Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOTERAPI

Siti Annisa Syafira


Audina Nurjannah
Nurul Luthfi
Mariya Ulfah
Luna Septi
KASUS
MJ wanita berumur 44 tahun (65 kg) yang datang ke ruang gawat darurat dengan 2 hari riwayat
sesak, dyspnea, sulit berbicara, dan gejala flu (nausea, vomiting dan fatigue). Dia juga mengeluh
jantung berdebar, insomnia, dan cepat marah pada baru-baru ini (1 minggu). BJ memiliki riwayat
asma kronik (selama setahun terakhir), 3 minggu kemudian didiagnosa GERD mulai penggunaan
simetidin, memiliki riwayat atrial fibrilation, Degenerative Joint Disease (menggunakan
indometasin) dan mengalami kesulitan dalam menggunakan inhalernya.
PERTANYAAN
 Analisa penggunaan obat tersebut. (DRP nya)
 Jelaskan cara penggunaan inhaler kepada pasien tersebut
 Buatlah rekomendasi pengobatan pada pasien tersebut
Theofillin 400 mg p.o.b.i.d
• Indikasi : pencegahan dan pengobatan asma bronkial, asma bronchitis, asma
kardial, emfisema paru
• Kontraindikasi : hipersensitivitas, tukak lambung, diabetes, gastritis, gangguan hati dan
ginjal
• Efek samping : mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia, palpitasi, takikardia, aritmia
ventikular, ruam kulit
• Perhatian : jangan menggunakan melebihi dosis yang dianjurkan; bila dalam 1 jam
gejala tetap atau bertambah buruk, segera hubungi dokter; jangan digunakan terus menerus
DRUG RELATED PROBLEM THEOFILIN
• Masalah yang ditemukan: Poin P.2.1 Adanya efek yang merugikan yang mungkin
tehrjadi jika obat theofilin yang memiliki dosis 400 mg diberikan kepada pasien.
• Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut: Poin C3.2 Disebabkan karena dosis
yang tidak tepat dan poin C4.2 yaitu lamanya pengobatan.
• Domain utama penyebab:
1. Dosis dari Theofilin terlalu tinggi.
2. Durasi pengobatan untuk theofilin terlalu lama.
• Intervensi terencana atau solusi: Poin I.3.2 Pengubahan dosissari 400mg menjadi
130-150mg sehari.
Erytromisin 400mg p.o.q.d
• Indikasi : sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan
enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionnaire, sifilis, urethritis non gonokukus,
prostatitis kronik, acne vulgaris, dan profilaksis difteri dan pertussis
• Kontraindikasi : gangguan fungs hati dan hipersensitivitas
• Peringatan : gangguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah
dilaporkan takikardi ventrikuler); porfiria, kehamilan (tidak diketahui efek buruknya) dan
menyusui (sejumlah kecil masuk ke ASI)
• Efek samping : gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah, kadang diare dan reaksi
alergi ringan
DRUG RELATED PROBLEM
• Masalah yang ditemukan: Poin P.3.2 perawatan obat yang tidak perlu
• Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut: Kesalahan dalam pemilihan obat dikarenakan
tidak adanya indikasi (Poin C1.3). Kesalahan utama disebabkan pemilihan obat yang salah,
kekuatan atau dosis yang disarankan (OTC) (Poin C.5.3).
• Intervensi terencana : Berhenti mengkonsumsi obat ini.
Indometasin 50 mg p.o b.i.d
Indometasin meeupakan obat golongan anti-inflamasi non steroid atau NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory
drug). Obat ini bekerja melalui penghambatan enzim siklooksigenase dan penghambatan terhadap
pembentukan mediator inflamasi, seperti prostaglandin. Indometasin.
Indikasi :
• Arthritis reumatoid sedang hingga parah, baik akut maupun kronis.
• Gout akut.
• Spondilitis ankilosa sedang hingga parah.
• Osteoarthritis sedang hingga parah.
• Bursitis dan tendonitis akut.
Dosis: Nyeri dan Peradangan yang Berhubungan dengan Gangguan Otot dan Sendi
Dewasa: Diberikan per oral 25 mg dua kali sehari atau tiga kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 25-50 mg
setiap minggu hingga 150-200 mg setiap hari.
DRUG RELATED PROBLEM
• Masalah yang ditemukan: Poin P.3.2 perawatan obat yang tidak perlu
• Kemungkinan penyebab dari masalah tersebut: Kombinasi obat-obatan yang tidak pantas, atau obat-
obatan dan obat-obatan herbal, atau obat-obatan dan suplemen makanan (Poin C.1.4) Hal ini disebabkan
Terjadi interaksi antara prednisone (oral kortikosteroid) dan indomethacine, dimana penggunaan
keduanya secara bersamaan dapat menyebabkan terjadinya potensi toksisitas gastrointestinal yang serius.
• Intervetasi terencana:
Inhaler merupakan alat yang digunakan untuk
pemberian obat secara inhalasi. Sistem
pengiriman inhaler merupakan bentuk penting
dari perangkat pemberian obat dalam
pengobatan gangguan pernapasan, karena
memiliki keuntungan pemberian obat langsung
ke sistem pernapasan dan efek samping yang
lebih sedikit.
Metered- dose inhaler Dry- powder inhaler (DPI) nebulizaer
(MDI)
Dapat menggunakan DPI tidak mengandung Alat berupa mesin yang
spacer propelan sehingga mengubah obat asma
tertinggalnya obat di bentuk cair menjadi uap
orofaringeal lebih sedikit
Energi yang dibutuhkan Energi yang dibutukan Penghirupan obat
berdasarkan dari propilen berasal dari kekuatan menggunakan masker
pasien dalam menarik
napas
Memerlukan kordinasi Tidak memerlukan bantuan Mengeluarkan suara yang
yang pas antara menghirup spacer untuk berisik
dan menekan obat mempermudah
penggunaan
Terjadi penurunan dosis Membutuhkan aliran Memerlukan sumber daya
pada keadaan dingin inspirasi yang lebih tinggi listrik
Memerlukan persiapan Tidak dapat digunakan Harga relatif lebih mahal
khusus seperti pengocokan untuk pasien usia < %
dan penyemprotan aerosol tahun
sebelum digunakan
CONTOH INHALER & CARA MENGGUNAKAN
CARA PENGGUNAN MDI
1. Lepaskan cap dari spacer dan MDI
2. Kocok MDI dan sambungkan dengan spacer, pertahankan posisi MDI
dalam kondisi tegak
3. Ambil posisi tegak
4. Hembuskan napas sekuat-kuatnya
5. Mendekatkan mulut dengan spacer
6. Semprotkan satu puff dari obat kedalam spacer dan segera mulai
meranik napas pelan-pelan, sampai menarik napas dalam-dalam
7. Menahan napas kemudian menghembuskan napas perlahan-lahan
8. Jika dosis lain diperlukan, ulangi langkah 3-7

Anda mungkin juga menyukai