Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM PREPARASI SENYAWA ORGANIK


(Fraksinasi Awal (KKCV))

OLEH

NAMA : ANISA RAHMADANIA


NIM : 60500118048
KELOMPOK : I1 (DUA)
ASISTEN : MUH. TAUFIQ M., S.Si
DOSEN PENANGGUNG JAWAB : AFRIANI NUR, S.Si., M.Sc

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Preparasi Senyawa Organik dengan Judul “Fraksinasi


Awal (KKCV)” yang disusun oleh:
Nama : Anisa Rahmadania
NIM : 60500118048

Kelompok : II (Dua)
telah diperiksa oleh Asisten dan dinyatakan dapat diterima.

Gowa, Mei 2021

Asisten Praktikan

Muh. Taufik M., S.Si Anisa Rahmadania


NIM: 60500118048
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan yang mengalami iklim tropis setiap
tahunnya sehingga terdapat berbagai macam ekosistem tumbuhan. Oleh karena itu
negara Indonesia disebut negara megabiodiversitas. Keanekaragaman hayati ini
memiliki peran penting bagi kesejahteraan manusia karena kaya akan sumber
senyawa-senyawa organik bahan alam yang memiliki aktifitas biologi serta manfaat
yang beragam. Senyawa kimia yang dihasilkan tersebut dikenal dengan metabolit
sekunder. Umumnya senyawa kimia ini berupa berupa seperti alkaloid, flavonoid,
fenolik, terpenoid, steroid, dan lain-lain yang memiliki aktivitas biologis yang
beragam. Hal ini mendorong para ahli kimia untuk mengisolasi zat aktif biologis
yang terdapat dalam tanaman. Diharapkan nantinya dapat menghasilkan berbagai zat
kimia yang dapat digunakan sebagai obat, baik untuk kesehatan manusia (Ihsany dan
Ersan, 2018: 96-97).
Keanekaragaman tumbuhan yang ada di Indonesia sebagai salah satu nikmat
yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita, merupakan nikmat yang besar sehingga
kita dapat menikmati nikmat tersebut. Sebagai muslim yang beriman, kita patut
bersyukur dan memanfaatkannya dengan baik, hewan serta tumbuhan yang telah
diciptakannya memiliki bentuk, ciri khas serta berbeda-beda tingkat kelebihan dan
kekurangannya. Semua itu tumbuh dalam keadaan baik dan diperoleh dengan baik
dan gratis. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syu’ara yaitu:

1
2

‫َكۡك َكٍو يكِكۡوْا ِرَكى َأوكۡوِر َكٍو َكۢنَكۡوَكا ِريَكا ِرن َِّل َكۡوٖ َكِريٍم َكِريٍم‬

Terjemahnya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi ini berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik” (QS.
Asy-syu’ara: 7).
Berdasarkan ayat tersebut, dijelaskan bahwa tumbuhan yang baik adalah
tumbuhan yang subur. Allah SWT menumbuhkan bermacam-macam tumbuhan yang
baik untuk mahluk-Nya yaitu tumbuhan yang bermanfaat. Manfaat tumbuhan salah
satunya digunakan sebagai obat (Rahmawati, 2015: 1-2).
Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai obat adalah tanaman mangga
terutama pada daunnya. Daun mangga (Mangifera indika L.) merupakan tanaman
yang berpotensi sebagai obat herbal karena mengandung senyawa metabolit sekunder.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap daun mangga (Mangifera indika
L.) yaitu daun mangga (Mangifera indika L.) sebagai antioksidan, daun mangga
(Mangifera indika L.) sebagai antimikroba dan daun mangga (Mangifera indika L.)
sebagai antitumor. Selain flavonoid, daun mangga (Mangifera indika L.) juga
mengandung senyawa saponin, tanin galat, tanin tanin katekat, steroid atau tripenoid

(Ningsih, dkk., 2017: 62).


