Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 4
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ALKALOIDA
(Ekstrak Piper nigrum L)

Kelompok : 1
Kelas : C

Chairunissa Marselina Syafitri (201810410311105)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
1.1 Judul

Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan Alkaloida dalam


tanaman.

1.2 Latar Belakang

Tidak ada golongan bahan alam yang telah menyumbang begitu banyak bagi
dunia medis dan sediaan farmasetik lebih dari alkaloid. Sebagai suatu
golongan,alkaloid menunjukkan aktivitas biologis yang sangat luas.

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di


alam Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar
luas dalam berbagai jenis tumbuhan. mempunyai struktur heterosiklik yang
mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam
asam-asam serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis
baik terhadap manusia ataupun hewan. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan
banyak yang mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara
luas di bidang pengobatan.(TAN, 2013)
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Lada

Lada hitam tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga memiliki banyak


nama daerah seperti merica (Jawa), pedes (Sunda), sa’ang (Madura), lada (Aceh),
lada hitam (Indonesia). (Ratnasari & Maulida, 2016)

a. Klasifikasi Tanaman

Gambar 1.1 Lada Hitam (Piper nigrum L)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper nigrum L

(Ratnasari & Maulida, 2016)

b. Morfologi Tanaman

Tanaman lada hitam merupakan tanaman terna, berkayu yang memanjat, panjang
sampai 15 m, kulit batang berwarna hijau tua, berakar pada bukubukunya. Bentuk
daun bermacam-macam, dari bundar telur sampai lonjong, bagian pangkal bundar,
tumpul atau berbentuk baji, sedangkan ujung lancip, permukaan atas berwarna hijau
gelap, kuat, menjangat, panjang 8 cm sampai 20 cm, lebar 5 cm sampai 15 cm,
terdapat bintik-bintik kelenjar yang rapat, panjang tangkai 7,5 cm sampai 8 cm.
Perbungaan berupa bulir yang menggantung, panjang sampai 25 cm, panjang gagang 1
cm sampai 3,5 cm, berdaun pelindung yang bentuknya lonjong menggalah, panjang 4
mm sampai 5 mm, lebar 1 mm. Benang sari 2 helai, tangkai sari tebal. Kepala putik 2
sampai 5, umumnya 3 sampai 4. Buah buni, bulat atau agak elip, buah muda berwarna
hijau tua kemudian menjadi merah dan akhirnya hitam, gundul, panjang lebih kurang 4
mm. (Ratnasari & Maulida, 2016)

c. Kandungan Senyawa

Buah lada hitam mengandung alkaloid dan minyak atsiri dengan komponen
felandren, dipenten, kariopilen, entoksilen, dan limonen (Depkes RI, 1980). Lada
hitam juga mengandung antara lain alkaloid piperin (5,3-9,2%), kavisin (sampai 1%)
dan metil-pirolin; minyak atsiri (1,2-3,5%); lemak (6,5-7,5%); pati (36-37%) dan serat
kasar (±14%). Kandungan utama dalam lada adalah alkaloid piperin. Piperin memiliki
rumus molekul C17H19NO3 atau (E,E)-1-[5-(1,3-benzodioksol-5-il)-1-okso-2,4-
pentadienil] piperidin, diperoleh dalam bentuk prisma monosiklik dari alkohol dengan
titik lebur 130°C, 1 g piperin larut dalam 15 mL etanol, 36 mL eter dan hampir tidak
larut dalam air. ((Putu Ermi Hikmawanti et al., 2016)

Piperin memiliki manfaat sebagai antiarthritik, depresan sistem saraf pusat dan
anticonvulsan. Kombinasi zat-zat yang erkandung mengakibatkan lada hitam memiliki
rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Kandungan zat yang memberikan warna, bau
dan aroma dalam lada hitam adalah α-terpinol, acetophenone, hexonal, nerol,
nerolidol, 1,8 cineol, dihydrocarveol, citral, α-pinene dan piperolnol. Piperin memiliki
banyak efek farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor,
antikanker dan meningkatkan efek antioksidan sel. (Ratnasari & Maulida, 2016)

d. Manfaat Tanaman

Lada hitam (Piper nigrum) beberapa digunakan untuk mengobati berbagai


keluhan pada pencernaan, demam, obesitas dan keluhan pernafasan yang disebabkan
oleh berbagai patogen, diantaranya bakteri, virus maupun jamur. Piperin memiliki efek
sebagai anti-kanker dan anti-mikroba. Ekstrak etanol dari lada hitam ditampilkan pada
anti-mikroba dengan spektrum yang luas dan efek antibakteri yang signifikan terhadap
bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. (Amaliah, 2019)
22. Tinjauan Tentang Ekstrak Lada Hitam (Piper nigrum L)

