Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA III

“PERANCANGAN METODA DAN TEKNIK ISOLASI SENYAWA DARI


BAHAN ALAM”

DI SUSUN OLEH :

Ade Nurhikmah 11171020000003


Ferizki Tri Dharma 11171020000018
Audina Nurjannah 11171020000012
Ilmi Nurul Azkia 11171020000008
Putri Kurniasih 11171020000013
Nurul Aisyah 11171020000022
Dili Ridho Amali Ikhsan 11171020000072
Ade Nanda Alrisky 11171020000073

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SEPTEMBER 2019
I. TUJUAN

Setelah praktikum diharapkan mahasiswa dapar merancang proses isolasi senyawa dari
bahan alam dengan cara merujuk kepada jurnal-jurnal ilmiah yang berkaitan dengan sampel
bahan alam yang dipilih dan sifat bahan alam tersebut.

II. DASAR TEORI

A. Uraian Tanaman
Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek
moyang sejak bertahun-tahun yang lalu. WHO merekomendasi penggunaan obat
tradisional untuk memelihara kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit. Secara
umum, penggunaan obat tradisional dinilai lebih aman daripada obat kimia karena efek
samping obat tradisional relatif lebih sedikit jika digunakan secara tepat (WHO, 2003;
Sari, 2006).
1. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata
2. Nama Lain
Nama Ilmiah : Boesenbergia pandurata
Sinonim : Gastrochilus panduratum (Roxb) Schult
Kaempferia pandurata (Roxb); Boesenbergia rotunda
Nama umum/ dagang : Temu kunci
Nama Lokal :Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci
(Minangkabau), Konce (Madura), Kunci (jawa tengah), Dumu kunci (Bima),
Tamu konci (Makasar), Tumu kunci (Ambon), Anipa wakang (Hila-Alfuru),
Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru) Rutu kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese key (Cina)
3. Kandungan Kimia
Temu kunci (Boesenbergia pandurata) termasuk dalam famili
zingiberaceae telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Senyawa-
senyawa aktif yang terdapat pada rimpang temukunci diantaranya flavanon
(pinostrobin, pinosembrin, alpinetin, dan 5,7-dimetoksifl avanon), flavon
(dimetoksiflavon dan 3’,4’,5,7-tetra-metoksi flavon), kalkon (2’,6’-dihidroksi-4’-
metoksikalkon, kardamonin, panduratin A, panduratin B, boesenbergin A,
boesenbergin B, dan rubranin), monoterpena (geranial dan neral), dan diterpena
(asam pimarat) (Win, 2008; Eng-Chong et al., 2012).
4. Khasiat
Rimpang temukunci juga mengandung minyak atsiri yang efektif sebagai
antimikroba. Beberapa senyawa yang ditemukan dalam rimpang temukunci
memiliki efek sebagai antioksidan dan antikanker. Temukunci banyak digunakan
untuk menanggulangi batuk dengan meluruhkan dahak, menambah nafsu makan,
dan menyembuhkan sariawan.

B. Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam satupenelitihan fitokimia
yang bertujuan umtuk memberikan gambaran tentanggolongan senyawa yang terkadang
dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skirining fitokimia dilakukan dengan
melihat reaksi pengujianwarna degan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal penting
yangberperan penting dalam skring fitokimia adalah pemilihan pelarut danmetode
ekstraksi (Kristianti dkk, 2008).
Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan kimia
dalamtumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dll).Terutama
kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida,antrakuinon, flavonoida,
glikosida jnatung, saponin (steroid danhiterpenoid ), tannin (polifenolat), minyak atsiri
(terpenoid) iridoid dansebagainya. Dengan tujuan pendekatan skring fitokimia dalam
untukmensurvei tumbuhan untuk mendapatkan kandungan bioaktif ataukandungan yang
berguna untuk pengobatan (Robinso,1995). Adapun metode yang digunakan atau dipilih
untuk melakukan skriningfitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain
(Robinson,1995) :
 Sederhana
 Cepat
 Dapat dilakukan dengan peralatan minimal
 Selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari
 Bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk senyawayang
dipelajari.
 Dapat memberikan keterangan tambahan ada/tidaknya senyawa darigolongan
yang dipelajari
Untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu ekstrak yang digunakan
berbagai metode berikut (Harbone,1987)
a) Identifikasi senyawa fenolik
Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cupikan dapat dilakukan
dengan peraksi besi (III) klorida 1 % dalam etanol. Adanya senyawa fenolik
ditandai dengan timbulnya warna hijau, merah, ungu,biru, atau hitam yang kuat.
b) Identifikasi senyawa golongan saponin
Saponin adalah suatu golongan gliosida yang larut dalam air dan
mempunyai karateristik, dapat membentuk busa apabila dikocok, serta
mempunyai kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai
toksisitas yang sangat tinggi. Berdasarkan strukturnya saponin dapat dibedakan
atas dua macam yaitu, saponin yangmempunyai rangka steroid dan saponi yang
mempunyai rangkatriterpenoid. Berdasarkan strukturnya saponin memberikan
reaksiwarna yang karateristik dengan pereaksi Libermann-Burhard (LB).
c) Identifikasi senyawa golongan alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat
dalamtumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid pada
umumnya merupakan atom nitrogen sekunder ataupun tersier dan kadang-kadang
terdapat sebagai atom nitrogen kuarterner. Salah satupereaksi untuk
mengidentifikasi adanya alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff dan
pereaksi mayer.
d) Identifikasi senyawa antrakuinon
Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang didalam tumbuhan biasanya
terdapat sebagai turunan antrakuinon terhidrolisis temitilasi atau terkarboksilasi.
Antrakuinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau c- glikosida. Turunan
antraquinon dapat beraksi dengan basa memberikan warna ungu atau hijau.
e) Identifikasi senyawa golongan flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan
berpembuluh, terikat pada glukosida dan aglikon flavonoid. Dalam menganalisis
flavonoid. Yang diperiksa adalah aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah
dihidrolisis. Proses ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidih
untuk menghindari oksidasi enzim.
f) Identifikasi senyawa golongan Tannin
Pengujian dilakukan dilakukan dengan cara mengambil masing-masing
sebanyak 2 mL sampel daun palado yang telah diekstraksi dengan pelarut air dan
etanol, kemudian dipanaskan kurang lebih 5 menit. Setelah dipanaskan masing-
masing ditambahkan beberapa tetes FeCl3 1%. Jika masing-masing larutan
terbentuk warna coklat kehijauan atau biru kehitaman maka positif mengandung
tanin (Marlinda dkk, 2012).
g) Identifikasi senyawa golongan kumarin
Cara mengidentifikasi kumarin yaitu ekstrak diuapkan sampai kering
tambahkan air panas dan dinginkan. Setelah dingin bagi menjadi dua tabung.
Tabung I diberi ammonia 10% dan tabung II sebagai pembanding. Dilihat di
bawah lampu UV, jika terdapat fluoresensi kuning kehijauan atau kebiruan berarti
positif mengandung kumarin
h) Identifikasi senyawa golongan steroid dan triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C-30 asiklik,
yaitu skualena, senyawa ini tidak berwarna. Senyawa triterpenoid dapat dibagi
menjadi empat golongan,yaitu: triterpen sebenarnya, saponin, steroid,dan
glikosida jantung.
Menurut Harborne (1987) bahwa kandungan terpenoid/steroid dalam
tumbuhan diuji dengan menggunakan metode Liebermann-Bucchardyang
nantinya akan memberikan warna jingga atau ungu untuk terpenoiddan warna
biru untuk steroid.Uji ini didasarkan pada kemampuan senyawatriterpenoid dan
steroid membentuk warna oleh H2SO4 pekat pada pelarutasetat glasial yang
membentuk warna jingga.
i) Identifikasi senyawa golongan minyak atsiri
Ekstrak kental yang telah diencerkan dengan metanol ditambah alkohol,
sebagian larutan alkohol diuapkan dan sebagian lagi untuk identifikasi lemak.
Jika larutan alkohol yang diuapkan berbau aromatis maka positif mengandung
minyak atsiri

III. PROSEDUR KERJA

Bahan dan Alat

Alat :

 Corong
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Water bath (penanggas air)
 Jepitan kayu
 Lumping dan alu
Bahan:
 Simplisia kering
 NaOH 1N
 NH4OH Pekat
 NH4OH 30 %
 Natrium asetat
 Kloroform
 Hcl encer
 Asetat anhidrat
 H2SO4
 Etanol
 Lempeng Mg
 Pereaksi Mayer
 Pereaksi Dragondroff
 Pereaksi Stiasny
 HCl Pekat
 Amilalkohol
 Ferri (III) klorida 1%
 Eter
 Kertas saring
 Kapas

Prosedur Kerja

I. Identifikasi alkaloid
1) Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dilembabkan dengan 2,5 ml ammonia 30%, digerus
dalam lumping, kemudian ditambahkan 10 ml etil asetat dan digerus kembali dengan
kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring, filtrate diambil (larutan A).
2) Sebagian larutan A diekstraksi dengan 10 ml HCl atau H2SO4 1 M atau asam asetat
10% dalam tabung reaksi. Dikocok pelan-pelan dan biarkan beberapa saat. Ambil
larutan pada lapisan atas (larutan B)
3) Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi
dengan pereaksi dragendroff, terbentuk warna merah/ jingga pada kertas saring
menunjukan adanya senyawa alkaloid.
4) Larutan B dibagi dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi
dragendroff dan mayer. Terbentuknya endapan merah bata dengan pereaksi
dragendroff dan endapan putih dengan pereaksi mayer menunjukkan adanya
senyawa golongan alkaloid
Ket : untuk penambahan pereaksi mayer :
(+) Sedikit keruh
(+)(+) sangat keruh
(+)(+)(+) terjadi endapan putih

II. Identifikasi golongan flavonoid


1. Sebanyak 2 g serbuk simplisia ditambahkan 100 mL air panas, didihkan selama 5
menit, saring dengan kertas saring, diperoleh filtrate yang akan digunakan sebagai
larutan percobaan.
2. Kedalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan 1ml HCL
pekat dan 3-butir logam magnesium (Mg) . kemudian tambahkan 5 ml
amilalkohol, dikocok dengan kuat, biarkan hingga memisah.
3. Terbentuk warna dalam larutan amilalkohol menunjukkan adanya senyawa
flavonoid.
III. Identifikasi golongan saponin
1. Sebanyak 10 mL larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan II, dimasukkan
kedalam tabung reaksi.
2. Kemudian dikocok secara ventrikal selama 10 detik, dibiarkan selama 10 menit
3. Terbentuknya busa yang stabil dalam tabung reaksi menunjukkan adanya
senyawa golongan saponin dan bila ditambahkan 1 tetes Hcl 1% busa tetap stabil
IV. Identifikasi golongan tannin
1. Sebnayk 1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100ml air, didihkan selama 15
menit, lalu dinginkan dan saring, filtrate yang didapat dibagi kedalam 3 tabung
reaksi, satu tabung sebagai control dan 2 tabung sebagai uji
2. Masukkan kesalah satu tabung uji Ferri (III) klorida 1%, terbentuk warna biru tua
atau hijau kehitaman artinya (+) Tanin
3. Kedalam tabung raksi lainnya masukkan 15mL preaksi stiasny, dipanaskan diatas
penanggas air, terbentuk endapan warna merah muda menunjukkan adanya tannin
katekuat (tannin terkondensasi)
4. Lalu endapan disaring, filtrate dijenuhkan dengan natrium asetat, tambahkan
beberapa tetes ferri (III) klorida 1%, terbentuk warna biru tinta menunjukkan
adanya tannin galat (tannin terhidrolisis)
V. Identifikasi golongan Kuinon
1. Ambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan II dan masukkan kedalam tabung
reaksi.
2. Tambahkan beberapa tetes NaOH 1N
3. Terbentuk warna merah menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon
VI. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
1. Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20ml heksana selama 2 jam ,
saring dan ambil filtratnya.
2. Uapkan 5ml filtrate tersebut di cawan penguap hingga mendapatkan residu.
3. Kedalam residu tambahkan 2 tetes pereaksi liberman-buchard.
4. Terbentuk warna hijau atau merah menunjukkan adanya senyawa golongan
steroid atau triterpenoid.
VII. Identifikasi golongan Kumarin
1. Sebnayak 2 g simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi
2. Masukkan 20ml pelarut etil asetat dan pasang corong (yang diberi kapas yang
telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung.
3. Dipanaskan selama 20 menit diatas penanggas air dan dinginkan, saring dengan
kertas saring
4. Filtrat yang disapat diuapkan pada cawan penguap sampai kering, sisa
ditambahkan air panas sebanyak 10 ml, dinginkan.
5. Masukan larutan tersebut kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 0,5 ml larutan
ammonia 10%
6. Amati dibawah sinar lampu UV pada panjang gelombang 365 nm, maka terjadi
fluoresensi warna biru atau hijau, menunjukkan adanya golongan kumarin.

