Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN

MATERI UJI FITOKIMIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : III
NAMA ANGGOTA :
1. LATIFATU ZAHROK (P27241020022)
2. NABILAH MERCYDHIYA T.K (P27241020026)
3. NILNA FARAHDIBA A. (P27241020028)
4. RIFAHASIH MUNAWAROH (P27241020030)
5. SINTA DWI YULIANTI (P27241020032)
6. WANDA FIRDAUS (P27241020036)
GELOMBANG :I

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati,
sekitar 40.000 jenis tumbuhan telah ditemukan di Indonesia, 180 di
antaranya memiliki potensi obat. Tanaman yang dianggap tidak berguna
dalam kehidupan sehari-hari mungkin memiliki karakteristik khusus yang
tidak ternilai harganya. Fitur khusus ini biasanya hanya dikenali dan
dibutuhkan setelah keadaan darurat terjadi.
Bahan alami semakin banyak digunakan sebagai obat atau untuk
tujuan lain, terutama untuk kembali ke alam. Obat tradisional dan tanaman
obat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat terutama dalam upaya
pencegahan, promosi dan pemulihan. Di saat yang sama, banyak orang
yang percaya bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif
lebih aman dibandingkan dengan obat sintetis. Untuk pemanfaatan yang
optimal maka perlu diketahui informasi yang cukup tentang tumbuhan
obat. Informasi yang cukup akan membantu masyarakat lebih berhati-hati
dalam memilih dan menggunakan obat tradisional atau tumbuhan obat
untuk perawatan kesehatan.
Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth) merupakan
salah satu tanaman obat dan mudah ditemukan di seluruh nusantara.
Tanaman ini mudah tumbuh sehingga mudah berkembang biak. Kumis
kucing telah dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati diuretik,
hipertensi, dan rematik. Kandungan garam katekol dan kalium (terutama
pada bagian daunnya) merupakan komponen utama yang membantu tubuh
manusia (terutama pada kandung kemih, empedu dan ginjal) untuk
melarutkan asam urat, fosfat dan oksalat, sehingga dapat mencegah
pengendapan batu ginjal. (Anoim, 2011a). Komponen kimia kumis kucing
antara lain alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol (Hutapea, 1993).
Sederhananya, kumis kucing bisa diekstraksi dengan pelarut berupa etanol
70%.Sehingga senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan senyawa
lain, sehingga hanya senyawa yang diinginkan saja yang dimasukkan.
Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyaring zat polar yang relatif
tinggi hingga yang relatif rendah karena etanol adalah pelarut universal.
Etanol memiliki keunggulan selektivitas yang lebih tinggi. Sulit untuk
menumbuhkan jamur dalam 20% atau lebih etanol. Etanol tidak beracun,
netral dan memiliki daya serap yang baik. Etanol dapat dicampur dengan
air dalam berbagai rasio, dan membutuhkan lebih sedikit panas untuk
konsentrasi.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/icaj/article/viewFile/6168/3128

B. TUJUAN
Menentukan golongan senyawa aktif flavonoid, alkaloid, kuinon, polifenol
dari serbuk tumbuhan kumis kucing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. TAKSONOMI TUMBUHAN KUMIS KUCING


Sistematika tanaman kumis kucing.
Nama ilmiah : Orthosiphon aristatus
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Famili : Laminaceae
Genus : Orthosiphon
Spesies : O.aristatus

2. KARAKTERISTIK TUMBUHAN DAUN KUMIS KUCING


Berupa helaian daun, rapuh, bentuk bulat telur, lonjong, belah ketupat
memanjang atau bentuk lidah tumbak, pangkal membulat sampai runcing, tepi
beringgit sampai bergerigi tajam, ujung runcing sampai meruncing,
pertulangan daun menyirip. Ibu tulang daun tampak jelas, batang dan cabang-
cabang berbentuk persegi, warna agak ungu, kedua permukaan halus; warna
hijau kecoklatan; tidak berbau; rasa agak pahit.

