Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA

PERCOBAAN KE I

PEMBUATAN DAN IDENTIFIKASI SIMPLISIA

DISUSUN OLEH

Nama : Annisaa Dwinur Hasanah

NIM : 1606067005

Gol/Kel. : A/1

Tanggal : 16 April 2018

Dosen : Dian Ratna Rianti, M.Sc., Apt

LABORATORIUM FITOKIMIA

AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA

2018
HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan Praktikum Fitokimia Percobaan Ke I dengan Judul Pembuatan Dan Identifikasi


Simplisia adalah benar dan sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini
saya susun sendiri berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan.

Yogyakarta, 30 April 2018

Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

Dian Ratna Rianti, M.Sc., Apt Annisaa Dwinur Hasanah

Data Laporan

Hari, Tanggal Praktikum Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan


Senin, 16 April 2018 Senin, 30 April 2018

Nilai Laporan

No Aspek Penilaian Nilai


1. Ketepatan waktu pengumpulan (10)
2. Kesesuaian laporan dengan format (5)
3. Kelengkapan dasar teori (15)
4. Skematika kerja (10)
5. Penyajian hasil (15)
6. Pembahasan (20)
7. Kesimpulan (10)
8. Penulisan daftar pustaka (5)
9. Uplod data via blog/wordpress/scribd/academia.edu (10)
TOTAL
PERCOBAAN I. PEMBUATAN SIMPLISIA DAN
SKRINING FITOKIMIA

I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat melakukan pembuatan simplisia serta prosedur penapisan fitokimia
untuk mengidentifikasi kandungan zat aktif simplisia.

II. Dasar Teori


Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan
yang kering.
Terdapat 3 jenis simplisia yaitu :
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
b. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat – zat berguna
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni.
c. Simplisia pelican atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelican atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni.
Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapisan senyawa
kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa
tumbuhanberdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa
kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi yang diperoleh
dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai
nilai ekonomi lain seperti sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum, dan lain –
lain. Metode yang telah dikembangan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa
alkaloid, flavonoid, fenolat, tanin, saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid.
Skrining fitokimia dilakukan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa
yang terkandung dalam tanaman yang diteliti. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan
pengujian warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal yang berperan penting
dalam skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi.
Pemilihan pelarut ekstraksi umumnya menggunakan prinsip like dissolve like, dimana
senyawa yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar, sedangkan senyawa yang polar
akan larut pada pelarut polar. Ini mempengaruhi hasil kandungan kimia yang dapat
terekstrasi.
Skrining fitokimia serbuk simplisa dan sampel dalam bentuk basah meliputi
pemeriksaan kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoida/steroida, tanin dan
saponin menurut prosedur yang telah dilakukan Harbone (Harbane, 1987) dan Depkes
(Depkes, 1995).
Menurut Harborne (1984) senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada
tanaman adalah alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, terpenoid, dan tanin.
A. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada semua jenis
tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang bersifat
basa dan membentuk cincin heterosiklik. Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna,
sering kali bersifat optic aktif. Kebanyakan berbentuk Kristal tetapi hanya sedikit yang
berupa cairan pada suhu kamar. Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan
pada jenis cincin heterosiklik nitrogen yang terikat.
B. Tanin
1) Tanin terkondensasi atai flavon
Bila direaksikan dengan saam panas, beberapak ikatan karbon – karbon
penghunbung satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin.
Kepanyakan proantosianidin adalah prosianidin karena bila direkasikan sengan
asam akan menghasilkan sianidin. Proantosianidin dapat dideteksi langsung dengan
mencelupkan jaringan tumbuhan kedalam HCl 2 M mendidih selama setengah jam
yang akan menghasilkan warna merah yang dapat dikstraksi dengan amil atau butyl
alkohol. Bila digunakan jaringan kering, hasil tanin agak berkurang karena
terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya didalam sel(Minarno, 2105).
2) Tanin yang ternidrolisis
Pada senyawa ini glukosa dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis
kedua ini, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksa
hidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis menghasilkan asam
angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisi adalah dengan mengidentifikasi asam galat /
sama elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat yang dipekatkan (Harborne, 1987).
C. Terpenoid/steroid
Terpenoid merupakan komponen – komponen tumbuhan yang mempunyai bau
dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut minyak atsiri.
Minyak atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari penentuan struktur
secara sederhana, yaitu dengan perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari
senyawa terpenoid yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa
senyawa tersebut adalah golongan terpenoid (Minarno, 2015).
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentena prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolit
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya
diperoleh dari senyawa – senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan (Djamal,
1988).
D. Saponin
Menurut Harborne (1984), saponin adalah glikosida triterpen dan sterol. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampunannya membentuk busa yang stabil dalam air dan
menghomolisis sel darah merah.
E. Minyak atsiri
Minyak atsiri bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa
organik yang kadang kala terdiri dari lebih besar dari 25 senyawa atau komponen yang
berlainan. Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang mengandung
karbon, dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen tidak bersifat aromatic yang
secara umum disebut terpenoid. Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri
umumnya tidak berwarna. Namun, pada penyimpanan lama minyak atsiri dapat
teroksidasi

III. Alat dan Bahan


Alat
1. Tabung reaksi
2. Beaker glass
3. Pipet tetes
4. Spatula
5. Pengaduk
6. Pemanas
7. Corong
8. Penjepit
Bahan
1. Daun sirih hijau segar 8. Amilalkohol
2. Aquadest 9. Etanol 96%
3. HCl pekat 10. H2SO4 pekat
4. Pereaksi Meyer 11. FeCl3 1%
5. Pereaksi Bouchardat 12. Pereaksi Stiasny
6. Pereaksi Dragendorff 13. NaOh 1%
7. Serbuk Mg 14. Kertas saring
IV. Skematika Kerja
1. Identifikasi Alkaloid
Serbuk Simplisia
 1 ml HCl
 3 ml Aquadest
Dipanaskan (2 menit) 
Didinginkan 

Filtrat

+ Meyer + Bouchardat + Dragendorff

2. Identifikasi Flavonoid
Serbuk Simplisia
 air panas
Dididihkan, saring 
Filtrat
 serbuk magnesium, HCl Pekat, Amilalkohol
Dikocok 

Lapisan berwarna jingga

3. Identifikasi Saponin
Serbuk Simplisia

 Air panas
Kocok kuat 10 menit 

Buih
4. Identifikasi Tanin
Serbuk Simplisia
Disari   Aquadest
Dididihkan 
Didinginkan 
Disaring 

Filtrat
+ FeCl3 

Hijau kehitaman

5. Identifikasi Kuinon

Larutan identifikasi flavonoid

 NaOH

Warna merah
V. HASIL
Hasil pengamatan skrining fitokimia
Nama simplisia : Piper betle L.
Metode ekstraksi : infundasi
Hasil pengamatan :
No Jenis uji Gambar Hasil Keterangan
1. Alkaloid
(Filtrat simplisia +
pereaksi Mayer) + Endapan putih

2 Alkaloid
(filtrat simplisia +
pereaksi Terbentuk warna
+
Dragendorff jingga

3 Flavonoid
(simplisia + air
saring filtrat +
serbuk Mg + HCL Warna kuning
(p) +
bening

4 Uji Saponin
( Simplisia + air
Kocok 10 detik +
Tidak terbentuk
HCL) -
busa

5 Uji tanin
(simplisia + air
saring, feCl3 ) Warna hijau
+
kehitaman

6 Uji kuinon
(hasil uji flavonoid
+ NaOH ) - -
VI. Pembahasan
Pada praktikum fitokimia percobaan 1 ini bertujuan untuk melakukan identifikasi
kandungan zat aktif simplisia. Simplisia yang digunakan pada praktikum ini adalah daun
sirih hijau (Piper betle L.). Zat aktif yang diidentifikasi pada simplisia daun sirih hijau
adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan kuinon.
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan dua percobaan. Pada pembuatan filtrate, daun
sirih hijau dipotong menjadi kecil – kecil kemudian dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
diberi 1 ml HCl 2 N dan 9 ml aquadest, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit.
Filtrate didinginkan dan disaring. Filtrate kemudian dibagi dua. Filtrate pertama diberi
pereaksi Meyer menghasilkan endapan putih. Filtrate kedua diberi pereaksi Dragendorff
terbentuk warna jingga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel uji daun sirih hijau
mengandung alkaloid.
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan mendidhkan potongan daun sirih selama 5
menit dengan aqudest, kemudian disaring dalam keadaan panas. Filtrate ditambah 0,1 gram
serbuk magnesium dan 1 ml HCl pekat. Hasil menunjukkan warna kuning yang
menandakan sampel daun sirih hijau mengandung flavonoid.
Identifikasi saponin dilakukan dengan memasukkan potongan sampel daun sirih hijau
kedalam tabung reaksi dan diberi air panas kemudian didinginkan. Larutan kemudian
dikocok kuat – kuat selama 10 detik namun tidak terbentuk buih yang menetap. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sampel daun sirih hijau yang digunakan tidak mengandung
senyawa saponin.
Identifikasi tanin dilakukan dengan mendidihkan sampel daun sirih hijau dengan 10
ml aquadest selama 15 menit lalu disaring. Filtrate ditambahkan dengan larutan FeCl3
kemudian membentuk warna hijau kehitaman yang menunjukkan adanya senyawa tanin
pada sampel uji.
Identifikasi kuinon dilakukan dengan menambahkan NaOH 1N kedalam filtrate yang
diperoleh dari identifikasi flavonoid. Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan perubahan
warna yang menandakan bahwa sampel uji daun sirih hijau tidak mengandung kuinon.

VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini, diperoleh kesimpulan bahwa daun sirih hijau mengandung
senyawa alkaloid, flavonoid dan tanin.
VIII. Daftar Pustaka
Yunita, Erma dan Andi Wijaya.2018. Modul Praktikum Fitokimia. Yogyakarta.
Laboratorium Fitokimia Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta

Minarno, Eko udi. 2015. Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavonoid Pada Buah
Carica pubescens Lenne&K.Koch di Kawasan Bromo, Cangar, dan Dataran Tinggi
Dieng. El-Hayah. Vol.5 No.2 hal 73-82

Widayanti, M., A.W.Permana, H.D.Kusumaningrum.2009. Kapasitas Kadar Antosianin


Ekstrak Tepung Kulit Buah Manggis (Garciania mangostana L.) Pada Berbagai
Pelarut Dengan Metode Maserasi. J.Pasca Panen. 6(2):61-68

Harborne.J.B.1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Menganalisis Tumbuhan. Terjemah


Padmawinat Bandung : ITB press

Anda mungkin juga menyukai