IV. HASIL PENGAMATAN

1) Identifikasi golongan alkaloid


Hasil :
Pereaksi Dragendorf : (+) dinyatakan dengan terbentuknya warna merah bata
Pereaksi Mayer : (-) adanya penambahan masa pada ke dua fase , yang seharusnya adanya
endapan warna putih
2) Identifikasi Golongan Flavonoid
Hasil :
(+) ditandai dengan terbentuknya 3 lapisan berwarna kuning
3) Identifikasi Golongan Saponin
(+) ditandai dengan adanya busa , + 1 tetes HCl busanya stabil
4) Identifikasi Golongan Tanin
(-) ditandai dengan saat ditetesi FeCl3 terbentuk warna coklat
(+) ditandai dengan saat ditetesi pereaksi stiasny dan dipanaskan terbentuk warna merah
muda
5) Identifikasi Golongan Kuinon
(-) ditandai dengan saat ditetesi NaOH (1N) sedikit-sedikit tidak terbentuk warna merah
melainkan warna orange bening
6) Identifikasi Golongan Steroid dan Triterpenoid
- Steroid : (-) ditandai dengan tidak terbentuk warna hijau.
- Triterpenoid : (+) ditandai dengan terbentuk warna merah.

V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan uji skrining fitokimia untuk mengetahui kandungan
senyawa yang terdapat pada simplisia Temu Kunci ( Boesenbergia pandurata). Prosedur
fitokimia yang digunakan untuk mengidentifikasi kandungan zat aktif dengan penapisan.
Penapisan fitokimia merupakan metode awal yang dilakukan untuk pemeriksaan kandungan
kimia yang terdapat dalam bahan alam.

Temu kunci berasal dari tanaman Boesenbergia pandurata (Roxb) yang merupakan
keluarga Zingiberaceae. Berdasarkan beberapa penelitian, temu kunci mengandung minyak atsiri
(sineol, kafer, d-boineol zingiberin, d-pinen, sesquiterpen) kurkumin, zedoarin, zat pati (Oswald,
1981), saponin dan flavonoid (Hutapea, 1991), pinostrobin dan pinocembrin (Hertiani, 2007)
serta tanin (Chairul, 1996). Pada identifikasi golongan alkaloid dilakukan pengujian
menggunakan pereaksi dragendorff dan mayer. Untuk menggunakan pereaksi dragendroff,
serbuk simplisia dibasahi terlebih dahulu dengan ammonia 30%, kemudian digerus dalam
lumpang dan ditambahkan etil asetat , campuran tersebut diambil filtratnya. Berdasarkan hasil
praktikum, filtrate yang ditetesi pada kertas saring kemudian ditetesi pereaksi dragendorf
terbentuk warna jingga. Hasil ini sesuai literature, jika terdapat metabolit sekunder alkaloid akan
terbentuk warna jingga/ merah jika diberikan pereaksi dragendorff.
Kemudian pengujian alkaloid lain yaitu menggunakan pereaksi mayer. Filtrate simplisia
diekstraksi dengan HCl, yang kemudian akan membentuk 2 lapisan. Lapisan teratas diambil
untuk diujikan dengan pereaksi mayer. Berdasarkan hasil praktikum, sampel uji terbentuk
lapisan dua massa dan tidak terbentuk endapan warna putih. Hasil ini tidak sesuai dengan
literature yang menyebutkan jika terdapat metabolit sekunder alkaloid akan terbentuk endapan
warna putih jika diberikan pereaksi mayer.

Pada identifikasi golongan flavonoid dilakukan pengujian dengan metoda shinoda test ,
yaitu filtrate simplisia ditambah HCl pekat dan logam magnesium. Berdasarkan hasil praktikum,
filtrate ditambah HCl pekat dan logam Mg terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna pink
dan lapisan bawah berwarna bening. Kemudian ditambahkan amilalkohol dengan pengocokan
kuat, terbentuk 3 lapisan berwarna kuning. Hasil ini sesuai dengan literature, jika terdapat
metabolit sekunder flavonoid akan terbentuk perubahan warna pada larutan amilalkohol.
Rimpang Temu Kunci mengandung senyawa flavonoid jenis flavonon setelah dilakukan isolasi
mengunakan kromatografi kolom berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Handayani,
dkk, 2018. Senyawa flavonoid dalam rimpang Temu Kunci dapat menghambat pertumbuhan
bakteri (Tristiyanto, 2009)

Pada identifikasi golongan saponin dilakukan pengocokan selama 10 detik kemudian


dibiarkan selama 10 menit. Setelah itu ditambahkan HCl 10% terbentuk busa atau buih yang
stabil dalam tabung reaksi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa simplisia temu kunci mengandung
saponin. Saponin adalah glikosida triterpene dan sterol. Menurut Robinson (1995) senyawa yang
memiliki gugus polar dan non polar bersifat aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok
dengan air dapat membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke dalam,
keadaan inilah yang tampak seperti busa. Wijayakusuma (2000) menyatakan bahwa busa yang
timbul disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam air dan senyawa
yang larut dalam pelarut non polar surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan.

Pada identifikasi golongan tanin filtrate temu kunci ditambah dengan FeCl3. Jika filtrate
mengandung tanin akan terjadi perubahan warna larutan menjadi biru kehitaman atau biru tinta
(tanin terhidrolisis). Perubahan warna disebabkan oleh terjadinya reaksi FeCl3 dengan salah satu
gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin. Terbentuknya warna hijau kehitaman atau biru
tinta pada ekstrat setelah ditambahkan dengan FeCl3 karena tanin akan membentuk senyawa
kompleks dengan FeCl3 (Halimah, 2010). Pada hasil praktikum warna yang terbentuk yaitu
coklat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori dan juga hasil penelitian sebelumnya.
Kemungkinan dapat terjadi human karena human error atau pereaksi yang digunakan sudah
rusak karena teroksidasi.

Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor
pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonin yang berkonjugasi dengan dua ikatan
rangkap karbon-karbon (Harbone, 1987). Pada identifikasi golongan kuinon larutan percobaan
ditambahkan dengan NaOH 1 N akan terbentuk warna merah. Tetapi hasil dari percobaan yang
dilakukan setelah penambahan NaOH 1 N terbentuk warna kuning lemah maka dapat
disimpulkan bahwa simplisia temu kunci tidak mengandung kuinon. .

Triterpenoid dan steroid merupakan turunan dari terpenoid. Terpenoid merupakan


komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati
dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri. Uji triterpenoid dilakukan dengan cara
melarutkan uji sebanyak 2 mL diuapkan. Residu yang diperoleh dilarutkan dalam 0,5 mL
kloroform, lalu ditambah dengan 0,5 mL asam asetat anhidrat. Selanjutnya, campuran inii
ditetesi dengan 2 mL. Asam sulfat pekat melalui dinding tabung tersebut. Bila terbentuk warna
hijau kebiruan menunjukkan adanya sterol. Jika hasil yang diperoleh berupa cincin kecokelatan
atau violet pada perbatasan dua pelarut, menunjukkan adanya triterpenoid. (Jones and Kinghorn,
2006; Evans, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Mahmudah, Fitri Lestari, dan Sri Atun. 2017. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI
EKSTRAK ETANOL TEMUKUNCI (Boesenbergia pandurata) TERHADAP BAKTERI
Streptococcus mutans. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta. Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 22, Nomor 1.

Win, N. N., Awale, S., Esumi, H., Tezuka, Y., & Kadota, S. (2008). Panduratins D-I, novel
secondary metabolites from rhizomes of Boesenbergia pandurata. Chemical and Pharmaceutical
Bulletin, 56(4), 491-49

Eng-Chong, T., Yean-Kee, L., ChinFei, C., Choon-Han, H., Sher-Ming, W., Li-Ping, C. T., ... &
Othman, S. (2012). Boesenbergia rotunda: From ethnomedicine to drug discovery. Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine, 2012.

WHO. 2003. Traditional medicine. (serial online). (cited 2013 Feb, 28). Available from:
http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs134/en/

Sari. L. O. R. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan


Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1. Hal. 1-7.

Harbone, J.B, 1987.” Phitochemical method metode fitikomia terjemahan oleh kosasih
Padwaminata & iwang soediro, ITB press : Bandung.

Kristiani,A,N,N,S,dkk. 2008. buku ajar fitokimia’, jurusan kimia laboratorium kimia organic
FMIPA. Universitas Airlangga : Surabaya

Robinson. 1995. kandungan organic tumbuhan tinggi. ITB Press : Bandung


LAMPIRAN

Proses Pencucian Temu Kunci

Proses Penimbangan berat Temu Kunci

Hasil Pemotongan setelah di sortasi

Proses Pembersihan Temu Kunci

Hasil Penngeringan Temu Kunci

Anda mungkin juga menyukai