Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN ANTROKINON

(Ekstrak Rheum officinalie L.)

FARMASI F

KELOMPOK 2

AGUSTIN AYUN WULANDARI

201410410311061

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
1. Tujuan :

Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan antrokinon dalam tanaman.


II. Dasar Teori :
a. Tinjauan pustaka tentang tanaman Kelembak

Kelembak atau klembak (Rheum officinale L., suku Polygonaceae) adalah tumbuhan
penghasil bahan obat dan wangi-wangian. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya. Akar
kelembak menjadi komponen dalam rokok "klembak menyan" yang populer di kalangan
masyarakat menengah ke bawah di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Kelembak juga dijadikan campuran dalam pembuatan jamu. Khasiat obatnya adalah
sebagai laksatif (pencahar). Dalam pengobatan Tionghoa, ia dinamakan yào yòng dà huáng
(bahasa Tionghoa). Akar dan batangnya dipakai untuk mengobati sembelit (konstipasi), dan
membantu mengatasi penggumpalan darah dan nanah. Orang Indian Amerika Utara juga
memakainya sebagai bagian pengobatan herbal yang dinamakan essiac tea. Kelembak diketahui
sekarang juga mengandung bahan yang aktif dalam pengobatan Hepatitis B. Tanaman kelembak
menyukai daerah berhawa dingin. Pusat penanamannya adalah di Dataran tinggi Dieng, Jawa
Tengah. Kelembak (dalam bahasa Inggris dikenal sebagai "Chinese rhubarb") berkerabat dengan
rhubarb, yang juga merupakan tumbuhan obat dari Eropa.

Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Caryophyllales
Famili: Polygonaceae
Genus: Rheum
Spesies: R. officinale

Habitat Tanaman Klembak


Tanaman klembak menyukai daerah berhawa dingin. Pusat penanamannya adalah di
Dataran tinggi Dieng. Semak, tahunan, tinggi 25-80 cm. Batang: Pendek, terdapat di
dalam tanah, beralur melintang, masif, coklat. Daun: Tunggal, bulat telur, pangkal
bentuk jantung dan berbulu, ujung runcing, tepi rata, bertangkai 10-40 cm, pangkal
tangkai daun memeluk batang, panjang 10-35 cm, lebar 8-30 cm, hijau. Bunga:
Majemuk, berkelamin dua atau satu, benang sari sembilan, bakal buah bentuk segi tiga,
tangkai putik melengkung, kepala putik tebal, putih kehijauan. Buah: Padi, bersayap
tiga, bulat telur, merah. Akar: Tunggang, lunak, bulat, coklat muda. Bila dilihat sekilas
daun kelembak hampir seperti daun jati.

Kandungan Tanaman Klembak


Kandungan Kimia yang terdapat pada Akar dan daun kelembak mengandung
flavonoida, Disamping itu akarnya juga mengandung glikosida dan saponin, sedangkan
daunnya juga mengandung polifenol. Daun kelembak jenis Rheum undulatum
mengandung beberapa antroglycoside. Tanaman rempah kelembak juga mengandung
bahan yang membahayakan yaitu anthrone, yang sangat beracun jika termakan,
walaupun sudah direbus terlebih dahulu.

Hasil penelitian Tanaman Klembak


Dalam sebuah penelitian, secangkir infus Kelembak segar yang diminum setiap pagi
atau malam menjelang tidur dapat mengatasi masalah konstipasi (susah buang air
besar).Berdasarkan Monografi Farmakope Eropa, kelembak dapat digunakan untuk
mengatasi konstipasi/ sembelit jangka pendek.
Rhei Radix (Kelembak), mengandung senyawa antrakinon yang berfungsi sebagai
laksansia yang membantu melancarkan proses buang air besar.

Manfaat Kelambak
Akar dan batang kelambak dipakai untuk mengobati sembelit (konstipasi), dan
membantu mengatasi penggumpalan darah dan nanah.
Klembak juga bermanfaat untuk memperlancar buang air besar (BAB). Senyawa aktif
dari akar kelembak akan diuraikan dulu oleh bakteri dalam usus sehingga menjadi
bentuk senyawa yang dapat merangsang sistem pencernaan, yang akhirnya dapat
meningkatkan pergerakan usus sehingga buang air besar menjadi mudah.

Manfaat Lain Dari Kelambak

 Melancarkan haid.
 Membantu mengatasi sakit kuning.
 Membantu menghentikan perdarahan.
 Klembak diketahui sekarang juga mengandung bahan yang aktif dalam
pengobatan Hepatitis B.

Peringatan
sebaiknya mengetahui bahwa bahan yang mengandung akar kelembak, seharusnya
tidak digunakan ketika sakit perut, mual ataupun muntah. Sebagaimana bahan
pencahar lainnya, akar kelembak tidak boleh digunakan untuk pasien dengan penyakit
kerusakan usus, penyakit-penyakit pada rongga perut, saat tubuh sedang mengalami
kekurangan cairan (dehidrasi), atau sembelit yang telah berlangsung cukup lama.

Selain itu, karena dalam akar kelembak mengandung senyawa antrakinon maka
seharusnya tidak boleh digunakan dalam jangka waktu lama ( tidak boleh lebih dari 1-2
minggu) secara terus-menerus, karena dikhawatirkan akan terjadi bahaya akibat
gangguan keseimbangan elektrolit tubuh.  Akar kelembak digunakan sebagai bitter
stomachic dalam pengobatan diare, efek purgatif diikuti dengan efek astringent

b. Senyawa Antrakuinon
Senyawa Antrakinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan identifikasi kuinon
dapat dibagi atas empat kelompok yaitu : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan
kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol
serta mungkin terdapat dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam
bentuk kuinol (Harborne, 1987). Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon
dan keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae,
Rhamnaceae, Polygonaceae (Robinson, 1995; Herbert,19..). Antrakuinon juga disebut
9,10 dioxo-dihydro-anthracen dengan rumus C14H8O2 (Merck, 1983; Samuelsson, 1999;
Morrison dan Boyd, 1959). Struktur dasar antrakuinon terlihat sebagai berikut :

Antrakuinon terhidroksilasi tidak sering terdapat dalam tumbuhan secara bebas


tetapi sebagai glikosida. Semua antrakuinon berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi,
larut dalam pelarut organik basa. Senyawa ini biasa berwarna merah, tetapi yang lainnya
berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet
merah. Bentuk senyawa antrakuinon dalam tumbuhan masih rumit karena prazat aslinya
mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai, sehingga laporan
mengenai adanya antrakuinon bebas harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Banyak
antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan bagian gula terikat dengan salah satu
gugus hidroksil fenolik (Robinson, 1995). Pada saat mengidentifikasi pigmen dari
tumbuhan baru, harus diingat bahwa hanya sedikit saja antrakuinon yang terdapat secara
teratur dalam tumbuhan. Yang paling sering dijumpai ialah emodin, sekurang-kurangnya
terdapat dalam enam suku tumbuhan tinggi dan dalam sejumlah fungus (Harborne, 1987).
Struktur
Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga mudah
terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon, trihidroksi
antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon. Sementara bagian gulanya tidak tertentu. Di
alam kira-kira telah ditemukan 40 turunan antrakuinon yang berbeda-beda, 30 macam di
antaranya mengelompok dalam famili Rubiaceae. Pada tanaman monokotil, antrakuinon
ditemukan dalam famili Liliaceae dan dalam bentuk yang tidak lazim, yaitu C-glikosida
barbalion
Turunan Antrakuinon
Turunan antrakuinon yang terdapat dalam bahan-bahan purgativum berbentuk
dihidroksi fenol, trihidroksi fenol seperti emodin, atau tetrahidroksi fenol seperti asam
karminat. Turunan antrakuinon sering kali berwarna merah oranye. (Anonim, 2004;
Gunawan, 2004; Robinson, 1995; Samuelsson, 1999)
Adapun strukturnya adaah sebagai berikut.:
a. Sifat fisika & kimia
. Senyawa antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampal merah sindur
(oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk identifikasi digunakan reaksi
Borntraeger (lihat MMI). Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat (rein) dapat
diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi
antrakinon adalah antron dan antranol, terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida. Antron
bewarna kuning pucat, tidak menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali,
sedangkan isomernya, yaitu antranol bewarna kuning kecokiatan dan dengan alkali
membentuk larutan berpendar (berf1uoresensi) kuat. Oksantron merupakan zantara
(intermediate) antara antrakinon dan antranof. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn, yaitu
dengan menambahkan hidrogen peroksida akan menujuk-kan reaksi positif. Senyawa ml
terdapat dalam Frangulae cortex. Diantron adalah senyawa dimer tunggal atau campuran dan
molekul antron, hash oksidasi antron (misalnya larutan dalam aseton yang diaerasi dengan
udara). Diantron merupakan aglikon penting dalam Cassia, Rheum, dan Rhamnus; dalam
golongan ini misalnya senidin, aglikon senosida. Reidin A, B, dan C yang terdapat dalam
sena dan kelembak merupakan heterodiantron.
b. Efek farmakologi (bioaktivitas)
glikosida antrakinon adalah stimulan katartika dengan meningkatkan tekanan otot
polos pada dinding usus besar, aksinya akan terasa sekitar 6 jam kemudian atau Iebih
lama. Adapun meka-nisme belum jelas, namun diduga antrakinon dan antranol dan
turunannya berpengaruh terhadap tranpor ion daam sel colon dengan menghambat
kanal ion C1. Untuk antron dan antranol mengeluarkan kegiatan lebih drastik (itulah
sebabnya ada beberapa simplisia yang boleh digunakan setelah disimpan selama satu
tahun, untuk mengubah senyawa tersebut menjadi antrakinon), bHa jumlahnya Iebih
besar dan pada antrakinon akan mengakibatkan mulas dan rasa tidak enak.
c. Kegunaan: katartika, pewarna, dan antibakteri.

c. .Identifikasi Senyawa Antrakinon


 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
KLT merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sempel yang ingin
dideteksi dengan memisahkan komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran,
metode pemisahan fisika kimia dengan fase gerak dan fase diam yang diletakkan pada
penyangga berapa plat atau lapisan yang cocok zat yang memiliki kepolaran yang
sama dengan fase diam akan cenderung tertahan dan nilai Rfnya paling kecil pada
identifikasi noda atau penampak noda. Jika noda sudah berwarna dapat langsung
diperiksa dan ditentukan Rf. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh
komponen dibagi dengan jarak tempuh eluen untuk setiap sneyawa.
Faktor yang mempengaruhi harga Rf :
- Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan
- Sifat dan penyerap derajat aktifitasnya
- Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
- Pelarut fase gerak
- Derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembang yang digunakan
- Suhu
- Jumlah campuran yang digunakan
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi
senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari
senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh
senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal..
Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.

Pada kromatografi lapisan tipis, terdapat lapisan tipis ( tebal 0.1-2 mm ) yang
terdiri atas bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar ( plat ),
yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau
logam. Lapisan yang melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat,
biasanya kalsium sulfat dan kromatografi lapisan tipis dapat digunakan untuk
keperluan yang luas dalam pemisahan-pemisahan.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa
yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak
bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.

d. Pelaksanaan KLT
1. Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua
pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi
secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan
mengoptimasi fase gerak :
 Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
 Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
 Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel,
polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang
berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat
sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil
benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.
 Solut-solut ionik dan solute-solut polar lebih baik digunakan campuran
pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan
perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau ammonia
masing-masing akan meningkatkan solute-solut yang bersifat basa dan
asam.
2. Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil
dengan diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran ratarata partikel
fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik
kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering
digunakan adalah silica dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang
utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi. Berikut ini adalah beberapa penjerap
fase diam yang digunkanan pada KLT
3. Aplikasi (Penotolan) Sampel
Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling
sedikit 0,5 µl. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 µl, maka
penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar
totolan.
4. Pengembangan
Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan
sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap
fase gerak. Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel
dicelupkan kedalam fase gerak kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam
bejana harus dibawah lempeng yang telah berisi totolan sampel.
Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak
sedikit mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian
lempeng yang telah ditentukan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak,
biasanya bejana dilapisi dengan kertas saring . Jika fase gerak telah mencapai
ujung dari kertas saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh.
(Created by Rahma G).
5. Deteksi Bercak
Deteksi bercak pada KLt dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia
yang biasa digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi
melalui cara penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat
digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan denagan cara pencacahan
radioaktif dan fluorosensi sinar ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama
untuk senyawa yang dapat berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas.
Berikut adalah cara-cara kimiawi untuk mendeteksi bercak :
 Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan
bereaksi secara kimia dengan solute yang mengandung gugus fungsional
tertentu sehingga bercak menjadi berwarna. Kadang-kadang dipanaskan
terlebih dahulu untuk mempercepat reaksi pembentukan warna dan
intensitas warna bercak.
 Mengamati lempeng dibawah lampu ultraviolet yang dipasang panjang
gelombang emisi 254 atau 366 untuk menampakkan solute sebagai bercak
yang gelap atau bercak yang berfluorosensi terang pada dasar yang
berfluorosensi seragam. Lempeng yag diperdagangkan dapat dibeli dalam
bentuk lempeng yang sudah diberi dengan senyawa fliorosen yang tidak
larut yang dimasukkan ke dalam fase diam untuk memberikan dasar
fluorosensi atau dapat pula dengan menyemprot lempeng dengan reagen
fluorosensi setelah dilakukan pengembangan.
 Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu
dipanaskan untuk mengoksidasi solute-solut organic yang akan Nampak
sebagai bercak hitam sampai kecoklat-coklatan.
 Memaparkan lempeng dengan uap iodium dalam chamber tertutup.
 Melakukan scanning pada permukaan lempeng dengan densitometer, suatu
instrument yang dapat mengukur intensitas radiasi yang direfleksikan dari
permukaan lempeng ketika disinari dengan lampu UV atau lampu sinar
tampak. Solut-solut yang mampu menyerap sinar akan dicatat sebagai
puncak (peak) dalam pencatatan (recorder)
6. Perhitungan Nilai Rf
Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :Rf=

jarak yang ditempuh oleh komponen


Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0
jarak yang ditempuh oleh pelarut
beberapa pustaka menyatakan nilai Rf yang baik yang menunjukkan pemisahan
yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8.
7. Altertatif Prosedur KLT
Adanya variasi prosedur pengembangan KLT dilakukan untuk meningkatkan
resolusi, sensitifitas, kecepatan, reprosudibilitas dan selektifitas. Beberapa
pengembangan ini meliputi KLT 2 dimensi, Pengembangan kontinyu dan
Pengembangan gradient. KLT 2 dimensi atau KLT 2 arah ini bertujuan untuk
meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai
karakteristik kimia yang hampir sama, karenanya nilai Rf juga hampir sama
sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu, system 2 fase gerak yang sangat
berbeda dapat digunakan secara berurutan pada suatu campuran sehingga
memungkinkan untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat
polaritas yang berbeda.
Pengembangan kontinyu dilakukan dengan cara mengalirkan fase gerak
secara terus menerus pada lempeng KLT melalui suatu wadah (biasanya alas
tangki) melalui suatu lapisan dan dibuang dengan cara tertentu pada ujung
lapisan. Pengembangan gradient dilakukan dengan menggunakan komposisi fase
gerak yang berbeda-beda. Tujuan utama system ini adalah untuk mengubah
polaritas fase gerak. Meskipun demikian untuk memperoleh komposisi fase gerak
yang reprodusibel sangatlah sulit. (Gandjar,2007).
e. Eluen
Eluen adalah pelarut yang dipakai dalam proses migrasi/pergerakan dalam membawa
komponen-komponen zat sampel atau fasa yang bergerak melalui fasa diam dan
membawa komponen-komponen senyawa yang akan dipisahkan.
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang
secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini
ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-
komponen sampel (Johnson, 1991).
Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu variabel yang
mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase gerak yang
digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat yang diinginkan
yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak.
Fase gerak harus:
• Murni; tidak ada pencemar/kontaminan
• Tidak bereaksi dengan pengemas
• Sesuai dengan detektor
• Melarutkan cuplikan
• Mempunyai viskositas rendah
• Mudah rekoveri cuplikan, bila diinginkan
• Tersedia diperdagangan dengan harga yang pantas