Salah satu cara untuk mendapatkan manfaat dari kandungan bahan alam yaitu
dengan mengambil sari atau memisahkan kandungan senyawa aktif yang terkandung
dalam tanaman tersebut. Cara yang paling umum digunakan untuk mendapatkan sari
atau kandungan senyawa aktif pada suatu tanaman biasanya dilakukan dengan teknik
ekstraksi. Teknik ekstraksi senyawa aktif bahan alam yang biasanya digunakan antara
lain maserasi, perkolasi, infudasi, dan sokletasi. Selanjutnya ekstrak yang dihasilkan
dapat dipisahkan lagi menjadi fraksi-fraksinya dengan menggunakan metode
3

kromatografi. Metode kromatografi yang biasa digunakan yaitu kromatografi lapis


tipis, kromatografi kolom gravitasi, kromatron, kromatografi kolom vakum
(Sudarwati dan Fernanda, 2019: 19).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan percobaan fraksinasi
awal kromatografi kolom cair vakum (KKCV) dengan tujuan untuk memisahkan
komponen-komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak daun mangga (Mangifera

indika L.) dengan kromatografi kolom cair vakum (KKCV).


B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara memisahkan komponen-komponen kimia yang terdapat
dalam ekstrak daun mangga (Mangifera indika L.)?
2. Berapa fraksi yang diperoleh dari hasil pemisahan kromatografi kolom cair
vakum (KKCV)?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini yaitu adalah sebagai berikut:
1. Memisahkan komponen-komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak daun
mangga (Mangifera indika L.).
2. Mengetahui fraksi yang diperoleh dari hasil pemisahan kromatografi kolom
cair vakum (KKCV).
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Mangga
Daun mangga (Mangifera indica, L.) adalah salah satu struktur dari tanaman
mangga. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk
Malaysia dan Indonesia. Daun mangga berasal dari famili Anarcadiaceae, genus
Mangifera, species Mangifera indica., genus dari keluarga Anacardiaceae yang
berasal dari Asia Tenggara tercatat ada 62 spesies. 16 spesies diantaranya memiliki
buah yang dapat dimakan, tetapi hanya spesies Mangifera caesia, Jack., Mangifera
foetida, Lous., Mangifera odorata, Grift., dan Mangifera indica, L. yang biasa
dimakan. Diantara keempat spesies mangga yang dapat dimakan tersebut, yang
memiliki jenis paling banyak adalah Mangifera indica, L. sebagian dari mangga
tersebut terpenting memiliki aroma yang cukup kuat (Oktavianto, dkk., 2015: 92).
Daun mangga (Mangifera indica, L.) tergolong tunggal, dengan letak tersebar,
tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian
pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada
batang (phylloyaxy) biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin
berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran. Helai daun bervariasi
namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti
kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan
ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder (Oktavianto, dkk., 2015: 92).

4
5

Gambar 2.1 Bagian-bagian daun mangga


(Sumber: Pusat Kajian Buah Tropika)
Beberapa variasi bentuk daun mangga (Mangifera indica, L.) yaitu lonjong
dan ujungnya seperti mata tombak; berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti
mata tombak; berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing; berbentuk segi empat,
ujungnya membulat. Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan
atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan
sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna
hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih (Oktavianto, dkk., 2015:
92-93).
B. Metabolit Sekunder
Senyawa metabolit adalah suatu senyawa produk hasil metabolisme.
Metabolit adalah senyawa organik yang digunakan dalam rekasi kimia yang terjadi di
setiap sel organisme hidup. Proses ini dikenal sebagai metabolisme, senyawa
metabolit bertanggung jawab dalam memproses bahan makanan dan bahan kimia
lainnya menjadi energi dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk kesehatan,
pertumbuhan dan reproduksi. Metabolisme juga bertanggung jawab untuk
menghilangkan zat beracun dari tubuh. Senyawa metabolit terbagi menjadi dua yaitu
senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder. Metabolit primer adalah
substansi yang dihasilkan oleh organisme melalui metabolisme dasar, digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme yang bersangkutan. Metabolit
6

sekunder adalah senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan dari metabolit primer


yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk perta hanan diri dari
lingkungan maupun dari serangan organisme lain. Sedangkan Senyawa metabolit
sekunder ini antara lain senyawa flavonoid, alkaloid, steroid, terpenoid dan tannin
(Windayani, 2014: 21-22).
1. Flavonoid

Flavonoid merupakan metabolit sekunder dari polifenol, ditemukan secara


luas pada tanaman serta makanan dan memiliki berbagai efek bioaktif termasuk anti
virus, anti inflamasi, kardioprotektif, anti diabetes, anti kanker, anti penuaan, anti
oksidan dan lain-lain. Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai
15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 (Arifin dan Ibrahim, 2018:
21). Struktur flavonoid adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Struktur Flavonoid


