Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM FITOKIMIA

TUGAS 5
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTRAKINON
(Ekstrak Rheum officinale L.)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitokimia

KELOMPOK : 1
KELAS : C

Chairunissa Marselina Syafitri (201810410311105)

DOSEN PEMBIMBING :
Siti Rofida, M.Farm.,Apt
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm.,Apt

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan
antrakinon dalam tanaman.
1.2 Latar Belakang
Dari zaman dahulu hingga sekarang Indonesia merupakan negara yang
kaya akan flora dan fauna, sehingga sering disebut sebagai paru-paru dunia.
Contohnya tumbuhan yang begitu banyak mempunyai manfaat terhadap
manusia dan sebagai sumber daya manusia itu sendiri.
Beberapa tahun terakhir, banyak ilmuwan yang berusahan
meminimalkan penggunaan bahan kimia pada obat, hal ini bertujuan untuk
mewujudkan hidup yang lebih sehat. Maka untuk itu, sebagai farmasis
tentunya mampu membuat obat-obatan dengan menggunakan tumbuhan dan
bahan alam lainnya yang tentunya akan meningkatkan khasiat bagi tubuh.
Kelembak ( Rheum officinale ) adalah tanaman rempah banyak
dimanfaatkan sebagai campuran obat tradisional / jamu tradisional. Bagian
tanaman kelembak yang digunakan adalah akarnya. (Listyana et al., 2019)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Tanaman

Gambar 2.1 Tanaman Kelembak (Rheum officinale L.)


A. Deskripsi tanaman
Klasifikasi Tanaman :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polygonales
Keluarga : Polygonaceae
Ras : Rheum
Spesies : Rheum officinale L.
(Backer & Bakhuizen Van Den Brink, 1965)
B. Morfologi Tanaman
Semak, tahunan, tinggi 25-80 cm. Batang: Pendek, terdapat di dalam tanah,
beralur melintang, masif, coklat. Daun: Tunggal, bulat telur, pangkal bentuk jantung
dan berbulu, ujung runcing, tepi rata, bertangkai l 0-40 cm, pangkal tangkai daun
memeluk batang, panjang I 0-35 cm, lebar 8-30 cm, hijau. Bunga: Majemuk,
berkelamin dua atau satu,bergabung menjadi malai yang bercabang, mahkota enam
helai tersusun dalarn lingkaran, benang sari sembilan, bakal buah bentuk segi tiga;
tangkai putik melengkung, kepala putik tebal, putih kehijauan. Buah: Padi, bersayap
tiga, bulat telur, merah: Akar: Tunggang, lunak, bulat, coklat muda. (Saryanto, 2010)

C. Kandungan senyawa kimia


Kandungan senyawa kimia di dalam kelembak antara lain: alkaloid, flavonoid,
minyak atsiri, saponin, pati, tanin, steroid/triterpenoid, lemak, dan gula, serta sineol
dan pinen.(Triyono, 2012). Akar dan daun kelembak mengandung flavonoida, di
samping itu akamya juga mengandung glikosida dan saponin, sedangkan daunnya
juga mengandung polifenol. (Saryanto, 2010)
Kelembak mempunyai kandungan antranoid, khusunya glikosida antrakinon
seperti rhein (semosida A dan B), aloe-emodin, physcion. Juga mengandung asam
oksalat, tanin yaitu gallotanin, katekin dan prosianidin. Sedangkan kandungannya
yang lain adalah pektin, asam fenolat (Newall et al, 1996; Bradley, 1992; Chirikdjan
et al, 1983).

