Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya alam organik adalah gudang senyawa kimia yang sangat
potensial sebagai sumber-sumber senyawa baru yang unik dan tidak mungkin
ditemukan di laboratorium. Senyawa-senyawa ini mungkin sangat berguna dalam
pengobatan, pertanian dan industri (Achmad, 1986).
Indonesia sangat kaya akan sumber daya organik baik berupa hewan,
tumbuhan, mikroorganisme, maupun organisma laut. Sebagian besar sumber
daya ini belum dikaji dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan bangsa Indonesia
khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Suatu fenomena budaya tradisional dalam bidang pengobatan dan
pertanian ternyata dapat menjaring tumbuhan-tumbuhan yang bermanfaat karena
memiliki keaktifan biologis tertentu. Tumbuh-tumbuhan yang digunakan oleh
masyarakat sebagai obat maupun pestisida tradisional, setelah diteliti ternyata
memiliki keaktifan yang sangat bermanfaat bagi berbagai sistem hayati.
Pendekatan secara fitokimia untuk memperoleh senyawa aktif sangatlah
penting oleh karena prospek aktif tidaknya suatu tumbuhan ditunjang oleh
keberartiannya secara fitokimia.
Fitokimia atau kimia tumbuhan mempelajari aneka ragam senyawa
organic yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu mengenai struktur
kimianya, biosintesisnya, penyebarannya secara ilmiah serta fungsi biologinya.
Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder atau metabolit sekumder telah
banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan
sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh- tumbuhan yang digunakan obat-
obatan yang dikenal sebagai obat tradisional sehingga diperlukan penelitian
tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia
yang berfungsi sebagai obat. Senyawa-senyawa kimia yang merupakan hasil
metabolisme sekunder pada tumbuhan sangat beragam dan dapat diklasifikasikan
dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu terpenoid, steroid, kumarin,
flavonoid dan alkaloid.

1|Kelompok VIII
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa
metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam
metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa
tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan
ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne, 1987).

2|Kelompok VIII
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Teori
1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik siklik yang mengadung nitrogen dengan
bilangan oksidasi negatif, yang penyebarannya terbatas pada makhluk hidup.
Alkaloid juga merupakan golongan zat metabolit sekunder yang terbesar, yang
pada saat ini telah diketahui sekitar 5500 buah. Alkaloid pada umumnya
mempunyai keaktifan fisiologi yang menonjol, sehingga oleh manusia alkaloid
sering dimanfaatkan untuk pengobatan.
Struktur dari alkaloid beranekaragam, dari mulai alkaloid berstruktur
sederhana sampai yang rumit. Salah satu alkaloid yang mempunyai struktur
tersederhana adalah nikotina, tetapi nikotina ini dampak fisiologinya cukup besar.
2. Saponin
Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan
bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya
membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam
tumbuhan telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang mudah
diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol hewan yang kerkhasiat
penting (misalnya kortison, estrogen, kontraseptik dan lain-lain)
3. Tanin
Tanin tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae
terdapat khusus dalam jaringan kayu. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang
berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi
kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.
Di dalam tumbuhan, letak tanin terpisah dari protein dan enzim
sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka
reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar
dicapai oleh cairan pecernaan hewan. Sebagian besar tumbuhan yang banyak
bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat.

3|Kelompok VIII
4. Flavonoid
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali
dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu,
sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas.
Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula – mula
didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi warna.
Kemudian diikuti denganpemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah dihidroli
is secara kromatografi. (Harbrone.J.B,1987)
5. Fenolik
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada
tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH)
dan gugus – gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus hidroksil
lebih dari satu sehingga disebut polifenol.

B. Prosedur kerja
 Waktu dan tempat : 27 dan 28 Mei 2016, Bahowo, kel. Tongkaina kec.
Bunaken
 Alat dan bahan:
- Alat :
1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Plat tetes
4. Kaki tiga
5. Pembakar bunsen
6. Gelas ukur
7. Gelas beaker
8. Rak tabung reaksi
9. Penjepit
10. Lumpang alu

4|Kelompok VIII
- Bahan :
1. Sampel darat :
2. FeCl3 10%
3. FeCl 5%
4. HCl 2N
5. H2SO4 2N
6. Aquades
7. Methanol
8. Etanol
9. Reagen wagner
10. NaOH 10%

 Cara Kerja
PROSEDUR UJI FENOLIK
Sampel sebanyak 2 gram

- Diekstrasi dengan methanol sebanyak 5 ml


- Disaring dengan kapas
- Dipindahkan ke tabung lain
- Ditambahkan FeCl3 5% sebanyak 2-3 tetes

Sampel (+) mengandung fenolik bila mengalami


perubahan warna menjadi biru kehitaman

PROSEDUR UJI TANIN


Sampel sebayak 2 gram

- Diekstrasi dengan air panas sebanyak 5 ml


- Disaring dengan kapas
- Dipindahkan ke tabung lain
- Ditambahkan FeCl3 10% sebanyak 2-3 tetes
Sampel (+) mengandung tannin bila mengalami
perubahan warna menjadi hijau

5|Kelompok VIII
PROSEDUR UJI SAPONIN
Sampel sebanyak 2 gram

- Diekstrasi dengan air panas sebanyak 5 ml


- Disaring dengan kapas
- Dipindahkan ketabung lain
- Dikocok kuat kuat dan diamkan selama 2 menit
- Tambahkan HCL 2N sebanyak 2 tetes
- Kocok kuat dan diamkan selama 10 menit
Sampel (+) mengandung saponin bila terdapat buih
dengan intensitas yang banyak dan konsisten selama 10

PROSEDUR UJI ALKALOID


2-4 g sampel

- Digerus dan diekstrasi dengan kloroform


Amoniakal sebanyak 5 ml

Ekstrak kloroform amoniakal

- Dimasukkan kedalam tabung A,B,C dan


D sebanyak 10 tetes

Tabung A,B, dan C Tabung D

- Masing-masing ditambahkan H2SO42N - ditambahankan


pereaksi Hager
sebanyak 10 tetes
Hasil positif bila ada endapan kuning
- Dikocok kuat
Tabung A,B dan C terdapat dua fase

- Tabung A ditambah reagen Dragendorf 2 tetes


- Tabung B ditambah reagen Wagner 2 tetes
- Tabung C ditambah reagen Mayer 2 tetes

Tabung A positif bila endapan kemerahan


Tabung B positif bila endapan kecoklatan
Tabung C positif bila endapan krem
6|Kelompok VIII
PROSEDUR UJI FLAVONOID
Sampel sebanyak 2 gram

- Diekstrasi dengan metanol - Diekstrasi dengan metanol


sebanyak 5 ml sebanyak 5ml
- Disaring dengan kapas - Disaring dengan kapas
- Dipindahkan ke tabung lain - Dipindahkan ke tabung lain
- Tambahkan H2SO4 sebanyak - Tambahkan NaOH 10%
sebanyak 2 tetes

2 tetes - Kocok kuat

- Kocok kuat
Sampel + mengandung Sampel + mengandung
flavonoid bila terjadi flavonoid bila terjadi
perubahan warna yang perubahan warna yang
sangat mencolok (kuning, mencolok (kuning, merah,
merah atau coklat) coklat, atau hijau)

C. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Skrining Fitokimia dari
Uji Fitokimia Sampel
A B C
Alkaloid - + -
Tanin - + -
Saponin - + -
Fenolik - - -
Flavonoid + - -
(H2SO4)
Flavonoid (NaOH) + - -
Keterangan : + (Positif), - (Negatif)

7|Kelompok VIII
Sampel A : Daun Meniran
Nama Latin : Phyllanthus niruri L

Meniran yang memiliki nama latin Phyllanthus niruri L. adalah jenis tanaman
herbal yang tumbuh liar di tempat lembab dan berbatu, seperti di sepanjang
saluran air, semak-semak. Tumbuhan ini bisa ditemukan di daerah dataran rendah
sampai ketinggian 1000 dpl. Merupakan jenis Semak, tanaman semusim, tinggi
20-60 cm. Batang berbentuk masif, bulat licin, tidak berambut, diameter 3 mm,
berwarna hijau. Daun majemuk, berseling, anak daun 15-24, berwarna hijau,
bentuk bulat telur, panjang 1,5 cm,lebar 7 mm, tepi rata, ujung tumpul, pangkal
membulat. Bunga berwarna putih, tunggal, dekat tangkai anak daun. Buah kotak,
bulat, diameter 2 mm, berwarna hijau keunguan. Biji kecil, keras, berwarna
coklat.

 Nama lain dari meniran di beberapa daerah adalah : Memeniran; Gosau na


dungi; Gosau madungi roriha; Daun gendong anak.
 Meniran, dengan nama simplesia Phyllanthi Herba , memiliki kandungan
kimia: Filantina; Hipofilantina; Kalium; Damar; Tanin
 Dalam beberapa literature menyebutkan bahwa Meniran memiliki
beberapa Khasiat antara lain membersihkan hati; anti radang; anti
demam; peluruh dahak; peluruh haid; penambah nafsu makan. Dan dalam
penelitian terakhir telah dibuktikan bahwa ekstrak Meniran ternyata dapat

8|Kelompok VIII
meningkatkan Trombosit darah, cegah influenza, dan membantu
penyembuhan HIV /AIDS

 Manfaat khasiat daun meniran untuk pengobatan dan kesehatan adalah:

Obat Batuk saluran kencing, obat Hepatitis, obat Digigit anjing gila, obat
Nephritic edema dan radang ginjal obat untuk Rematik obat Bisul di kelopak
mata, obat Rabun senja, obat Disentri, obat luar, obat Peluruh seni, kencing batu,
kencing nanah, obat Sakit Kuningobat Sakit Malaria, obat Sakit Ayan dan obat
Sakit Demam

 Senyawa Aktif dalam daun meniran adalah:

Manfaat khasiat daun meniran untuk pengobatan dan kesehatan dapat diperoleh
karena daun meniran sangat kaya akan berbagai kandungan kimia, antara lain:
phyllanthin, hypophyllanthin, niranthin, nirtetrali, nirurin, nirurinetin,
norsecurinine, phyllanthenol, phyllnirurin, phylltetrin, quercitrin, quercetin,
ricinoleic acid, rutin, salicylic acid methyl ester, garlic acid, ascorbic acid,
hinokinin, hydroxy niranthin, isolintetralin, dan isoquercetin.

Senyawa lain yang terkandung dalam Meniran adalah beta-d-


xylopyranoside dan beta-sitosteroy. Senyawa lain yang baru ditemukan adalah
seco-4-hidroksilintetralin, seco-isoarisiresinol trimetil eter, hidroksinirantin,
dibenzilbutirolakton, nirfilin, dan neolignan.

Sampel B : Daun Rambusa


Nama Latin : Passiflora foetida

9|Kelompok VIII
Rambusa atau ermot atau "'Plantae"'(Passiflora Foetida L) adalah nama sejenis buah
kecil, yang ketika masak tertutup oleh perbesaran kelopak bunga. Buah ini juga dikenal
dengan berbagai nama daerah seperti ceplukan blungsun (Jw.), permot, rajutan,
kaceprek atau ki leuleu’eur (Sd.), dan timun dendang atau timun padang (Mal.).
Buah rambusa merupakan buah dari tumbuhan berbunga yang merambat dan berwarna
mencolok. Biasanya buah pohon ini dikonsumsi oleh anak-anak karena bentuk serta
warnanya yang menarik. Buahnya berbentuk bulat-bulat kecil dan buah ini berwarna
kuing terang. Di Filipina, buah rambusa dikenal dengan maria maria. Tak hanya dijadikan
sebagai hiasan, tumbuhan merambat yang hidup disemak-semak ini juga biasa
dikonsumsi oleh orag Filipina.
Buah rambusa ini memiliki banyak manfaat buah karena ternyata memiliki
banyak mineral serta serat dan kandungan air yang bermanfaat untuk tubuh. Tapi harus
diingat bahwa manfaat buah rambusa hanya bisa didapatkan dari buah rambusa yang
matang karena biasanya buah rambusa yang masih mentah mengandung racun yang
dapat membahayakan tubuh kita.

Smpel C : Daun nusa indah putih


Nama Latin : Mussaenda pubescens

10 | K e l o m p o k V I I I
Nusa indah putih [Mussaenda pubescens Ait.f.] dipelihara sebagai tanaman hias,
kadang tumbuh liar pada lereng bukit dan semak-semak. Perdu dengan ranting
yang menaik, tinggi 1-2 cm, cabang kecil ditumbuhi rambut halus. Daunnya
tunggal, bertangkai dengan daun penumpu, bentuk daun bulat telur, letak
berhadapan berseling, ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, tulang daun
menyirip, berambut halus, panjang 5-8 cm sedangkan lebar 2-3,5 cm. Bunga
majemuk, tumbuh diujung tangkai, karangan bunga berbentuk payung, bunganya
kecil berbentuk terompet, warnanya kuning, panjang 2 cm dengan daun pelindung
berwarna putih. Buahnya buah buni, bentuk bulat memanjang, dengan panjang 8-
10 mm dan lebar 6-7,5 mm.

Familia : Rubiaceae.

Nama Asing
Shau gan cao (T), splash of white (I), balik adap (M).

Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologis

 Batang : rasa sedikit manis, agak pahit, sejuk, berkhasiat sebagai penurun
panas (antipiretik), membersihkan darah, antiradang (antiinflamasi),
menetralisasi racun dan melancarkan peredaran darah.
 Akar : manis, netral.

Kandungan Kimia
Daun mengandung B-sitosterol. Batang mengandung B-stigmasterol, arjunolic
acid.

Bagian yang Dipakai


Batang, daun, akar.

11 | K e l o m p o k V I I I
Kegunaan
1. Batang, daun :

 Influenza, demam, batuk (tussis);


 Radang saluran napas (bronkhitis);
 Pingsan karena udara sangat panas (heat sroke);
 Radang amandel (tonsilitis);
 Radang tenggorokan (fangiritis);
 Radang usus (enteritis);
 Disentri, diare;
 Keracunan makanan;
 Pendarahan kandungan pada wanita (uterine bleeding);
 Air kemih keluar sedikit (oliguria);
 Radang ginjal (nephritis);
 Koreng, luka;
 Bisul (furunculus), bengkak (edema);

2. Akar :

 Cacingan pada anak-anak;


 Masuk angin;
 Sakit pinggang (lumbago);
 Kanker payudara;
 Mata merah (conjuncivitis);

Dosis pemakaian

1. Pemakaian luar : tumbuhan nusa indah putih dihaluskan lalu ditempelkan


pada bagian yang sakit.
2. Pemakaian dalam (minum) : Batang : 15-30 gram batang kering atau 30-
60 gram yang segar, direbus atau ditumbuk dan airnya diminum; atau akar
: 30-60 gram akar direbus atau dikeringkan lalu digiling jadi bubuk,
diseduh lalu diminum.

12 | K e l o m p o k V I I I
Pemakaian Luar

1. Bisul (furunculus) : tumbuhan nusa indah putih yang segar setelah dicuci
bersih, ditumbuk hingga halus lalu ditempelkan pada bagian yang terkena
bisul.