(Sumber: media.neliti.com)
Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan
pada setiap ekstrak tumbuhan. Flavonoid ditemukan pada tanaman yang berkontribusi
memproduksi pigmen berwarna kuning, merah, orange, biru dan warna ungu dari
buah, bunga dan daun. Bioaktif flavonoid dianggap sebagai fitokimia terpenting
dalam makanan. Dalam bentuk glikosilasi atau metilasi pada tanaman, struktur-
7

strukturnya lebih stabil, mudah didapatkan serta mudah dalam bioaktivitasnya (Arifin
dan Ibrahim, 2018: 21-22).
2. Alkaloid
Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.
Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar dalam berbagai jenis
tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit biasanya

mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada


akar, biji, ranting dan kuit kayu.

Gambar 2.3 Struktur Alkaloid


(Sumber: media.neliti.com)
Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya
bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari
cincin heterosiklik (Windayani, 2014: 23).
3. Tanin
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang memiliki berat molekul besar
dan terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa karboksil. Senyawa tanin dibagi menjadi
dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Kedua jenis tanin ini
terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam tanaman adalah
tanin terkondensasi (Sari, dkk., 2015: 28).
8

Gambar 2.4 Struktur Tanin


(Sumber: media.neliti.com)

4. Terpenoid
Terpenoid adalah kelompok senyawa alam yang terbesar bila dilihat dari
jumlah senyawa maupun variasi kerangka dasar strukturnya. Terpenoid ditemukan
berlimpah dalam tanaman tingkat tinggi, meskipun demikian diketahui bahwa jamur,
organisme laut dan serangga juga menghasilkan terpenoid. Selain dalam bentuk
bebasnya, triterpenoid di alam juga dijumpai dalam bentuk glikosida, glikosil ester,
dan iridoid (Apriyanto, 2016 : 9).

Gambar 2.5 Struktur Terpenoid


(Sumber: media.neliti.com)
5. Saponin
Saponin mempunyai bagian utama berupa turunan triterpen dengan sedikit
steroid. Residu gula dihubungkan oleh gugus-OH biasanya C3-OH dari aglikon
9

(monodesmoside saponin) dan jarang dengan 2 gugus OH atau satu gugus OH dan
satu gugus karboksil. Saponin dapat diketahui dengan penambahan air. Timbulnya
busa menunjukkan adanya glikosida yang mampu membentuk buih dalam air.
Senyawa glikosida terhidrolisis menjadi glukosa dan aglikon (Windayani, 2014: 24).

Gambar 2.6 Struktur Saponin


(Sumber: media.neliti.com)
6. Fenolik
Senyawa fenolik adalah metabolit sekunder bioaktif yang terdistribusi secara
luas di tanaman terutama disintesis oleh asam sikamat, pentosa fosfat dan jalur
fenilpropanol. Secara struktural, senyawa fenolik mencakup sejumlah senyawa yang
memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil dan dapat bervariasi
dari molekul sederhana hingga polimer kompleks. Senyawa fenolik dibagi menjadi
subkelompok asam fenolat, flavonoid, tanin, dan stilben berdasarkan jumlah gugus
fenolik hidroksil yang melekat dan elemen struktural yang menghubungkan cincin
benzena. Senyawa fenolik ini mempengaruhi sifat sensoris makanan dan utamanya
tanin berkontribusi pada astringency dalam makanan (Daniah dan Lee, 2020: 92).
10

Gambar 2.7 Struktur Fenol dan Ion Fenolat


(Sumber: media.neliti.com)
Senyawa metabolit sekunder merupakan komponen aktif dalam tumbuhan
yang banyak dimanfaatkan di bidang kedokteran atau farmakologi dan pertanian.
Salah satu khasiat dari metabolit sekunder digunakan sebagai anti hiperglikemik atau
anti diabetes melitus (Windayani, 2014: 25).
C. Fraksinasi
Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu
ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan
metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil asetat
untuk menarik senyawa semi polar, sedangkan metanol untuk menarik senyawa-
senyawa polar. Dari proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa yang akan
dipisahkan. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang bersifat non polar
akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa senyawa yang bersifat
polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar juga. Metode yang umum
digunakan untuk memisahkan komponen-komponen senyawa yaitu metode
kromatografi. Untuk tujuan kualitatif dapat digunakan kromatografi lapis tipis (KLT)
sedangkan untuk pemisahan senyawa dalam jumlah besar dapat digunakan
kromatografi kolom (Sudarwati dan Fernanda, 2019: 30).
Ekstrak metanol yang akan dipisahkan terlebih dahulu dianalisis dengan
kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mencari eluen yang sesuai sebagai fasa gerak
11

pada pemisahan kromatografi kolom. Selanjutnya ekstrak metanol sebanyak 1 gram


di pisahkan dengan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel GF60 dan dielusi
berturut-turut menggunakan pelarut organik seperti n-heksan, metanol, etil asetat
dengan perbandingan tertentu. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari tahapan kromatografi
kolom dilakukan proses kromatografi lapis tipis kembali untuk mengabungkan fraksi-
fraksi yang sama harga Rf-nya. Pola noda akan terbentuk pada setiap fraksi. Jika

isolat tetap menunjukan pola noda tunggal, maka isolat telah murni (Sudarwati dan
Fernanda, 2019: 31).
D. Kromatografi
Kromatografi merupakan metode pemisahan secara fisik yang utama dengan
komponen yang akan dipisahkan terdistribusi antara dua fase, satu diantaranya tidak
bergerak (fasa diam) dan satu lagi bergerak melalui fasa diam dengan arah tertentu
(fasa gerak) (Apriyanto, 2016: 21).
1. Kromatografi Lapis Tipis

Pemisahan dengan kromatografi didasarkan pada kesetimbangan komponen-


komponen campuran di antara fasa gerak (fasa mobil) dan fasa diam (fasa stasioner).
Kesetimbangan ini dapat dijelaskan secara kuantitatif dengan istilah koefisien partisi.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-
komponennya. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan sebuah
lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam
atau plastik yang keras. Gel silika merupakan fase diam. Fasa diam untuk KLT
seringkali mengandung substansi yang dapat berpendar dalam sinar UV (Windayani,
2014: 36).
12

Adsorben yang paling banyak digunakan dalam kromatografi lapis tipis


adalah silika gel dan alumunium oksida. Silika gel umumnya mengandung zat
tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekatnya. Zat ini digunakan
sebagai adsorben universal untuk kromatografi netral, asam dan basa. Kromatografi
lapis tipis sekarang digunakan secara universal dan karena kecepatannya dan
kebutuhan akan senyawa yang sangat kecil merupakan prosedur analitik yang ideal

untuk laboratorium apotik (Windayani, 2014: 36).


KLT digunakan untuk memantau kemajuan reaksi dan untuk mengenali
komponen tertentu, teknik ini sering dilakukan dengan lempeng gelas atau plastik
yang dilapisi oleh fase diam dan fase gerak adalah pelarut. Campuran yang akan
dianalisis diteteskan pada dasar lempengan dan pelarut akan bergerak naik oleh gaya
kapiler. Jarak tempuh ke atas lempengan merupakan cerminan polaritas senyawa.
Peningkatan polaritas pelarut akan menurunkan interaksi senyawa dengan fase diam
sehingga memungkinkan senyawa dalam fase gerak bergerak lebih jauh pada
lempeng (Windayani, 2014: 37).
2. Kromatografi Kolom

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa yaitu fasa
diam (stationary) dan yang lain fasa bergerak (mobile), pemisahan-pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa ini. Cara-cara kromatografi dapat
digolongkan dengan sifat-sifat dari fasa diam yang dapat berupa zat padat atau zat
cair. Pada prinsipnya kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang
didasarkan pada peristiwa adsorpsi. Sampel yang biasanya berupa larutan pekat
diletakkan pada ujung atas kolom. Eluen atau pelarut dialirkan secara kontinyu ke
dalam kolom. Dengan adanya gravitasi atau karena bantuan tekanan maka eluen
13

pelarut akan melewati kolom dan proses pemisahan akan terjadi (Windayani, 2014:
37-38).
Fase gerak yang paling cocok untuk pemisahan harus ditentukan melalui cara
kromatografi lapis tipis terlebih dahulu. Kecepatan pergerakan suatu komponen
tergantung pada kemampuannya untuk tertahan atau terhambat oleh penyerap di
dalam kolom. Jadi suatu senyawa yang diserap lemah akan bergerak lebih cepat

daripada yang diserap kuat. Kolom dengan fase terbalik bergerak dalam arah
berlawanan, fase diam mempunyai afinitas lebih besar terhadap senyawa tak polar
sehingga makin tak polar fase gerak, makin cepat senyawa melintasi kolom
(Windayani, 2014: 38).
Alat yang digunakan dalam kromatografi kolom berbentuk pipa kaca vertikal
(kolom) yang diisi dengan serbuk alumina aktif atau sejenisnya. Zat yang akan
dipisahkan atau dianalisis dituangkan dari atas kolom, kemudian secara perlahan
diikuti dengan menuangkan pelarut melalui kolom tersebut. Cara ini dikenal dengan
sebutan elusi. Zat yang mengelusi (pelarut) disebut eluen. Kecepatan komponen
pelarut melewati alumina bergantung pada daya serap alumina terhadap komponen
itu. Makin kuat daya serap alumina terhadap komponen itu, makin lambat komponen
itu lewat melalui kolom ((Windayani, 2014: 38).
E. Kromatografi Kolom Cair Vakum
Kromatografi kolom cair vakum merupakan salah satu kromatografi vakum
khusus yang biasanya menggunakan silika gel sebagai adsorben. Kelebihan KKCV
jika dibandingkan dengan kromatografi kolom biasa terletak pada kecepatan proses
(efesiensi waktu) karena proses pengelusisan dipercepat dengan memvakumkan
kolom. Selain itu KKCV Juga dapat memisahkan sampel dalam jumlah banyak.
14

Pemilihan jenis silika gel yang tepat sangat penting untuk mendapatkan hasil
pemisahan yang baik. Ukuran partikel silika gel yang terlalu kecil akan
menyebabakan proses elusi berjalan sangat lambat (Apriyanto, 2016 : 25).

Gambar 2.8 Rangkaian Alat KKCV


(Sumber: media.neliti.com)
Pemilihan sistem pelarut untuk kromatografi kolom vakum cair dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu penelusuran pustaka, mencoba menerapkan
data KLT pada pemisahan dengan kolom dan pemakaian elusi dari pelarut non polar
yang tidak menggerakan zat terlarut sampai pelarut polar yang menggerakan zat
terlarut. Sistem elusi dapat dilakukan dengan metode gradient pelarut atau dengan
sistem isokratik. Elusi gradient (variasi kepolaran pelarut) dilakukan apabila
campuran senyawa cukup kompleks sedangkan elusi isokratik dilakukan jika
campuran senyawa yang akan dipisahkan sederhana. Sampel dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai atau sampel dibuat serbuk bersama adsorben (impregnasi) dan dimasukan
ke bagian atas kolom dan dihisap perlahan-lahan (Apriyanto, 2016 : 25-26).
Kolom dielusi dengan pelarut yang sesuai, dimulai dengan pelarut yang
paling polar. Kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi.
15

Kromatografi kolom cair vakum, fraksi-fraksi yang ditampung biasanya bervolume


jauh lebih besar dibandingkan dengan fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
biasa. Langkah pemisahan biasanya dilakukan pada tahap awal pemisahan
(pemisahan terhadap ekstrak kasar yang diperoleh langsung dari proses ekstraksi)
jenis pompa vakum yang sering banyak dipakai sekarang yaitu pompa jenis
reciprocating pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang dipompa

dengan cara gerakan piston maju-mundur yang dijalankan oleh motor. Piston berupa
batang gelas dan berkontak langsung dengan larutan (Apriyanto, 2016 : 25-26).
F. Pelarut Organik
Pemilihan sistem pelarut untuk kromatografi kolom vakum cair dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu penelusuran pustaka, mencoba menerapkan
data KLT pada pemisahan dengan kolom dan pemakaian elusi dari pelarut non polar
yang tidak menggerakan zat terlarut sampai pelarut polar yang menggerakan zat
terlarut. Sistem elusi dapat dilakukan dengan metode gradient pelarut atau dengan
sistem isokratik. Elusi gradient (variasi kepolaran pelarut) dilakukan apabila
campuran senyawa cukup kompleks sedangkan elusi isokratik dilakukan jika
campuran senyawa yang akan dipisahkan sederhana. Sampel dilarutkan dalam pelarut
yang sesuai atau sampel dibuat serbuk bersama adsorben (impregnasi) dan dimasukan
ke bagian atas kolom dan dihisap perlahan-lahan (Apriyanto, 2016 : 25-26).
Kolom dielusi dengan pelarut yang sesuai, dimulai dengan pelarut yang
paling polar. Kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi.
Kromatografi kolom cair vakum, fraksi-fraksi yang ditampung biasanya bervolume
jauh lebih besar dibandingkan dengan fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
biasa. Langkah pemisahan biasanya dilakukan pada tahap awal pemisahan
16