Mengandung tidak kurang dari 2,2% turunan hidroksiantrakena dihitung sebagai


rhein. Analisis kuantitatif total glikosida hidroksiantrakena, dihitung sebagai rhein,
dilakukan dengan analisis spektrofotometri. Konstituen utama adalah turunan
hidroksiantrakena (2-5%) termasuk emodin, physcione, aloe-emodin, dan
chrysophanol glikosida, bersama dengan di-O, C-glukosida dari bentuk tereduksi
monomer (rheinosida A-D), dan bentuk reduksi dimerik (sennosides A – F).Sampai
tahun 1950-an, chrysophanol dan antrakuinon lainnya dianggap sebagai konstituen
yang menghasilkan aksi pencahar dari rhubarb.Bukti saat ini menunjukkan bahwa
prinsip aktif utama adalah sennoside dimeric A – F.(Nishioka, I. (1991). Biological
Activities and The... - Google Cendekia, n.d.)

D. Khasiat dari tanaman


Rheum officinale yang diketahui mengandung senyawa antrakinon bersifat non
polar dan berfungsi sebagai laksansia, tetapi juga mengandung senyawa tanin yang
bersifat polar dan berfungsi sebagai astringent/pengelat dan bisa menyebabkan
konstipasi untuk menghentikan diare.(Ningsih, 2016)

Pada pengujian terhadap tikus, ditemukan bahwa kandungan rhein pada kelembak
dengan dosis 100 mg/kg bb per hari, mampu mereduksi lemak pada db/db mencit.
Menggunakan diet-induced obese (DIO) C57BL/6 (db/db) mencit, didapatkan hasil
bahwa rhein dapat memblok kadar lemak yang tinggi pada hewan uji yang
mengalami obesitas, diukur berdasarkan massa lemak dan ukuran dari adiposit putih
dan coklat serta penurunan serum kolesterol, LDL kolesterol dan kadar glukosa darah
puasa pada mencit. Berdasarkan penggunaan metode analisis ekspresi gen dan
reporter assay ditemukan bahwa rhein menginhibisi transaktivitas peroxisome
proliferator-activated receptor γ (PPARγ) dan ekspresi dari target gen, menunjukkan
bahwa rhein bisa berfungsi sebagai antagonis dari PPARγ (Zhang et al., 2012).

2.2 Tinjauan Tentang Ekstrak Kelembak


Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Cao dan yuan-di zhao (2011), melakukan
proses ekstraksi dilakukan dua metode yakni maserasi dan soxhlet. Pada proses Maserasi
digunakan serbuk akar kering dalam pelarut individu polar dan nonpolar (metilen klorida,
benzena, toluena, aseton, kloroform dan metanol). Didiamkan pada suhu kamar selama 48
jam kemudian campuran disaring dan pelarut dihilangkan pada rotary evaporator. Setelah
mengeringkan residu pada 70 ° C dalam oven listrik, bubuk kuning.Ekstraksi soxhlet dengan
pelarut polar dan non-polar (metilen klorida, benzena, toluena, aseton, kloroform dan
metanol) selama 8 jam diikuti dengan pelepasan pelarut pada rotary evaporator memberikan
bahan padat kuning. (Cao et al., 2017)

2.3 Tinjauan dan Struktur dasar senyawa golongan Antrakinon

Senyawa Antrakuinon merupakan suatu senyawa yang memiliki kerangka


standar bercincin tiga yaitu antrasena. Struktur antrakuinon biasanya terdapat sebagai
turunan antrakuinon terhidroksilasi, termetilasi, atau terkarboksilasi. Antrakuinon
dapat berikatan dengan gula sebagai oglikosida atau sebagai c-glikosida. Turunan
antrakuinon umumnya larut dalam air panas atau dalam alkohol encer. Senyawa
antrakuinon dapat bereaksi dengan basa memberikan warna kuning hingga merah
serta ungu atau hijau.(Ulfah et al., 2018)

Glikosida antrakinon bersifat mudah terhidrolisis seperti glikosida lainnya.