3. JENIS METODE UJI FITOKIMIA

A. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa fenol,sehingga warnanya berubah bila
ditambah basa atau amoniak. Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu
antosianin,proantosianidin,flavonol,flavon,glikoflavon,biflavonil,khalkon,
auron,flavonon,dan isoflavone.
Pemeriksaan golongan flavonoid dapat dilakukan dengan uji warna yaitu
fitokimia untuk menentukan keberadaan senyawa golongan flavonoid dan
uji adanya senyawa polifenol.
B. Tanin
Tanin merupakan senyawa umum yang terdapat dalam tumbuhan
berpembuluh,karena kemampuannya menyambung silang protein. Jika
bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut
dalam air. Tannin secara kimia dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu tannin terkondensasi dan tannin terhidrolisis.
C. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 genus pada tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks
antara gula pereduksi (glikon) dan bukan gula (aglikon). Banyak saponin
yang mempunyai satuan gula sampai 5 dan komponen yang umum adalah
asam glukuronat. Adanya saponin dalam tumbuhan ditunjukkan dengan
pembentukan busa yang sewaktu mengekstrasi tumbuhan atau
memekatkan ekstrak.
D. Terpenoid dan Steroid
Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai
bau dan dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan yang disebut
minyak atsiri .
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa seperti monoterpen dan
seskuiterpen yang mudah menguap, diterpen yang sukar menguap, dan
triterpen dan sterol yang tidak menguap. Secara umum senyawa ini larut
dalam lemak dan terdapat pada sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya
senyawa ini diekstraksi menggunakan petroleum etr, eter , atau kloroform.
Steroid merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam bentuk
glikosida.
E. Polifenol
Senyawa fenol dalam tanaman dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu asam fenol,
flavonoid dan tanin. Asam kafeat, firulat, dan asam siringat adalah contoh dari
asam fenol. Senyawa fenol adalah substansi yang memiliki cincin benzene
dengan satu atau lebih gugus hidroksil, termasuk turunan fungsionalnya. Fenol
banyak memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan, salah satunya adalah
mengurangi resiko penyakit jantung dengan menghambat oksidasi LDL (low
density lipoprotein). Sejumlah besar fenol baik yang memiliki berat molekul
rendah maupun tinggi menunjukkan kemampuan sebagai antioksidan melawan
oksidasi lipid. Senyawa fenol yang memiliki banyak gugus hidroksil sangat
efektif mencegah oksidasi lipid. Selain itu senyawa fenol juga diketahui memiliki
sifat antibakteri, antivirus, anti mutagenik dan antikarsinogenik.
F. Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan identifikasi
kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu : benzokuinon, naftokuinon,
antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya
terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam bentuk gabungan
dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol

4. SYARAT UJI FITOKIMIA


BAB III
METODE UJI

A. ALAT
1. Tabung reaksi
2. Shaker
3. Cawan
4. Penjepit tabung
5. Kaki tiga
6. Waterbath
7. Lampu spirtus
8. Strimin
9. Rak tabung reaksi
B. BAHAN
1. Mg Sulfat
2. HCl 2N
3. HCl pekat
4. FeCl3
5. Cloroform
6. Asam sulfat
7. Reagen dragendorf
8. Ethanol 70%
9. Reagen wagner
10. NaOH 2N
11. Serbuk simplisia kumis kucing
12. Reagen Lieberman-Buchard
13. NaCl 2%
14. Larutan gelatin 1%
C. CARA KERJA
1. Uji flavonoid
Serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi, dilarutkan dalam
ethanol 70% dikocok dengan shaker, kemudian filtrate dimasukkan
kedalam masing-masing 4 tabung reaksi.
a. Tabung 1 : filtrate ditambahkan dengan serbuk Mg, HCl pekat
Hasil : merah kuat -> flavonol, flavanonol
Merah muda -> flavon
b. Didihkan dengan HCl 2N
Hasil : coklat kuning -> katekin (flavonol)
c. Direaksikan dengan FeCl3
Hasil : hitam biru -> galokatekin (flavanol)
d. NaOH 2N
Hasil : kuning -> flavon, flavonol
Coklat-jingga -> flavonol
2. Uji saponin
Masukkan serbuk simplisia kedalam tabung reaksi (2 tabung)
ditambah cloroform, kemudian dikocok menggunakan shaker selama
30 menit.
Hasil : pengocokan hasil reaksi pertama jika busa yang terbentuk stabil
selama 30 menit, maka mengandung saponin.
3. Uji tanin
Panaskan serbuk sebanyak 100 g serbuk dengan air 10 ml selama 30
menit diatas pemanas air. Kemudian ditambah NaCl 2% sebanyak 1
ml. Jika terjadi endapan maka ditambah dengan larutan gelatin 1%
sebanyak 2 ml.
4. Uji triterpenoid dan steroid
Dari tabung yang kedua ditambha dengan HCl 2N kemudian disaring.
Kemudian diuji dengan reagen Lieberman-Bucchard (CHCl3 + asam
sulfat anhidrat + H2SO4)
Hasil : negatif -> triterpenoid ditandai dengan terbentuknya warna
hijau biru.
Positif -> steroid yang ditandai dengan terbentuknya warna hijau biru.
5. Uji alkaloid
a. Serbuk ditambah cloroform dan asam sulfat secara berurutan,
kemudian dikocok.
b. Larutan diidamkan hingga cloroform dan asam sulfat memisah.
c. Lapisan asam (bagian atas0 diteteskan kepada plat dan diuji
dengan reagen wagner (kalium tertaidomerkurat) dan reagen
dragendorf (kalium tetrai dobismoktat).
d. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat
kemerahan pada reagen dragendorf dan warna coklat pada reagen
wagner.
6. Uji polifenol
Serbuk dilarutkan dengan ethanol 70% filtrate diteteskan diatas plat
tetes dan ditambahkan dengan larutan Fecl3. Hasil positif ditandai
dengan perubahan warna larutan menjadi biru kehitaman.
7. Uji kuinon
Serbuk dilarutkan dalam ethanol 70%, filtrate diteteskan diatas plat
tetes dan ditambahkan larutan NaOH 2N. Hasil positif ditandai dengan
perubahan warna dilarutkan menjadi merah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Reagen Hasil Hasil Keterangan
positif percobaan
Flavonoid
1. Mg-HCl Merah Hijau muda Negatif
pekat muda
sampai
merah
kuat
2. HCl 2N Coklta Coklat Positif
kuning kuning
3. FeCl3 Hitam Hitam positif
-biru
4. NaOH 2N Kuning kuning positif
atau
coklat-
jingga
Saponin
Pembentuka Stabil Tidak negatif
n busa selama 30 berbusa
menit
Tanin
NaCl 2%, gelatin endapan Tidak ada negatif
1% endapan
Steroid
Cloroform, HCl Hijau biru Hijau-biru positif
2N, Libermann
Burchard
Triterpenoid
Cloroform, HCl Merah Hijau biru negatif
2N, Libermann
-Buchard
Alkaloid
1. Reagen coklat Kuning negatif
wagner
2. Reagen Coklat Coklat positif
dragondorf kemeraha kemerahan
n
Polifenol
FeCl3 Biru Hijau pekat negatif
kehitaman
kuinon
Ethanol 70% merah Kucing negatif
NaOH kehijauan