D. Pembahasan
Skrining fitokimia merupakan cara sederhana untuk melakukan analisis
kualitatif kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan. Pada praktikum ini
skrining yang dilakukan terbatas pada uji alkaloid, uji flavanoid, saponin, tannin,
dan venolik Setiap golongan senyawa metabolit skunder yang terkandung dalam
tumbuhan memiliki cirri dan karakter tersendiri. Dengan mempelajari sifat kimia
dari masing-masing golongan metabolit sekunder tersebut maka muncullah suatu
metode atau cara untuk mengetahui adanya senyawa tertentu dalam tumbuhan
tersebut.

Dalam uji fitokimia kita menggunakan pereaksi yang berbeda untuk setiap
golongan yang akan di uji. Demikian halnya dengan pelarut yang digunakan pada
proses isolasi semestinya menggunakan pelarut yang berbeda. Penggunaan pelarut
yang berbeda ini didasarkan pada sifat kepolaran dari senyawa yang akan di
isolasi dan selanjutnya di skrining. Penggunaan pelarut yang tidak sesuai akan
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Golongan senyawa tertentu tidak akan
Nampak pada skrining yang kita lakukan, atau bahkan kita tida mendapatkan
senyawa yang kita inginkan.

Berdasarkan prosedur yang akan diuji alkaloid, ada tiga sampel A, B, dan
C. Pada uji ini, sampel yang telah dihaluskan diekstraksi dengan menggunakan
kloroform amoniakal sebanyak 5 ml, kemudian masing-masing sampel
ditambahkan dengan H2SO42N sebanyak 10 tetes lalu dikocok kuat. dan pada
tahap yang terakhir masing-masing sampel ditambahkan reagen wagner sebanyak
2 tetes dan dikocok kuat. Hal ini menunjukan hasil untuk sampel A: -, Sampel B: -
, Dan sampel C: - . untuk uji alkaloid pada ketiga sampel tersebut.

13 | K e l o m p o k V I I I
Untuk pengujian fenolik, sampel diekstraksikan dengan menggunakan
methanol sebanyak 5 ml kemudian hasil ekstraksi disaring menggunakan kapas
dan dipindahkan ditabung yang lain lalu hasil saringan ditambahkan dengan FeCl3
5% sebanyak 2-3 tetes kemudian dikocok kuat. untuk perolehan akhir sampel (+)
mengandung fenolik bila mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman.
Hal ini menunjukan bahwa untuk sampel A: -, sampel B: -, dan sampel C: -

Berikut pengujian tannin, sampel yang disediakan sebanyak 2 gram


diekstraksi dengan air panas sebanyak 5 ml kemudian disaring menggunakan
kapas lalu dipindahkan ketabung lain dan kemudian hasil saringan ditambahkan
dengan FeCl3 10% sebanyak 2-3 tetes. untuk perolehan akhir sampel (+)
mengandung fenolik bila mengalami perubahan warna menjadi hijau kehitaman.
Hal ini menunjukan bahwa untuk sampel A: -, sampel B: +, dan sampel C: -

Pengujian berikut yakni uji saponin, sampel yang disediakan sebanyak 2


gram diekstraksi dengan menggunakan air panas sebanyak 5 ml kemudian
disaring dengan kapas yang kemudian hasil saringan dikocok kuat dan didiamkan
selama 2 menit. Setelah 2 menit kemudian hasil ekstraksi ditambahkan HCL 2N
sebanyak 2 tetes. Lalu dikocok kuat dan didiamkan selama 10 menit.

Untuk hasil akhir sampel (+) mengandung saponin bila terdapat buih dengan
intesitas yang banyak dan konsisten selama 10 menit. Hal ini menunjukan bahwa
untuk sampel A: -, sampel B: +, dan sampel C:

Untuk uji flavanoid , pada praktikum ini dilakukan dua uji yaitu
menggunakan H2SO4, dan NaOH . penggunaan H2SO4 untuk uji flavanoid, akan
memberikan warna merah, kuning, atau cokelat jika ekstrak mengandung
flavonoid. Sementara untuk NaOH kita akan mendapatkan warna kuning, cokelat
atau hijau jika ekstrak mengandung falvonoid. Pertama-tama para praktikan akan
menguji Flavanoid dengan menggunakan pelarut H2SO4. Sampel sebanyak 2
gram akan diekstraksi dengan methanol sebanyak 5 ml kemudian disaring
menggunakan kapas yang kemudian hasil saringan tersebut ditambahkan dengan
pelarut H2SO4 lalu dikocok kuat. dari ketiga hasil ekstrak sampel yang diuji
diperoleh hasil untuk sampel A: +, untuk sampel B: -, dan Sampel C: -

14 | K e l o m p o k V I I I
Berikut sampel yang akan diuji menggunakan pelarut NaOH 10%.
Pertama sampel diekstraksikan dengan menggunakan methanol sebanyak 5 ml
kemudian sampel disaring menggunakan kapas lalu hasil saringan ditambahkan
dengan pelarut NaOH 10% sebanyak 2 tetes lalu dikocok kuat. dari ketiga hasil
ekstrak sampel yang diuji diperoleh hasil untuk sampel A: +, untuk sampel B: -,
dan Sampel C: -,

15 | K e l o m p o k V I I I
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metabolit sekunder merupakan suatu senyawa yang penting bagi
kehidupan tumbuhan penghasilnya untuk mempertahankan diri dari serangan
makhluk lain. Alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, steroid, tanin dan merupakan
beberapa contoh dari metabolit sekunder yang telah diidentifikasi pada praktikum
kali ini, ekstraksi senyawa dilakukan dengan beberapa metode dan pelarut organik
yang cocok. Kemudian diidentifikasi dengan reagen-reagen yang sesuai yang
dapat menunjukan reaksi-reaksi yang khas.

B. Saran
Penelitian yang dilakukan masih merupakan penelitian awal untuk
mendeteksi kandungan metabolit sekunder golongan alkaloid, fenolik, tanin,
flavonoid dan saponin. Untuk itu disarankan untuk dilakukannya penelitian
lanjutan terhadap tanaman-tanaman yang telah dianalisis ini, baik itu isolasi,
pemurnian, maupun uji hayati terhadap senyawa aktifnya sehingga nantinya dapat
diaplikasikan pada bidang-bidang ilmu lain seperti kedokteran, pertanian, farmasi
dan lain-lain.

16 | K e l o m p o k V I I I
DAFTAR PUSTAKA

Harborne. J.B.,1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I.


Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press

Achmad, S. A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Materi 4. Ilmu Kimia.


Flavonoid. Karunia Universitas Terbuka. Jakarta.

Sendana. 2014. Skrining Penapisan Fitokimia. Diunduh dari


http://ndrasendana.blogspot.co.id/2014/01/skriningpenapisan-
fitokimia.html. Di akses pada Hari Selasa 01 Juni 2016, Pukul 13.00 Wita

Arinta Yuniawati. 2014. Laporan Praktikum Fitokimia. Diunduh dari


file:///C:/TUGAS%20KULIAH/SEMESTER%204/FITOKIMIA/LAPOR
AN/LAPORAN%20RESMI%20PRAKTIKUM%20FITOKIMIA_Akfar%
20Theresiana%20Semarang%20_%20arintayuniawati.htm
Diakses pada Hari Selasa 31 Mei 2016, Pukul 13.15 Wita

17 | K e l o m p o k V I I I
LAMPIRAN

DAUN MENIRAN DAUN RAMBUSA DAUN NUSA INDAH PUTIH

SAMPEL SETELAH DIGERUS

PROSES JALANNYA PRAKTIKUM

HASIL SAMPEL SESUDAH PENGUJIAN

18 | K e l o m p o k V I I I

Anda mungkin juga menyukai