Glikosida ini jika terhidrolisis menghasilkan aglikon di-, tri-, atau tetrahidroksi
antrakuinon atau modifikasinya sedangkan bagian gulanya tidak menentu. Contohnya
jika frangulin dihidrolisis maka akan mengasilkan emodin (1,6,8-trihidroksi-3-metil
antrakuinon) dan rhamnosa. Antrakuinon bebas hanya memiliki sedikit aktivitas
terapeutik. Residu gula memfasilitasi absorpsi dan translokasi aglikon pada situs
kerjanya. Turunan antrakuinon umumnya berwarna merah oranye dan dapat dilihat
langsung serta terdapat dalam bahan-bahan purgativum (laksativum atau pencahar).
Turunan antrakuinon berbentuk dihidroksi fenol seperti krisofanol, berbentuk
trihidroksi fenol seperti emodin, atau tetrahidroksi fenol seperti asam karminat.
Seringkali terdapat gugus-gugus lain seperti metildalam krisofanol, hidroksimetil
pada aloe-emodin, serta karboksil dalam resin dan asam karminat. (Hairil Alimuddin
et al., 2017)

2.4 Cara melakukan identifikasi golongan senyawa Antrakinon


1. Uji Borntrager
Untuk melakukan tes Borntrager, 0,1 g obat bubuk direbus dengan 5 ml asam
Sulfat 10% selama 2 menit. Disaring selagi panas, lalu didinginkan dan filtratnya
dikocok dengan volume benzena yang sama. Lapisan benzena dibiarkan terpisah
sepenuhnya dari lapisan bawah, yang disalurkan keluar dan dipindahkan ke tabung
reaksi yang bersih.Kemudian setengah dari volume amonia (10%) ditambahkan dan
dikocok perlahan dan lapisan-lapisannya dibiarkan terpisah. Lapisan amonia yang
lebih rendah akan menunjukkan warna merah muda merah karena adanya
Anthraquinone bebas.(Bio-Science & 2012, n.d.)
2. Uji Modifikasi Borntrager
C-Glycoside dari Anthraquinone membutuhkan kondisi yang lebih drastis untuk
hidrolisis dan dengan demikian modifikasi dari tes di atas adalah dengan
menggunakan besi klorida dan asam klorida untuk mempengaruhi hidrolisis
oksidatif. Ketika 0,1 gm obat, 5 ml HCl encer dan 5 ml larutan 5% ferric chloride
ditambahkan dan direbus selama beberapa menit dan kemudian didinginkan dan
disaring bagian diguncang dengan benzena; lapisan benzena yang terpisah dan
volume larutan amonia yang sama menunjukkan warna merah muda(Bio-Science &
2012, n.d.)
2.5 Tinjauan tentang Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

a. Definisi dan Prinsip Kerja Metode Kromatografi Kolom

Kromatografi adalah sebagai prosedur pemisahan zat terlarut yang terdiri dari dua
fase yaitu salah satu diantaranya bergerak secara bersamaan dengan berhubungan
dengan arah tertentu yang ada pada zat dan di dalam zat itu menunjukkan adanya
perbedaan dalam abrorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul maupun
kerapatan muatan ion. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak
keuntungan menggunakan KLT, diantaranya adalah sederhana dan murah. Terdiri
dari dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase gerak biasanya adalah cairan yang
disebut eluen sedangkan fase diam adalah zat penjerap seperti silika gel. (Wulandari,
2011)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Kromatografi Kolom

Pemisahan komponen campuran melalui kromatografi adsorpsi tergantung pada


kesetimbangan adsorpsi-desorpsi antara senyawa yang teradsorb pada permukaan
dari fase diam padatan dan pelarut dalam fase cair. Tingkat adsorpsi komponen
tergantung pada polaritas molekul, aktivitas adsorben, dan polaritas fase gerak cair.
Umumnya, senyawa dengan gugus fungsional lebih polar akan teradsorb lebih kuat
pada permukaan fase padatan. Aktivitas adsorben tergantung komposisi kimianya,
ukuran partikel, dan pori-pori partikel. (Wulandari, 2011b)

c. Kelebihan dan Kekurangan metode kromatografi Kolom. (Wulandari, 2011b)

Kelebihan Kekurangan
Dapat digunakan untuk analisis dan Untuk mempersiapka kolom
aplikasi preparative dibutuhkan kemampuan teknik dan
manual
Digunakan utnuk menentukan jumlah Metode ini sangat membutuhkan
komponen campuran waktu lama (time consuming)
Digunakan untuk memisahkan dan
purifikasi substansi

d. Harga Rf
Rf atau hRf merupakan Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram
biasanya dinyatakan dengan angka. Harga Rf adalah perbandingan antara jarak
senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari awal(Wulansari, 2011)

jarak yang ditempuh oleh komponen


Rf=
jarak yang ditempuh oleh pelarut

Menurut Markham (1998), Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan
berikut:
1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom
2. Analisis fraksi yang didapat dari kromatograffi kolom
3. Identifikasi flavonoid secara ko-kromatografi.
4. Isolasi flavonoid murni skala kecil

Penyerap dan pengembang yang digunakan umumunya sama dengan penyerap dan
pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas.
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Bagan Alir


a. Reaksi Warna
1. Uji Borntrager

0,3 gram di ekstraksi dengan Filtrat di ekstraksi dengan 5 ml


10 ml aquadest, saring dengan toluena dalam corong pisah

Bagi fase toluena menjadi 2 Lakukan sebanyak 2 kali


bagian ( VA dan VB )

VB + amonia pekat 1 ml dan kocok


VA sebagai blanko

Timbulnya warna merah


menunjukkan adanya senyawa
antrakinon
2. Uji Modifikasi Borntrager

0,3 gram ekstrak + 5 ml KOH Panaskan 5 menit dan saring


0,5N dan 1 ml H2O2 encer

Filtrat + asam asetat glical,


Ambil bagi fase toluena
kemudian di ekstraksi dengan 5 ml
menjadi 2 bagian ( VA dan
toluena
VB )

VA sebagai blanko VB + amonia pekat 1 ml dan kocok

Timbulnya warna merah atau


merah muda pada lapisan alkalis
menunjukkan adanya senyawa
antrakinon
b. Kromatografi Lapis Tipis

Sampel di totolkan pada fase diam Fase diam = kiesel gel 254

Penampak noda : larutan KOH Fase gerak = Toluena: Etil asetat :


10% dalam metanol Asam asetat glacial ( 75:24:1 )

Timbulnya noda berwarna kuning,


kuning coklat, merah ungu, dan
hijau ungu menunjukkan adanya
Antrakinon
Skema Kerja
1. Uji Borntrager

saring filtrat,
0.3 g ekstrak diekstraksi 10 ml aquades
diekstraksi dengan
5ml toluena dalam
corong pisah

VA = blanko VB + ammonia
pekat 1 ml

Timbulnya warna merah atau


warna merah muda pada
lapisan alkalis menunjukkan
adanya antrakinon.

2. Uji Modifikasi Borntrager

Ekstrak 0,3 gram 5 ml KOH 0,5N+ 1 ml H2O2 VIA = Blanko VIB ditambah
encer. Dipanaskan 5 menit disaring, filtrat + amonia pekat 1ml
asam asetat glasial, diekstraksi 5 ml toluena
Diambil Fase Toluena
Timbulnya noda berwarna
kuning, kuning coklat, merah
ungu, atau hijau ungu
menunjukkan adanya senyawa
antrakinon
3.2 Deskripsi Prosedur Kerja
A. Reaksi warna
1. Uji Borntrager
1) Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 ml aquadest, saring,
lalu filtrat diekstraksi dengan 5 ml toluena dalam corong pisah.
2) Ekstraksi dilakukaan sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikum
pulkan dan dibagi menjadi dua bagian, disebut sebagai larutan VA dan
VB.
3) Larutan VA sebagai blanko, larutan VB ditambah ammonia pekat 1 ml
dan dikocok.
4) Timbulnya warna merah menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

2. Uji modifikasi Borntrager


1) Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 m
l H2O2 encer.
2) Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, filtrat ditambah asam asetat
glasial, kemudian diekstraksi dengan 5 ml toluena.
3) Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua bagian VIA dan VIB.
4) Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambah ammonia pekat 1
ml. Timbulnya warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis me
nunjukkan adanya antrakinon.
B. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Sampel ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggu
nakan:
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase gerak : toluena-etil asetat-asamasetat glasial (75:24:1)
Penampak noda : larutan KOH 10 % dalam metanol.
2. Timbulnya noda berwarna kuning, kuning cokelat, merah ungu, atau hijau
ungu menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C. A., & Bakhuizen Van Den Brink, R. C. (1965). Flora of Java
(Spermatophytes only). Vol. 2. Angiospermae, families 111-160. Flora of Java
(Spermatophytes Only). Vol. 2. Angiospermae, Families 111-160.
Bio-Science, R. D.-J. of P. R. and, & 2012, undefined. (n.d.). Extraction and
chemical investigation of leaves of Pterospermum acerifolium. Cabdirect.Org.
Retrieved April 2, 2021, from
https://www.cabdirect.org/globalhealth/abstract/20133048570
Cao, Y. J., Pu, Z. J., Tang, Y. P., Shen, J., Chen, Y. Y., Kang, A., Zhou, G. S., &
Duan, J. A. (2017). Advances in bio-active constituents, Pharmacology and
clinical applications of rhubarb. In Chinese Medicine (United Kingdom) (Vol.
12, Issue 1). BioMed Central Ltd. https://doi.org/10.1186/s13020-017-0158-5
Hairil Alimuddin, A., Studi Kimia, P., Mipa, F., Tanjungpura, U., & Hadari Nawawi,
J. H. (2017). SINTESIS SENYAWA ANTRAKUINON DARI EUGENOL
DAN FTALAT ANHIDRIDA. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 6(2), 64–69.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/20297
Listyana, N. H., Subositi, D., & Widyantoro, W. (2019). KERAGAAN
PERTUMBUHAN KELEMBAK DARI BERBAGAI DAERAH DI JAWA
TENGAH. Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, 21(1), 55. https://doi.org/10.30595/agritech.v21i1.4012
Ningsih, I. (2016). MODUL SAINTIFIKASIJAMU: KEAMANAN JAMU
TRADISIONAL.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/77274/Modul SJ
Keamanan Jamu_Indah Yulia Ningsih.pdf?sequence=1
Nishioka, I. (1991). Biological Activities and The... - Google Cendekia. (n.d.).
Retrieved April 2, 2021, from https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Nishioka%2C+I.+
%281991%29.+Biological+Activities+and+The+Active+Components+of+Rhub
arb.+International+journal+of+Oriental+medicine%2C+193-212.&btnG=
Saryanto, S. (2010). Uji Preklinik Formula Tanaman Obat Sebagai Penurun Asam
Urat Dan Cholesterol Darah. http://repository.litbang.kemkes.go.id/543/1/127
LIT - UJI PREKLINIK FORMULA TANAMAN OBAT SEBAGAI
PENURU_ocr cs.pdf
Triyono, A. (2012). Observasi Klinik Ramuan Jamu Sebagai Penurun Berat Badan.
http://repository.litbang.kemkes.go.id/597/2/181 LIT - OBSERVASI KLINIK
RAMUAN JAMU SEBAGAI PENURUN BERA_ocr cs.pdf
Ulfah, S., Hairil Alimuddin, A., Agus Wibowo, M., & Hadari Nawawi, J. H. (2018).
SINTESIS SENYAWA TURUNAN ANTRAKUINON MENGGUNAKAN
VANILIL ALKOHOL DAN FTALAT ANHIDRIDA. Jurnal.Untan.Ac.Id, 7(2),
25–32. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jkkmipa/article/view/25067

Anda mungkin juga menyukai