(pemisahan terhadap ekstrak kasar yang diperoleh langsung dari proses ekstraksi)
jenis pompa vakum yang sering banyak dipakai sekarang yaitu pompa jenis
reciprocating pompa ini terdiri dari ruangan keciltempat pelarut yang dipompa
dengan cara gerakan piston maju-mundur yang dijalankan oleh motor. Piston berupa
batang gelas dan berkontak langsung dengan larutan (Apriyanto, 2016 : 25-26).
17

BAB III
METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, 11 Mei 2021 pukul 09.00 sampai
12.40 WITA di Laboratorium Kimia Organik Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Alauddin Makassar secara virtual menggunakan Googlemeet.


B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu chamber, pipa kapiler,
kolom KKCV, Erlenmeyer vakum, dan pompa vakum.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu etil asetal, larutan n-
heksana, plat KLT, silika gel no. katalog 7730 dan silika gel no. katalog 7733.
C. Prosedur Kerja
1. Uji KLT
Uji KLT dimulai dengan memotong plat KLT ukuran 7 × 1 cm menjadi 3
bagian. Selanjutnya plat KLT yang sudah dipotong diaktivasi dalam oven selama 10
menit. Kemudian diencerkan ekstrak kental daun mangga dengan pelarut dalam botol
vial. Sampel ditotol diatas plat KLT dengan pipa kapiler. Kemudian masukan ke
dalam chamber. Setelah proses elusi, plat KLT dikeringkan dan disinari sinar UV
untuk dilihat penampakan noda.

17
18

2. Pembuatan Eluen
Pembuatan eluen dimulai dengan membuat larutan n-heksana : etil asetat
dengan 11 perbandingan. Selanjutnya ekstrak kental ditimbang sebanyak 3 gram dan
dilanjutkan menimbang silika gel no. katalog 7733 sebanyak 9 gram. Setelah itu
ekstrak dilarutkan terlebih dahulu dengan aseton kemudian diimpregnasi dengan
silika gel no. katalog 7733. Kemudian silika gel no. katalog 7733 di packing dalam

kolom KKCV dengan ditutup menggunakan kertas saring disesuaikan dengan ukuran
kolom. Selanjutnya aliri dengan eluen yang ditingkatkan kepolarannya. Lalu biarkan
hingga proses fraksinasi selesai. Hasil fraksi kemudian ditampung dalam wadah yang
sesuai dengan perbandingannya
3. Uji KLT Hasil Fraksi
Uji KLT hasil fraksi dimulai dengan menotolkan setiap fraksi pada plat
menggunakan pipa kapiler. Lalu masukan dalam chamber dan dilihat hasilnya
dibawah sunar UV. Selanjutnya fraksi yang memiliki penampakan spot dan Rf yang
sama dicampur. Masing-masing fraksi gabungan yaitu A,B,C dan D di KLT. Lalu
masukan lagi ke dalam chamber dan hasil dpot disinari sinar UV.
19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Tabel Hasil Uji KLT
Perbandingan
No Fraksi Eluen Warna Fraksi

1 I n-heksan 100% Hijau Tua

2 II n-heksan : etil asetat Hijau Tua


(9:1)
3 III n-heksan : etil asetat Hijau Tua
(8:2)
4 IV n-heksan : etil asetat Hijau Tua
(7:3)
5 V n-heksan : etil asetat Hijau Tua
(6:4)
6 VI n-heksan : etil asetat Hijau Tua
(5:5)
7 VII n-heksan : etil asetat Hijau Tua
(4:6)
8 VIII n-heksan : etil asetat Hijau Muda
(3:7)
9 IX n-heksan : etil asetat Hijau Muda
(2:8)
10 X n-heksan : etil asetat Hijau Muda
(1:9)
11 XI Etil Asetat 100% Hijau Muda