B. PEMBAHASAN

Uji fitokimia dilakukan terhadap keenam ekstrak meliputi uji alkaloid,


flavonoid, saponin, tanin, kuinon, dan triterpenoid/steroid. Pengujian
fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa aktif yang
terkandung dalam tumbuhan. Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang
menguraikan aspek kimia suatu tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian
yang mencakup aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan disimpan
oleh organisme, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta
metabolismenya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi biologisnya,
isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam
jenis tanaman. Analisis fitokimia dilakukan untuk mene ntukan ciri
komponen bioaktif suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek racun atau efek
farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan dengan sistem biologi atau
bioassay (Harborne, 1987).
Menurut Robinson (1991) alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk
menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang
bermanfaat, yang ditunjukan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan
sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempunyai peranan
yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini penting
dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah dimanfaatkan dalam
kajian biologis. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Moelyono (1996)
analisis fitokimia merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang
mempelajari metode atau cara analisis kandungan kimia yang terdapat dalam
tumbuhan atau hewan secara keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk
cara isolasi atau pemisahannya.
A. Uji Flavonoid
Pada uji flavonoid sampel menunjukkan hasil yang negative yakni
mengalami perubahan warna merah muda menjadi hijau muda. Flavonoid
merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil.
Oleh karena itu, umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol.
Etanol berfungsi sebagai pembebas flavonoid dari bentuk garamnya.
Penambahan asam klorida pekat berfungsi untuk protonasi flavonoid hingga
terbentuk garam flavonoid. Setelah penambahan bubuk magnesium, hasil
positif ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi hitam
kemerahan. Warna hitam kemerahan yang dihasilkan menandakan adanya
flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan magnesium
(Harborne, 1987).
B. Uji Saponin
Pada uji saponin sampel menunjukkan hasil yang negative yakni tidak
adanya busa pada percobaan pembentukan busa dengan keadaan stabil
selama 30 menit pengadukan. Pada dasarnya didalam kandungan saponin
membentuk busa karena adanya proses hidrolisis.
C. Uji Tanin
Pada uji tannin, sampel menunjukkan hasil yang negative yakni tidak adanya
endapan pada percobaan larutan NaCl 2% dan gelatin1 %. Pada dasarnya
kandungan tannin disebabkan karena adanya ikatan hydrogen antara tannin
dan protein pada gelatin,karena gelatin merupakan salah satu jenis protein
yang mampu diendapkan oleh tannin
D. Uji Triterpenoid dan Steroid
Pada uji triterpenoid dan steroid, sampel menunjukkan hasil positif pada
steroid yakni penetapan warna hijau biru dan hasil negative pada triterpenoid
yakni perubahan warna dari merah menjadi hijau biru. Pada dasarnya,
perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warna yang dihasilkan
digunakan sebagai ukuran relative kandungan triterpenoid dan steroid.
E. Uji Alkoloid
Pada uji alkaloid, sampel menunjukkan hasil negative pada reagen wagner
yakni perubahan warna menjadi kuning dan hasil positif pada reagen
dragondorf yakni penetapan warna.
F. Uji Polifenol
Pada uji polifenol,sampel menunjukkan hasil negative yakni perubahan
warna menjadi hijau pekat dengan larutan FeCl3
G. Uji Kuinon
Pada uji kuinon sampel menunjukkan hasil negative yakni perubahan warna
menjadi kuning kehijauan dengan larutan etanol 70% NaOh
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai