Anda di halaman 1dari 23

Laboratorium Kimia Organik

Semester IV 2019/2020

LAPORAN PRAKTIKUM
Isolasi Polifenol

OLEH :
KELOMPOK II
KELAS 2 D3 ANALISIS KIMIA
1. Anita Karmila (332 18 002)
2. Huyyirna Sri Isnaeni (332 18 006)
3. Muthi’ah Firmansyah (332 18 011)
4. Nurfadillah (332 18 014)
5. Rabiaulyati Amat (332 18 017)
6. Sri Reski Lestari (332 18 020)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2020
I. TUJUAN
 Dapat melakukan ekstraksi lemak dari tempe dengan pelarut n-hexan
untuk memperoleh tempe bebas lemak.
 Dapat melakukan ekstraksi isoflavonoid dari tempe bebas lemak dengan
pelarut etanol.
 Dapat melakukan pemekatan ekstrak dengan menggunakan rotavapor.
 Dapat menentukan konsentrasi isoflavonoid di dalam tempe metode
spektrofotometri sinar tampak berdasarkan analisis kurva standar
menggunakan pereaksi prussian blue.

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
 Gelas kimia 600 ml, 100 ml
 Erlenmeyer 250 ml
● Gelas ukur
● Corong kaca
● Batang pengaduk
● Labu alas bulat rotavapor
● Labu peer rotavapor
● Rotavapor
● Labu takar 100 ml
● Labu takar 50 ml
● Pipet ukur 1 ml, 5 ml, 10 ml
● Lumpang
B. Bahan
● Etanol
● Tempe
● FeNH4(SO4)2
● n-heksan
● K3 Fe(CN)6
● Aquadest
C. DASAR TEORI
FLAVONOID
Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan fenol alam yang
terbesar. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pasti
ditemukan pada setiap telaah ekstrak tumbuhan. Flavonoid adalah senyawa
yang ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, dan beberapa minuman
yang memiliki beragam manfaat biokimia dan efek antioksidan. Telah
diketahui bahwa aktifitas antioksidan dari tumbuhan karena adanya senyawa
fenol. Flavonoid adalah golongan senyawa polifenol yang diketahui
memiliki sifat sebagai penangkap radikal bebas, penghambat enzim
hidrolisis dan oksidatif, dan bekerja sebagai antiinflamasi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa flavonoid dapat bekerja sebagai antioksidan.
Pada tumbuhan, fungsi flavonoid antara lain :
 Fungsi penyerbukan. Flavonoid termasuk pigmen yang penting pada
tumbuhan. Warna jingga, merah, biru, dan ungu pada bunga dan buah
pada umumnya disebabkan oleh flavonoid. Warna pada bunga
merupakan salah satu faktor yang menarik lebah, kupu-kupu, burung,
dan hewan lainnya sehingga membantu penyerbukan pada bunga.
 Fungsi pengatur tumbuh. Flavonoid secara tidak langsung berperan
sebagai zat pengatur tumbuh melalui sistem IAA (Indole Acetic Acid) -
IAA Oxidase. Secara in vitro, senyawa flavonoid kuersetin dapat
menghambat enzim IAA - Oxidae, yang berarti kuersetin secara tidak
langsung dapat meningkatkan pertumbuhan.
Senyawa flavonoid dapat pula berfungsi sebagai "feeding stimulani".
Kandungan tanin yang tinggi pada buah muda merupakan "feeding
deterrent" yang menyebabkan kera maupun manusia tidak bernafsu untuk
memakan buah sebelum masak. Sedangkan senyawa morin dan isokeurterin
yang terdapat dalam daun murbei (Morus alba L), merupakan feeding
stimulant bagi ulat sutera (Bombyx mori). Selain itu, flavonoid dapat pula
dijadikan sebagai obat tradisional karena flavonoid ini dapat bekerja sebagai
inhibitor pernafasan, menghambat aldoreduktase, monoamina oksidase,
protein kinase, DNA polimerase, dan lipooksigenase.
Flavonoid tersusun oleh 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin
benzena atau aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat
membentuk cincin ketiga. Dapat ditulis sebagai C 6-C3 -C6.
Gambar 1. Struktur umum flavonoid

Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu :


1) Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid
ini disebut flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak
digunakan sebagai astringen (turunan tanin).
2) Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid
ini disebut flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis
flavonoid yang paling banyak memiliki aktivitas farmakologi.
3) Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid
ini disebut flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan
sebagai pewarna alami.

Cara Mengidentifikasi Senyawa Flavonoid


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
senyawa flavonoid adalah Isolasi Flavonoid. Isolasi flavonoid umumnya
dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi atau
soxhletasi menggunakan pelarut yang dapat melarutkan flavonoid.
Flavonoid pada umumnya larut dalam pelarut polar, kecuali flavonoid bebas
seperti isoflavon, flavon, flavanon, dan flavonol termetoksilasi lebih mudah
larut dalam pelarut semipolar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya,
untuk tujuan skrining maupun isolasi, umumnya memggunakan pelarut
metanol atau etanol. Pelarut ini bersifat melarutkan senyawa-senyawa mulai
dari yang kurang polar sampai dengan polar.
Ekstraksi adalah suatu proses atau metode pemisahan dua atau lebih
komponen dengan menambahkan suatu pelarut yang hanya dapat
melarutkan salah satu komponennya saja. Dalam prosedur ekstraksi, larutan
berair biasanya dikocok dengan pelarut organik yang tak dapat larut dalam
sebuah corong pemisah. Zat-zat yang larut akan terdistribusi diantara
lapisan air dan lapisan organik sesuai dengan (perbedaan) kelarutannya.
Pada ekstraksi senyawa-senyawa organik dari larutan berair, selain air atau
eter, biasanya digunakan pula etil asetat, benzena, kloroform, dsb. Ekstraksi
lebih efisien dilakukan bila dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut
yang lebih kecil daripada dengan jumlah pelarutnya yang banyak tapi
ekstraknya hanya sekali.
Metode ekstraksi terdiri atas dua jenis yaitu ekstraksi panas dan ekstraksi
dingin. Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut.
1) Cara Dingin
 Maserasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengadukan pada suhu kamar. Secara teknologi termasuk
ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
kontinyu. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan
pelarut setelah dilakukan ekstraksi maserat pertama dan seterusnya.
 Perkolasi, adalah ekstraksi pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya pada suhu ruang. Prosesnya didahului dengan
pengembangan bahan, tahap maresari antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai
diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2) Cara Panas
 Reflux, adalah ekstraksi pelarut pada temperatur didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
 Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
 Digesi, adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari
temperatur kamar sekitar 40-50°C.
 Distilasi uap, adalah ekstraksi zat kandungan menguap dari bahan
dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial zat kandungan
menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinyu sampai
sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
menjadi distilasi air bersama kandungan yang memisah sempurna
atau sebagian.
 Infuse, adalah ekstraksi pelarut air pada temperatur penangas air 96-
98°C selama 15-20 menit.
POLIFENOL
Polifenol merupakan salah satu dari komponen bioaktif non gizi
yang memberikan efek fungsional sehat pada tubuh. Polifenol adalah
kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda
khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Senyawa fenol
dapat didefenisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatik yang
membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil, termasuk
derifat fungsionalnya. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat
kelarutan pada suatu pelarut berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus
hidroksil pada senyawa tersebut yang dimiliki berbeda jumlah dan
posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal
bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas,
dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas.

Gambar 2. Struktur fenol dan polifenol

Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah


larut dalam pelarut polar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam
tumbuhan seperti lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol dan
kadang-kadang satuan fenolitik dijumpai pada protein, alkaloid, dan
terpenoid.
Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan
seperti warna daun saat musim gugur. Polifenol banyak ditemukan dalam
buah-buahan, sayuran serta biji-bijian. Rata-rata manusia mengkonsumsi
polifenol dalam sehari sampai 23 mg. Khasiat dari polifenol adalah
menurunkan kadar gula darah dan efek melindungi terhadap berbagai
penyakit seperti kanker. Polifenol membantu melawan pembentukan radikal
bebas dalam tubuh sehingga dapat memperlambat penuaan dini.

Klasifikasi Polifenol
Polifenol jika diklasifikasikan berdasarkan unit basanya dibagi
menjadi 3 kelompok besar yaitu asam galic, flavon, dan asam sinamat.
1) Asam Galic
Senyawa ini memiliki struktur benzen yang tersubtitusi dengan 3
gugus – OH dan satu gugus Karboksilat. Contohnya seperti jenis
hydrolyzable tannins yang merupakan jenis tanin yang dapat larut di
dalam air membentuk asam gallic dan asam protocatechuic dan gula.
Contoh jenis ini adalah gallotanin. Senyawa ini tidak terlalu berperan di
dalam tumbuhan tetapi cukup memberikan sumbangan manfaat bagi
manusia khususnya dalam bidang kesehatan.
2) Flavon
Jenis polifenol ini yang apaling banyak terdapat di alam. Contoh
senyawa ini adalah epicatechin dan epigalocatechin, senyawa ini
terkandung di dalam teh yang memiliki fungsi sebagai antioksidan.
3) Asam Sinamat
Asam sinamat termasuk senyawa fenol yang dihasilkan dari lintasan
asam sikimat dan reaksi berikutnya.] Bahan dasarnya adalah fenilalanin
dan tirosin sama seperti asam kafeat, asam p-kumarat, dan asam ferulat.
Keempat senyawa tersebut penting bukan karena terdapat melimpah dalam
bentuk tak terikat (bebas), melainkan karena mereka diubah menjadi
beberapa turunan di samping protein. Turunannya termasuk fitoaleksin,
kumarin, lignin, dan berbagai flavonoid seperti antosianin.

TEMPE
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji
kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang
Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, Rhizopus
stolonifer (kapang roti), atau Rhizopus arrhizus. Sediaan fermentasi ini
secara umum dikenal sebagai "ragi tempe". Kapang yang tumbuh pada
kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa
sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat
pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Berbagai macam kandungan
dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk
menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif.
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia
kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang
memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi
membuat tempe memiliki rasa dan aroma khas.

Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe


1) Asam Lemak
Selama proses fermentasi tempe, terdapat tendensi adanya
peningkatan derajat ketidakjenuhan terhadap lemak. Dengan demikian,
asam lemak tidak jenuh majemuk (polyunsaturated fatty acid, PUFA)
meningkat jumlahnya. Dalam proses itu asam palmitat dan asam linoleat
sedikit mengalami penurunan, sedangkan kenaikan terjadi pada asam
oleat dan linolenat (asam linolenat tidak terdapat pada kedelai). Asam
lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan terhadap kandungan
kolesterol serum, sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol di
dalam tubuh.
2) Vitamin
Dua kelompok vitamin terdapat pada tempe, yaitu larut air (vitamin
B kompleks) dan larut lemak (vitamin A, D, E, dan K). Tempe
merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang
terkandung dalam tempe antara lain vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin), asam pantotenat, asam nikotinat (niasin), vitamin B6
(piridoksin), dan B12 (sianokobalamin). Vitamin B12 umumnya
terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan
nabati (sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian), namun tempe
mengandung vitamin B12 sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber
vitamin yang potensial dari bahan pangan nabati. Kenaikan kadar
vitamin B12 paling mencolok pada pembuatan tempe; vitamin B12
aktivitasnya meningkat sampai 33 kali selama fermentasi dari kedelai,
riboflavin naik sekitar 8-47 kali, piridoksin 4-14 kali, niasin 2-5 kali,
biotin 2-3 kali, asam folat 4-5 kali, dan asam pantotenat 2 kali lipat.
Vitamin ini tidak diproduksi oleh kapang tempe, tetapi oleh bakteri
kontaminan seperti Klebsiella pneumoniae dan Citrobacter freundii.
Kadar vitamin B12 dalam tempe berkisar antara 1,5 sampai 6,3
mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat
mencukupi kebutuhan vitamin B12 seseorang per hari. Dengan adanya
vitamin B12 pada tempe, para vegetarian tidak perlu merasa khawatir
akan kekurangan vitamin B12, sepanjang mereka melibatkan tempe
dalam menu hariannya.
3) Mineral
Tempe mengandung mineral makro dan mikro dalam jumlah yang
cukup. Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah
9,39; 2,87; dan 8,05 mg setiap 100 g tempe. Kapang tempe dapat
menghasilkan enzim fitase yang akan menguraikan asam fitat (yang
mengikat beberapa mineral) menjadi fosfor dan inositol. Dengan
terurainya asam fitat, mineral-mineral tertentu (seperti besi, kalsium,
magnesium, dan zink) menjadi lebih tersedia untuk dimanfaatkan tubuh.
4) Antioksidan
Di dalam tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam
bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon
juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk
menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Dalam kedelai
terdapat tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada
tempe, di samping ketiga jenis isoflavon tersebut juga terdapat
antioksidan faktor II (6,7,4-trihidroksi isoflavon) yang mempunyai sifat
antioksidan paling kuat dibandingkan dengan isoflavon dalam kedelai.
Antioksidan ini disintesis pada saat terjadinya proses fermentasi kedelai
menjadi tempe oleh bakteri Micrococcus luteus dan Coreyne bacterium.
Penuaan (aging) dapat dihambat bila dalam makanan yang
dikonsumsi sehari-hari mengandung antioksidan yang cukup. Karena
tempe merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya dalam
jumlah cukup secara teratur dapat mencegah terjadinya proses penuaan
dini. Penelitian yang dilakukan di Universitas North Carolina, Amerika
Serikat, menemukan bahwa genestein dan fitoestrogen yang terdapat
pada tempe ternyata dapat mencegah kanker prostat dan payudara.
5) Anemia & Osteoporosis
Tempe juga dipercaya dapat mencegah anemia dan osteoporosis,
dua penyakit yang banyak diderita wanita, sebab kodrat wanita yang
harus mengalami haid, hamil serta menyusui bayi. Penyakit anemia ini
dapat menyerang wanita yang malas makan, karena takut gemuk,
sehingga persediaan dan produksi sel-sel darah merah dalam tubuh
menurun. Tempe dapat berperan sebagai pemasok mineral, vitamin B12
(yang terdapat pada pangan hewani), dan zat besi yang sangat
dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah. Selain itu, tempe juga
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa protein, asam
lemak PUFA, serat, niasin, dan kalsium di dalam tempe dapat
mengurangi jumlah kolesterol jahat.
Khasiat Tempe
1) Protein yang terdapat dalam tempe sangat tinggi, mudah dicerna
sehingga baik untuk mengatasi diare.
2) Mengandung zat besi, flafoid yang bersifat antioksidan sehingga
menurunkan tekanan darah.
3) Mengandung superoksida desmutase yang dapat mengendalikan radikal
bebas, baik bagi penderita jantung.
4) Penanggulangan anemia. Anemi ditandai dengan rendahnya kadar
hemoglobin karena kurang tersedianya zat besi (Fe), tembaga (Cu), Seng
(Zn), protein, asam folat dan vitamin B12, di mana unsur-unsur tersebut
terkandung dalam tempe.
5) Anti infeksi. Hasil survey menunjukkan bahwa tempe mengandung
senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh karang tempe (R.
Oligosporus) merupakan antibiotika yang bermanfaat meminimalkan
kejadian infeksi.
6) Daya hipokolesterol. Kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe
bersifat dapat menurunkan kadar kolesterol.
7) Memiliki sifat anti oksidan, menolak kanker.
8) Mencegah masalah gizi ganda (akibat kekurangan dan kelebihan gizi)
beserta berbagai penyakit yang menyertainya, baik infeksi maupun
degeneratif.
9) Mencegah timbulnya hipertensi.
10) Kandungan kalsiumnya yang tinggi, tempe dapat mencegah
osteoporosis.

SPEKTROFOTOMETER UV/Vis
Spektrofotometer merupakan instrumen yang umum digunakan
untuk menganalisis bahan kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Spektrofotometri adalah metode pengukuran kuantitatif yang didasarkan
pada pengukuran absorbs (penyerapan) radiasi gelombang elektromagnetik.
Spektrofotometer UV/Vis adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu
sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak
(visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV/Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV/Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa
ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu
dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Adapun bunyi dari hukum
Lambert-Beer yaitu "bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media
(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan
(Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It)."
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linear antara absorban
dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan,
yaitu :
 Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
 Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang
yang sama
 Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut
 Tidak terjadi flourensensi atau fosforisensi
 Indeks bias tidak bergantung pada konsentrasi larutan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
spektrofotometer UV/Vis antara lain :
1) Larutan yang dianalisis merupakan larutan berwarna
Apabila larutan yang akan dianalisis merupakan larutan yang tidak
berwarna, maka larutan tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi
larutan yang berwarna. Kecuali apabila diukur dengan menggunakan
lampu UV.
2) Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang
yang mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada
panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada
panjang gelombang tersebut, perubahan absorbansi untuk tiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar. Selain itu disekitar panjang
gelombang maksimal, akan terbentuk kurva absorbansi yang datar
sehingga hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi. Dan apabila dilakukan
pengukuran ulang, tingkat kesalahannya akan kecil sekali.
3) Panjang gelombang dan Absorban
Spektrofotometer digunakan untuk mengukur intensitas cahaya
yang dipancarkan dan cahaya yang diabsorbsi. Hal ini bergantung pada
spektrum elektromagnetik yang diabsorb oleh benda. Tiap media akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada
senyawa yang terbentuk. Oleh karena itu perlu dilakukan kalibrasi
panjang gelombang dan absorban pada spektrofotometer agar
pengukuran yang di dapatkan lebih teliti.

D. PROSEDUR KERJA
A. Penyediaan Tempe Bebas Lemak
1. Tempe digerus dengan lumpang sampai cukup halus, lalu ditimbang
sebanyak 15 gram ke dalam erlenmeyer tutup asah.
2. Menambahkan n-heksan sebanyak 150 mL, kocok selama 30 menit
dengan menggunakan alat ultrasonik.
3. Campuran dipisahkan dengan cara dekantasi (diendap-tuangkan),
residu tempe tetap dalam erlenmeyer, pelarut ditampung dalam
wadah bersih.
4. Residu ditambah lagi n-heksan 100 mL, dikocok lagi menggunakan
alat ultrasonik selama 20 menit lalu disaring, filtrat (pelarut)
dicampur dengan pelarut pada prosedur no. 3
5. Tempe kering yang diperoleh disini adalah tempe bebas lemak,
lemak sudah terlarut ke dalam n-heksan.
B. Ekstraksi Flafanoid dari Tempe Bebas Lemak
1. Tempe bebas lemak yang diperoleh pada prosedur sebelumnya
dimasukkan ke dalam erlenmeyer tutup asah yang bersih dan
ditambah dengan etanol 95% sebanyak 2oo mL, dikocok selama 3o
menit dengan menggunakan ultrasonik.
2. Campuran disaring, filtrat ditampung secara kualitattif dalam
erlenmeyer bersih.
3. Residu tempe ditambah lagi dengan 100 mL etanol 95%, dikocok
selama 30 menit dengan menggunakan ultrasonik lalu disaring, filtrat
dicampur dengan filtrat etanol sebelumnya (dianggap sebagai ekstrak
etanol).
4. Ekstrak etanol dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu rotavapor
vakum, lalu dipekatkan sampai tersisa 50 mL.

C. Penentuan kadar Flavonoid


1. Ekstrak etanol dari tempe yang telah dipekatkan melalui rotavapor
diencerkan menjadi 50-100 mL (volume ekstrak etanol, V) dengan
etanol;
2. Memipet 0,1 mL larutan ekstrak tersebut (1) ke dalam labu takar 50
mL dan ditambahkan 25 mL air suling dan 3 mL FeNH4(SO4)2 0,10
M;
3. Campuran no. 2 disimpan selama 20 menit pada suhu kamar
kemudian ditambahkan dengan K3 Fe(CN)6 0,008 M sebanyak 0,5
mL, kemudian diimpitkan sampai tanda batas dengan air suling dan
setelah itu di kocok dan disimpan pada suhu kamar 20 menit;
4. Setelah tepat 20 menit segera ukur serapannya pada panjang
gelombang 720 nm, catat serapan (As);
5. Konsentrasi polifenol dalam larutan ekstrak etanol (Cs) ditentukan
dengan metode kurva standar secara ekstrapolasi atau menggunakan
persamaan garis lurus yang diperoleh dari kurva standar.

D. Prosedur Pembuatan Larutan Standar


1. Menyediakan larutan asam tannat dengan konsentrasi 0,1 gram
dalam 100 mL larutan (0,1%);
2. Larutan no. 1 dipipet 1 mL kedalam labu takar 100 mL dan encerkan
sampai tanda batas dengan air suling;
3. Disediakan 5 buah labu takar 100 mL yang bersih dan ke dalamnya
dipipet berturut-turut 1; 2; 3; 4; dan 5 mL air suling, dikocok dengan
baik;
4. Ke dalam masing-masing larutan no.3 ditambahkan 3 mL
FeNH4(SO4)2 0,10 M lalu dikocok dan didiamkan selama 20 menit;
5. Kemudian ditambahkan 0,5 mL larutan K3 Fe(CN)6 0,008 M dan
setelah itu diimpitkansampai tanda batas dengan menggunakan air
suling, didiamkan selama 20 menit baru diukur serapannya pada
panjang gelombang720 nm. Dicatat serapannya dan buat kurva
standar antara konsentrasi asam tannat dalam larutan dengan
serapannya masing-masing.

E. DATA PENGAMATAN
1) Hasil Penimbangan
Berat tempe = 15 gram

2) Data pengukuran larutan standar asam tannat


Larutan Volume (mL) Absorbansi (A)
Standar 1 1 0.120
Standar 2 2 0.200
Standar 3 3 0.239
Standar 4 4 0.302
Standar 5 5 0.377
Sampel 0.1 0.166

F. PERHITUNGAN
 Berat tempe = 15 gram
 Berat asam tannat = 0.1040 gram
 Konsentrasi larutan induk = 1000 ppm
 Volume larutan asam tannat = 100 mL

V1 = 1 mL N1 = 1000 ppm
V2 = 100 mL N2 =x
 Pengenceran larutan standar
1. Larutan standar 1

2. Larutan standar 2

3. Larutan standar 3

4. Larutan standar 4

5. Larutan standar 5

 Kurva standar antara konsentrasi asam tannat dengan absorbansinya

Grafik Konsentrasi vs Absorbansi


0,4
0,35
0,3
Absorbansi

0,25
0,2 y = 0,0616x + 0,0628
0,15 R² = 0,9901
0,1
0,05
0
0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi

 Penentuan konsentrasi sampel


Diketahui : y = 0,0616x + 0,0628
R2 = 0,9901
Absorbansi sampel (x) = 0,166
Ditanyakan : Konsentrasi sampel?
Penyelesaian :

 Perhitungan konsentrasi polifenol dalam sampel tempe


Diketahui : Cs = 1,6753 ppm
V = 50 mL = 0,05 L
P =
m = 15 gram = 15000,0 mg
Ditanyakan : kadar polifenol...?
Penyelesaian :
Kadar polifenol

G. PEMBAHASAN
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol
dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu
tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.

Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar polifenol yang


terdapat pada tempe dengan metode spektrofotometri Uv-Vis. Sebelum
mengukur dengan spektrofotometri Uv-Vis, terlebih dahulu dilakukan
preparasi sampel dengan cara menimbang 15 gram tempe diekstrak dengan
150 ml n-heksan dengan cara di masukkan pada alat ultrasonikasi selama 30
menit kemudian ditambahkan kembali n-heksan sebanyak 100 ml dan di
ultrasonik selama 20 menit yang bertujuan untuk menghilangkan asam
lemak bebas pada sampel agar polifenol dalam sampel dapat terekstrak
dengan sempurna tanpa terhalang oleh kandungan lemak pada sampel.
ekstraki ini dilakukan sebanyak dua kali tetapi tidak melakukan pengocokan
kuat karena untuk mengefisienkan waktu sehingga menggunakan
ultrasonikasi. Alat ini menggunakan gelombang ultrasonik dimana
gelombang tersebut terbentuk dari pembangkitan ultrasonik secara kocak
dari kavitasi mikir pada sekeliling bahan yang akan diektraksi sehingga
terjadi pemanasan pada bahan tersebut dan melepaskan senyawa ekstrak.
setelah bebas dari lemak sampel kemudian diektrak kembali dengan
menambahkan 200 ml etanol 98% untuk melarutkan polifenol tersebut
dengan melakukan ekstraksi selama 30 menit pada alat ultrasonikasi.
kemudian di ekstrak kembali sebanyak dua kali dengan menambahkan
etanol 98% sebanyak 100 ml dan di masukkan dalam alat ultrasonikasi
selama 30 menit yang bertujuan untuk melarutkan polifenol yang masih
tersisa. hasil ekstrak menggunakan etanol ditampung dan digabung dalam
satu wadah kemudian hasil ekstraksi tersebut dipekatkan menggunakan
rotavapor hingga volume kurang lebih 50 ml. alat ini menggunakan prinsip
destilasi yaitu pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih senyawa
pelarutnya yaitu etanol akan menguap terlebih dahulu dan akan diperoleh
hasil ekstrak polifenol yang pekat. Larutan dari hasil pemekatan ditanda
bataskan dengan etanol 98% dalam labu ukur 50 ml. kemudian dipipet 0,1
ml kedalam tabu ukur 50 ml dan di tambahkan resign spesifik seperti 3 ml
FeNH4(SO4)2 0,1 M dan ditambahkan 25 ml aquadest kemudian di diamkan
selama 20 menit. Kemudian ditambahkan lagi reagen spesifik K3 Fe(CN)6
0,008 M sebanyak 25 ml dan diimpitkan dengan menambahkan aquadest
kemudian didiamkan selama 20 menit sebagai indikator adanya polifenol
(flavonoid) yang terdapat dalam sampel ditandai dengan perubahan warna
larutan menjadi biru tua kehijauan. Setelah tepat 20 menit lalu diukur
menggunakan alat spektrofotometri Uv-Vis dengan panjang gelombang 720
nm.

Untuk mendapatkan persamaan linear maka di lakukan pembuatan


larutan standar dengan menimbang asam tannat 0,1 gram lalu dibuat 5 deret
larutan standar dimana konsentrasinya adalah 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm; 4 ppm;
5 ppm dengan perlakukan sama seperti sampel saat penambahan sragen
spesifik. sehingga saat pengukuran didapatkan persamaan linear dari grafik
seperti yang ada pada data pengamatan.

Dari hasil kurva , di dapatkan persamaannya yaitu Y= 0,0616 x +


0,0628,sehingga kita dapatkan hasil perhitungan kadar konsentrasi polifenol
pada tempe yaitu 1,6753 ppm atau setara 0,002 %. Pada sampel (tempe) di
dapatkan senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan dan
senyawa pengkelat. Senyawa ini berfungsi sebagai pelindung sel dalam
tubuh dari radikal bebas, sehingga tempe sangat baik untuk di konsumsi
untuk daya tahan tubuh.

H. KESIMPULAN
Dari hasil analisa di dapatkan kadar konsentrasi polifenol pada
sampel ( tempe) yaitu 1,6753 ppm atau setara dengan 0,0002%

I. DAFTAR PUSTAKA
 Jobsheet Laboratorium Kimia Organik. 2017. Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
 Novia, Ananda. (2016). Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoida
(Ekstrak Psidium Guajava. Retrieved August 29, 2020, from slideshare.
(https://www.slideshare.net/mobile/anandajpz/laporan-praktikum-
fitokimia-identifikasi-senyawa-golongan-flavonoida-ekstrak-psidium-
guajava)
 Nugraha, Wira. (2015). Pengujian Total Polifenol. Retrieved August 29,
2020, from academia.
(https://www.academia.edu/19508592/Laporan_Polifenol_THP)
 Setiawan, Parta. (2020). Pengertian Senyawa Polifenol pada Tanaman.
Retrieved August 29, 2020, from gurupendidikan.com.
(https://www.gurupendidikan.co.id/senyawa-polifenol/)
 Staff UNY. Kandungan Gizi Tempe Beserta Manfaatnya. Retrieved
August 29, 2020. (staffnew.uny.ac.id/kandungan-gizi-tempe-beserta-
manfaatnya)
 Novi Dewi Sartika. (2007). Studi pendahuluan daya antioksidan ekstrak
metanol tempe segar dan tempe "Busuk" Kota Malang terhadap radikal
bebas DPPH (1,1 -difenil-2-pikrilhidrazil). Skripsi. Universitas Negeri
Malang
 Wocono. (2013). Spektrofotometri Uv/Vis. Retrieved August 29, 2020,
from wordpress.
(https://wocono.wordpress.com/2013/03/04/spektrofotometri-uv-vis/)
 Pm, Andaru. (2019). Spektrofotometri Uv/Vis. Retrieved August 29,
2020. (https://andarupm.co.id/spektrofotometri-uv-vis/)
LAMPIRAN

Proses menimbang sampel (tempe) sebanyak 15 gram

Proses penambahan etanol 96% sebanyak 200 ml


Proses Ekstraksi dengan Ultrasonik

Proses penyaringan sampel setelah penambahan etanol 95% yang telah diekstraksi
dengan ulatrasonik
Proses mempekatkan larutan sampel dengan rotavapor

Proses mempipet FeNH₄(SO₄)₂ 0,10 M sebanyak 3ml masing-masing deret standar


dan sampel
Proses pendiaman pertama setelah penambahan 0,1 ml larutan ekstrak+25 ml
aquadest+3 ml FeNH₄(SO₄)₂ 0,10 M selama 20 menit

Proses pendiaman kedua setelah ditambahkan 0,5 ml larutan K₃Fe(CN)₆ 0,008 M


dan dihimpitkan hingga tanda batas
Proses pengukuran serapan deret standar dan sampel pada panjang gelombang 720
nm dengan alat Spektrofotometri UV-Vis

Anda mungkin juga menyukai