Senyawa piperin dapat diperoleh dari buah lada hitam. Kandungan senyawa
piperin dari masing-masing tanaman berbeda-beda. Senyawa piperin yang terkandung
dalam buah lada hitam (45,21 mg/g). Kandungan piperin dalam ekstrak etanol buah
lada hitam diekstraksi dengan variasi konsentrasi etanol menggunakan metode KLT-
Desintometri. Hasil kadar tertinggi yang didapatkan dengan rendemen sebesar 40,82 ±
1,07% menggunakan pelarut pengekstraksi yaitu etanol 60%. Hasil dari rendemen
ekstrak etanol dilanjutkan dengan pengukuran rata-rata kadar piperin dari hasil ekstrak
etanol. Hasil rata-rata kadar piperin dalam ekstrak etanol buah lada hitam didapatkan
sebesar 52,81 ± 4,66%. Senyawa piperin yang terdapat dalam ekstrak etanol 60%
dapat menghasilkan kadar piperin yang terbaik dibandingkan dengan pelarut
pengekstraksi yang lain. (Andika, 2018)

2.3 Tinjauan dan Struktur dasar senyawa golongan Alkaloid

Senyawa alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki


atom nitrogen. Sebagian besar senyawa alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan.
Lebih dari 20% spesies angiosperm mengandung alkaloid. Alkaloid dapat ditemukan
pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji, daun, ranting, akar dan kulit
batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan
dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan. Kebanyakan
senyawa alkaloid ditemukan pada tanaman dengan family Liliaxea, Solanaceae, dan
Rubiaceae. (Pendidikan & Indonesia, 2016)

Fungsi alkaloid dalam tumbuhan masih sangat kabur, meskipun masing-masing


senyawa telah dinyatakan terlibat sebagai pengatur tumbuhan, penghalau atau penarik
serangga. Beberapa sifat dari alkaloid yaitu :

1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.

2.Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.

3.Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.

4.Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N- oksida atau dalam
bentuk garamnya.

5.Umumnya mempunyai rasa yang pahit.


6.Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform,
eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.

7.Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.

8.Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada atom N-
nya

9. Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan logam
berat lainnya (dasar untuk identifikasi alkaloid)

● Kegunaan Alkaloid :

a. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
hewan

b. Alkaloid dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion


dalam tumbuhan

c. Alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa


tumbuhan

● Klasifikasi alkaloida:
Berdasarkan asal dan biosintesisnya, alkaloid dapat digolongkan sebagai berikut;
a. Alkaloid turunan dari ornitin
Ortinin adalah salah satu bagian dari asam amino yang memiliki lima atom
karbon, termasuk asam glutama dan prolin. Alkaloid turunan dari ornitin yaitu
pitolidin, tropan, kelompok nikotin dan pirolisidin.(Putri & Maharani, 2014)
b. Alkaloid turunan dari lisin
Homolog tertinggi berikutnya dari rangkaian asam amino ornitin adalah lisin-
kelompok asam pipecolic yang memiliki enam atom karbon dan biosintesis
lisn lebih kompleks dari ornitin. Alkaloid turunan dari lisin yaitu pelleterin,
anaferin, pseudoapeletierin, anabasin, lupinin (quinolisidin), piperidin. Ada
beberapa kelompok alkaloid turunan dari lisin yang tidak memiliki
perbandingan turunan ortinin yaitu lobelin, spartein, matrin, lytrine, dan
licopodein. (Putri & Maharani, 2014)
c. Alkaloid turunan dari fenilalamin dan tirosin
Alkaloid turunan dari asam amino fenilalamin dan tirosin sangat bermacam-
macam di alam dengan bermacam-macam tipe struktur, berikut contoh
alkaloid fenilalamin yaitu meskalin, pelotine, morfin dan contoh alkaloid dari
tirosin yaitu betanidin, aranotin, dan securinin. (Putri & Maharani, 2014)
d. Alkaloid turunan dari asam antranilat.
Tumbuhan kelompok suku Rutaceae merupakan yang paling kaya kandungan
alkaloid turunan asam antaranilat. Alkaloid turunan dari asam antranilat yaitu
echinopsin, selain itu memiliki furan atau cincin piran yang tersambung pada
cincin piridin (dictamin dan flindersin), furoquinolin, quinazolin, vasicin,
alkaloid evodia : rutaecarpin dan evodimanin. (Putri & Maharani, 2014)
e. Alkaloid turunan dari triptofan.
Triptofan adalah prekusor biosintesis dari beberapa alkaloid, kecuali untuk
alkaloid yang paling sederhana dan jarang untuk beberapa sumber karbon.
Contoh alkaloid turunan dari triptofan yaitu alkaloid indol, tripamin,
fisostigmin, alkaloid ergot: ergotamin dan ergonovin. (Putri & Maharani,
2014)
f. Alkaloid turunan dari histidin.
Histidin dan amin histamin adalah yang paling banyak mendistribusikan
senyawa yang mengandung inti inidazole. Contoh alkaloid turunan dari
histidin yaitu casmiroedin, pilocarpin dan alkaloid lainnya : dolichotelin,
longistrobin dan isolongistrobin. (Putri & Maharani, 2014)
g. Alkaloid turunan dari poliasetat.
Contoh alkaloid turunan dari poliasetat yaitu shihunine, pinidine, coniiene,
carpain, dan cassin. Pada masa lalu senyawa yang mengandung nitrogen dari
prekusor poliasetat masih termasuk alkaloid. (Putri & Maharani, 2014)

h. Alkaloid turunan dari jalur isoprenoid.


Beberapa contoh alkaloid yang memiliki turunan unit mevalonat, tetapi ada
banyak alkaloid yang berasal hampir secara eksklusif dari unit terpen yang
masih harus dijelaskan. Alkaloid hemiterpenoid merupakan 1 unit isopren
merupakan alkaloid furoquinolin dan echinulin dan alkaloid ergot contohnya:
alchorneine, pterogynin. Alkaloid monoterpenoid contohnya: chaksine,
alkaloid guanidin dari Cassia lispidula Vahl. yang linier dengan unit
monoterpen. Alkaloid sesquiterpen contohnya golongan dendrobine, alkaloid
nupkar: deoxinuparidin dan alkaloid celastraceous kompleks seperti maytolin.
Alkaloid diterpen sejak tahun 1955 telah diteliti untuk menjelaskan struktur
dan mensintesis anggota paling penting dari senyawa ini. Alkaloid diterpen
terdiri dari 3 kelas besar yaitu C-20 alkaloid, C-19 alklaoid yang memiliki
banyak kelompok hidroksil atau metoksil dan alkaloid Erythrophleum. (Putri
& Maharani, 2014)
i. Alkaloid turunan dari asam nikotinat
Biosintesis alkaloid yang berasal dari asam amino non esensial yaitu asam
nikotinat. Nikotin telah dianggap sebagai turunan dari asam nikotinat.
Terdapat 5 kelompok yang diturunkan dari asam nikotinat yaitu arekolin,
ricinin, anatabin, diosocorin, dan nikotin. (Putri & Maharani, 2014)
2.4 Identifikasi Golongan Senyawa

Cara identifikasi alkaloida

1. Reaksi pengendapan
Larutan percobaan untuk pengendapan alkaloid dibagi dalam 4 golongan sedagai
berikut :
a. Golongan I : Larutan percobaan dengan alkaloid membentuk garam yang
tidak larut: Asam silikowolframat LP, asam fosfornolibdat LP
dan asam foswolframat LP.
b. Golongan II: Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk senyawa
kompleks bebas, kemudian membentuk endapan: Bounchardat LP dan
Wagner LP.
c. Golongan III: Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk
senyawa adisi yang tidak larut: Mayer LP, Dragendroff LP dan Marme LP.
d. Golongan IV: Larutan percobaan yang dengan alkaloid membentuk ikatan
asam organik dengan alkaloid: Harger LP.

Cara percobaan

Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan


9 ml, panaskan diatas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Pindahkan
3 tetes filtrat pada kaca arloji, tambahkan 2 tetes Bouchardat LP. Jika pada kedua
percobaan tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak mengandung alkaloid.Jika
dengan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning
yang larut dalam metanol P dan dengan Bouchardat LP terbentuk endapan
berwarna coklat dampai hitam, maka ada kemungkinan terdapat alkaloid

Lanjutkan percobaan dengan mengocok sisa filtrat dengan 3 ml amonia


pekat P dan 10 ml campuran 3 bagian volume eter P dan 1 bagian volume
kloroform P. Ambil fase organik, tambahkan natrium sulfat anhidrat P, saring.
Uapkan filtrat diatas tangas air, larutkan sisa dalam sedikit asam klorida 2 N.
Lakukan percobaan dengan keempat golongan larutan percobaan, serbuk
mengandung alkaloid jika sekurang – kurangnya terbentuk endapan dengan
menggunakan du golongan larutan yang digunakan.
Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm
No HRf
Tanpa pereaksi Dengan pereaksi Tanpa pereaksi Dengan pereaksi

1
2 4–6 - Merah muda Ungu Biru

3 9 – 13 - Biru hijau - Biru muda


24 – 30 - Kuning hijau Kuning hijau Kuning hijau terang
4
30 – 33 - Kuning hijau Biru Kuning hijau terang
5 35 – 38 - Biru Biru Ungu muda

6 40 – 44 - Ungu - Ungu kelabu


47 – 51 - Biru ungu - Ungu kecoklatan
7
55 – 59 - Merah lembayung - Merah lembayung
8 62 – 66 - Ungu Ungu Ungu terang

9 68 – 70 - Biru ungu - kelabu

10

Catatan : piperina sebagai pembanding tampak sebagai bercak


berwarna kuning hijau dengan harga hRf 27.

2.5 Pemisahan KLT


Kromatografi adalah sebagai prosedur pemisahan zat terlarut yang terdiri dari dua
fase yaitu salah satu diantaranya bergerak secara bersamaan dengan berhubungan dengan
arah tertentu yang ada pada zat dan di dalam zat itu menunjukkan adanya perbedaan
dalam abrorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul maupun kerapatan muatan
ion. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan
menggunakan KLT, diantaranya adalah sederhana dan murah. Terdiri dari dua fase yaitu
fase diam dan fase gerak. Fase gerak biasanya adalah cairan yang disebut eluen
sedangkan fase diam adalah zat penjerap seperti silika gel. (Wulandari, 2011)
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Kromatografi Kolom
Pemisahan komponen campuran melalui kromatografi adsorpsi tergantung
pada kesetimbangan adsorpsi-desorpsi antara senyawa yang teradsorb pada
permukaan dari fase diam padatan dan pelarut dalam fase cair. Tingkat adsorpsi
komponen tergantung pada polaritas molekul, aktivitas adsorben, dan polaritas fase
gerak cair. Umumnya, senyawa dengan gugus fungsional lebih polar akan teradsorb
lebih kuat pada permukaan fase padatan. Aktivitas adsorben tergantung komposisi
kimianya, ukuran partikel, dan pori-pori partikel. (Wulandari, 2011b)
Rf atau hRf merupakan Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram
biasanya dinyatakan dengan angka. Harga Rf adalah perbandingan antara jarak
senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari awal(Wulansari, 2011)
Dalam KLT tedapat factor resistensi (Rf) yang dirumuskan sebagai berikut :

Nilai Rf sangat karakteristik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal
tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam
sampel. Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang
rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar.
Senyawa yang polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai
Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2-0,8. Jika Rf terlalu tinggi,
yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen. Sebaliknya jika Rf terlalu
rendah, maka kepolaran eluen harus ditambah.
Cara menggunakan KLT :

1. Potong plat sesuai ukuran. Biasanya, untuk satu spot menggunakan plat selebar 1 cm.
berarti jika menguji 3 sampel (3 spot) berarti menggunakan plat selebar 3 cm.
2. Buat garis dasar (base line) dibagian bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dan
garis akhir di bagian atas.
3. Menggunakan pipa kapiler, totolkan sampel cairan yang telah disiapkan sejajar, tepat
di atas base line. Jika sampel padat, larutkan pada pelarut tertentu. Keringkan totolan.
4. Dengan pipet yang berbeda, masukkan masing-masing eluen ke dalam chamber dan
campurkan.
5. Tempatkan plat pada chamber berisi eluen. Base line jangan sampai tercelup oleh
eluen. Tutuplah chamber.
6. Tunggu eluen mengelusi sampel sampai mencapai garis akhir, di sana pemisahan akan
terlihat
7. Setelah mencapai garis akhir, angkat plat dengan pinset keringkan dan ukur jarak
spot. Jika spot tidah kelihatan, amati pada lampu UV. Jika masih tak terlihat, semprot
dengan pewarna tertentu seperti kalium kromat, asam sulfat pekat dalam alcohol 96%
atau ninhidrin.
2.6 Preparasi sampel

1. Ekstrak sebanyak 0,9 gram ditambah etanol ad larut,ditambah 5 ml HCL 2N,


dipanaskan di atas penangas air selama 2-3 menit, sambil diaduk.
2. Setelah dingin ditambah 0,3 gram NaCl, diaduk rata kemudian disaring.
3. Filtrat ditambah 5 ml HCL 2N. Filtrat dibagi tiga bagian dan disebut sebagai
larutan IA,IB dan IC

2.7 Reaksi pengendapan

1. Larutan IA ditambah pereaksi Mayer, larutan IB ditambah dengan pereaksi


Wagner dan larutan IC dipakai sebagai blanko
2. Adanya kekeruhan atau endapan menunjukkan adanya alkaloid

2.8 Kromatografi Lapis Tipis(KLT)


Aspek penetapan profil dengan KLT terpilih sebagai metode pertama karena cukup
mudah dan murah sehingga tidak menyulitkan aplikasinya.
1. Larutan IC ditambahNH4OH pekat 28% sampai larutan menjadi basa, kemudian
diekstraksi dengan 5 ml kloroform (dalam tabung reaksi)
2. Filtrat (Fase CHCL3) diuapkan sampai 1/3 ,kemudian siap untuk pemeriksaan
dengan KLT
Fase diam : Kiesel gel GF 254
Fase gerak : CHCL3-Etil asetat (1:1)
Penampakan noda : Pereaksi Dragendrof
3. Jika timbul warna jingga menunjukkan adanya alkaloid dan ekstrak

2.9 Skema kerja


Preparasi sampel

Masukkan 5 ml HCl 2N

masukkan ekstrak 0,9 g


letakkan diatas penangas
air selama 2-3 menit, sambil diaduk

+ 0,3 g NaCl aduk


ad rata
Disaring kemudiam filtrat
Ditambah 5 ml HCl 2N
dibagi menjadi 3 bagian
IA IB IC

Reaksi pengendapan

Larutan Larutan
IA ditambah pereaksi mayer IB ditambah pereaksi wagner

IC blanko

Kromatografi Lapis Tipis KLT

Cek di panjang gelombang 254 nm

Masukkan dalam cummber

Cek di panjang gelombang 36


Daftar Pustaka
Amaliah, M. (2019). UJI EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BUAH LADA HITAM
(Piper nigrum) TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi SECARA IN VITRO.
Andika, C. C. (2018). Pengamatan temperatur dan jumlah neutrofil tikus putih setelah
pemberian patch ekstrak etanol Piper nigrum L. dengan peningkat penetrasi isopropil
miristat.
Pendidikan, J., & Indonesia, B. (2016). IDENTIFIKASI SENYAWA ALKALOID DARI
BATANG KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) SEBAGAI BAHAN AJAR
BIOLOGI UNTUK SMA KELAS X Alkaloid Compound Identification of Rhodomyrtus
tomentosa Stem as Biology Instructional Material for Senior High School X Grade.
Ejournal.Umm.Ac.Id, 2. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi/article/view/3863
Putri, A. M., & Maharani, A. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Dan Isolasi Alkaloid Dalam
Daun Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.).
http://repository.unisba.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/4284
Putu Ermi Hikmawanti, N., Aulia, C., Putri Viransa Jurusan Farmasi, V., Farmasi dan Sains,
F., & Muhammadiyah Hamka, U. (2016). KANDUNGAN PIPERIN DALAM EKSTRAK
BUAH LADA HITAM DAN BUAH LADA PUTIH (Piper nigrum L.) YANG
DIEKSTRAKSI DENGAN VARIASI KONSENTRASI ETANOL MENGGUNAKAN
METODE KLT-DENSITOMETRI THE CONTENT OF PIPERINE IN BLACK AND
WHITE PEPPER FRUITS (Piper nigrum L.) EXTRACTED WITH VARIATION OF
ETHANOL CONCENTRATIONS USING TLC-DENSITOMETRY METHOD (Vol. 13,
Issue 2).
Ratnasari, D. M., & Maulida, D. (2016). Pengaruh Pengikat PVP dan Amylum Manihot serta
Perbedaan Metode Ekstrasi terhadap Karakteristik Tablet Mengandung Kombinasi
Ekstrak Buah Lada Hitam (Piper Nigrum L.) dan Biji Buah Pinang (Areca Catechu L.).
http://repository.unisba.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/3035
TAN, K. (2013). Docking senyawa bahan alam golongan alkaloid terhadap protein glioma
(gli) dengan menggunakan plants®.
http://103.195.142.59/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/Y2Q2NWI2NTQ3N
WM5NjIyODA0MGE1YWEwZmI5ZTA2YTFiMGIwYTc2Mw==.pdf

Anda mungkin juga menyukai