PELARUT INDEK POLARITAS

Pentana 0

1,1,2-Triklorotrifluoroetana 0

Siklopentana 0,1

Heptana 0,1

Heksana 0,1

Iso oktana 0,1

Petroleum eter 0,1

Sikloheksana 0,2

N-butiklorida 1,0

Toluena 2,4

Metal t-butil eter 2,5


o-xylene 2,5

Klorobenzena 2,7

O-diklorobenzena 2,7

Etil eter 2,8

Dikolrometana 3,1

Etilen diklorida 3,5

n-butil alcohol 3,9

Isopropil alcohol 3,9

n-butil asetat 4,0

Isobutyl alkohol 4,0

Metal isoamil keton 4,0

n-propil alkohol 4,0

Tetrahidrofuran 4,0

Kloroform 4,1

Metal isobutyl keton 4,2

Etil asetat 4,4

Metal n-propil ketone 4,5

Metal etil ketone 4,7

1,4- dioxana 4,8

Aseton 5,1

Methanol 5,1

Piridin 5,3

2-metoksiatenol 5,5

Asetonitrit 5,8

Propilen karbonat 6,1

N-n dimetilformamida 6,4


Dimetil asetamida 6,5

N-metilpirolidon 6,7

Dimetilsulfoksida 7,2

Air 10,2
III. ProsedurKerja :
A. ReaksiWarna
1. UjiBorntrager
Ekstraksebanyak 0.3 gram di ekstraksidengan 10 ml aquadest, di saring, lalu filtrate
diekstraksidengan 5 ml toluene dalamcorongpisah.

Ekstraksidilakukansebanyak 2 kali.Kemudianfase toluene dikumpukan dan


dibagimenjadi 2 bagian, disebutsebagailarutan VA dan VB

Larutan VA sebagaiblanko, larutan VB ditambah ammonia pekat 1 ml dan dikocok.

Timbulnyawarnamerahmenunjukkanadanyasenyawaantrakinon.
2. UjimodifikasiBorntrager
Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambah dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 ml H2O2 encer

Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glasial,
kemudiandiekstraksi dengan 5 ml toluena

Fasetoluenadiambail dan dibagimenjadiduasebagailarutan VIA dan VIB

Larutan VIA sebagaiblanko, larutan VIB ditambahamoniapekat 1 ml.


Timbulnyawarnamerahataumerahmudapadalapisan alkalis menunjukanadanyaantrakinon

B. Kromatografi Lapis Tipis


Sampelditotolkanpadafase diam. Ujikromatografi lapis tipis inimenggunakan
Fasediam :Kiesel Gel 254
Fasegerak :Toluen : Etilasetat: asamasetatglasial (75:24:1)

Timbulnodaberwarnakuning, kuningcoklat,
merahunguatauhijauungumenunjukkanadanyasenyawaantrokinon.
IV. SkemaGambar
A. Reaksiwarna
1. UjiBorntrager

Filtratdiektraksid Fase toluene


engan 5 ml dibagimenjadi
toluene sebanyak 2 bagian
Ekstrak 0,3 g 2 kali
diekstraksidgn
10 ml aquadest
Larutan VA

Larutan VB

Lar.VB ditambah Timbulwarnamerahm


ammonia pekat enunjukkanadanyasen
1 ml, dikocok. yawaantrakinon.
blanko
2. UjimodifikasiBorntrager
B. Kromatografi Lapis Tipis

Sampel Totolkansampelpada
fasediam :Kiesel Gel Elusipadafasegerak.Tol
254 uena :etilasetat :
asamasetatglasial
(75:24:1)

Timbulnodaberwarnakuning, kuningcoklat,
merahunguatauhijauungumenunjukkanadanyasenyawaantrokinon.
Daftar Pustaka
 http://www.riyawan.com/2015/06/kelembak.html . diakses pada tanggal 8 April
2017 jam 7.04 WIB
 Harborne. J.B.,1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I.
Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press
 Teyler.V.E.et.al.1988.Pharmacognosy Edition 9th. 187 – 188. Phiadelphia : Lea
& Febiger
 Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman., 2007,Kimia Farmasi  Analisis,
pustaka pelajar, Yogyakarta
 Departemen Kesehatan RI. (1989). Materia Medika Indonesia jilid 5. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai