentuk dapat diambil. Setelah disaring kristal yang diperoleh berwarna kuning
kecoklatan dimana, massa kristal yang diperoleh dari penyaringan sebesar 0,02
gram. Rendemen yang dihasilkan dari massa tersebut adalah sebanyak 0,08%. Hasil
rendemen yang diperoleh hanya sedikit, hal ini mungkin terjadi karena pada saat
dilakukan ekstraksi menggunakan api yang terlalu besar dan suhu penangas air
tidak dikontrol dengan baik sehingga sampel lada tidak dapat diekstrak seluruhnya,

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 16

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 16

FTI - ITATS
tetapi hanya terekstrak sebagian sehingga persentase rendemen kristal yang
diperoleh kecil.
Setelah diperoleh endapan piperin, kemudian endapan tersebut diukur titik
lelehnya menggunakan alat pengukur titik leleh (Melting Point). Titik leleh yang
diperoleh pada percobaan ini adalah 126,8oC, hal ini berbeda sedikit dari titik leleh
piperin secara teoritis yang berkisar antara 127 – 129,5oC. Hal tersebut terjadi
dikarenakan pada saat melakukan pengecekan titik leleh sampel dari kristal piperin
masih bercampur dengan larutan KOH, atau dapat dikatakan sampel masih basah
(belum kering) yang mana dapat mempengaruhi hasil pengecekan titik leleh
terhadap piperin lada.
Pada prosedur selanjutnya proses yang akan dilakukan adalah degradasi piperin,
dimana proses penguraian senyawa piperin menjadi senyawa penyusunnya yaitu
asam piperat dan piperin hidroklorida. Namun prosedur tersebut tidak kami lakukan
dikarenakan hasil dari kristal piperin pada tahap isolasi hanya mendapatkan 0,02
gram kristal. Penyebab dari kurangnya massa kristal pada tahap isolasi dapat
dikarenakan kurang lamanya proses pendiaman, atau bisa dikarenakan pada saat
proses ekstraksi recycle yang dilakukan kurang, zat pengotor pada larutan juga
lebih banyak dari kristal yang didapatkan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
kristal piperin lebih banyak perlu berhati-hati dan perlu perlakuan yang lebih teliti.

BAB V

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 17

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 17

FTI - ITATS
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Lada hitam pada praktikum percobaan kali ini memiliki kadar piperin
sebesar 0,08%
2. Titik leleh piperin pada praktikum percobaan lada hitam dihasilkan
dengan nilai titik leleh sebesar 126,8°C.
5.2 Saran

1. Menggunakan api kecil dengan suhu terkontrol pada saat proses


sokhletasi.
2. Menggunakan sampel lada hitam yang lebih banyak.
3. Lebih baik menggunakan bahan pelarut (etanol) lebih banyak, agar pada
proses ekstraksi berlangsung lebih cepat.
4. Berhati - hati dalam mensangrai lada hitam sebelum dihaluskan, agar
tidak gosong.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 18

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 18

FTI - ITATS
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk. 2007. Kimia Analitik. Alaudin Press: Makassar.


Amaliana, L. N. 2008. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70 % Buah Merica Hitam (Piper
nigrum L.) terhadap Sel Hela. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.
Bresnick, Stephen. 2003. Inti Sari Kimia Organik. Jakarta: Hipokrates.
Heinrich, M., Barmes, J., Gibbons, S., Wiliamson., E.N. 2003. Fundamentals of
Pharmacognosy and Phitotherapy. Churchill Livingstone: USA.
Lisnawati, 2004. Isolasi dan Karakterisasi Piperin dan Lada Hitam. Skripsi sarjana.
BanjarmasIN : FKIP UNLAM.
Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Munawaroh, Safaatul dan Prima Astuti handayani. 2017. “Ekstraksi Minyak Daun Jeruk
Purut (Citrus hystrix D.C.) Dengan Pelarut Etanol dan N-Heksana” Jurnal
Kompetensi Teknik 2 no. 1 (2010), hal: 73-78.
Meghwal, M. dan TK. Goswani. 2012. Nutritional Constituent of Black Pepper as
Medicinal Molecules: A Review. Open Access Scientific Reports.

Mustika, I. 1990. Studiea on the interaction of Meloidogyne incognit, Radopholus


similis,and Fusarium solani on black pepper (Peper nigrum). Wageningen Agric.
University of Nederland.hal 127.

Purseglove, J.W, E.G, C.L. Green and S.R.J Robbins. 1981. Spices Vol 1 Logman
Group Limited, hal 439p.
Setyopratomo, Puguh Wahyudi Siswanto dan Heru Sugiyanto Ilham. 2013. Studi
Eksperimental Pemurnian Garam Nacl dengan Cara Rekristalisasi. Jurnal Teknik
Kimia 11.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 19

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 19

FTI - ITATS
Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan ( Spermatophya). Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Wulandari, Heny, Zakiatulyaqin Dan Supriyanto. 2017. Isolasi Dan Pengujian Bakteri
Endofit Dari Tanaman Lada (Piper Nigruml.) Sebagai Antagonis Terhadap
Patogen Hawar Beludru (Septobasidiumsp). Jurnal Perkebunan & Lahan Tropika 2
no. 2 (2012), hal. 23-31. File:///D:/ Documents/ Laporan/Organic/ Jurnal%20
percobaan/ Piperin/Ipi111798.Pdf.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 20

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 20

FTI - ITATS
APPENDIKS

 Penentuan Kadar Piperin Hasil Isolasi Lada Hitam


Berat sampel=25 gram
Berat kertas saring kosong=0,580 gram
Berat kertas saring+ Endapan=0,600 gram
Berat Kristal=0,02 gram
berat kristal
Kadar piperin= ×100
berat sampel
0, 02 gram
Kadar piperin= × 100
25 gram
Kadar piperin=0,08

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 21

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 21

FTI - ITATS
LAMPIRAN

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 22

FTI - ITATS

Laboratorium Dasar Teknik Kimia 22

FTI - ITATS

Anda mungkin juga menyukai