19
20

Tabel 4.2 Hasil Fraksi Gabungan

No Fraksi Warna

1 A Hijau Tua
(1-2)
2 B Hijau Tua
(3-7)
3 C Hijau Muda
(8-10)
4 D Hijau Muda
(11)

B. Pembahasan
Daun mangga (Mangifera indica, L.) berpotensi dijadikan sebagai obat herbal
karena mengandung senyawa metabolit sekunder. Selain flavonoid, daun mangga
juga mengandung senyawa saponin, tanin galat, tanin tanin katekat, steroid atau
tripenoid (Ningsih, dkk., 2017: 62). Salah satu cara untuk mendapatkan manfaat dari
kandungan bahan alam adalah dengan mengambil sari atau memisahkan kandungan
senyawa aktif yang terkandung dalam tanaman tersebut. Cara yang paling umum
digunakan untuk mendapatkan sari atau kandungan senyawa aktif pada suatu tanaman
biasanya dilakukan dengan teknik ekstraksi. Selanjutnya ekstrak yang dihasilkan
dapat dipisahkan lagi menjadi fraksi-fraksinya dengan menggunakan metode
kromatografi. Metode kromatografi yang biasa digunakan adalah kromatografi lapis
tipis, kromatografi kolom gravitasi, kromatron dan Kromatografi kolom vakum
(KKCV), (Sudarwati dan Fernanda, 2019: 19).
Pada percobaan ini dilakukan pemisahan komponen-komponen senyawa
bahan alam yang terdapat dalam ekstrak daun mangga (Mangifera indica, L.) dengan
21

metode kromatografi kolom cair vakum (KKCV). Pengerjaan pertama yaitu alat dan
bahan disiapkan untuk meminimalisir dan memperlancar proses pengerjaan.
Selanjutnya melakukan uji KLT terlebih dahulu. Uji KLT bertujuan untuk
mengetahui eluen yang bagus untuk proses fraksinasi awal dengan kromatografi
kolom cair vakum (KKCV). Eluen yang digunakan dengan berbagai perbandingan
pelarut mulai dari yang kepolarannya rendah sampai yang kepolarannya tinggi. Pada

uji pendahuluan KLT ini digunakan pelarut n-heksan : etil asetat dengan 3
perbandingan yaitu 9:1 ; 8:2 ; dan 7:3. Eluen yang sesuai yang digunakan adalah
eluen n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 9;1. Eluen dikatakan bagus apabila
memiliki pola pemisahan yang paling baik daripada eluen yang lain karena
memberikan profil noda yang terpisah dengan baik.
Pengerjaan selanjutnya selanjutnya penyiapan eluen dari tingkat kepolaran
terendah hingga yang paling polar yaitu dari non polar hingga yang paling polar (n-
heksan: etil asetat 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, 0:10). Hal ini
dilakukan agar dapat mengetahui pada tingkat kepolaran berapa senyawa atau
komponen kimia sampel dapat membentuk fraksi yang baik atau terelusi dengan baik.
Pada percobaan ini digunakan silika gel dengan nomor katalog yang berbeda
dikarenakan hubungan dengan pemampatan kolom, dimana silika gel yang berbeda
ukuran partikel akan memampatkan kolom sehingga tidak ada udara yang masuk.
Melakukan penimbangan silika gel no. katalog 7733 pada neraca analitik dengan
perbandingan ekstrak dan silika 1:3. Ekstrak dilarutkan terlebih dahulu dengan aseton
kemudian diimpregnasi dengan silika gel no. katalog 7733. Di sisi lain silika gel no.
katalog 7730 dipacking dalam kolom KKCV lalu ekstrak yang telah diimpregnasi.
Tujuan dari proses impregnasi adalah agar sampel yang akan difraksinasi
22

dapat tersebar dengan homogen dan diharapkan hasil pemisahan yang baik.
Memasukkan dalam kolom KKCV kemudian ditutup dengan kertas saring sesuai
ukuran kolom KKCV. Selajutnya kolom dialiri dengan eluen yang ditingkatkan
kepolarannya.
Berdasarkan percobaan ini, diperoleh hasil 4 fraksi yang memilki spot dan Rf
yang sama yaitu fraksi A (1-2) dengan warna hijau tua, fraksi B (3-7) dengan warna

hijau tua, fraksi C (8-10) dengan warna hijau muda, dan fraksi D (11) dengan warna
hijau muda. Setelah keempat fraksi ini dilihat menggunakan sinar UV, fraksi A
menunjukan 5 spot noda, fraksi B 3 spot noda, fraksi C 5 spot noda dan fraksi D 4
spot noda. Kemungkinan target senyawa yang akan diambil ada pada fraksi yang
paling sederhana yaitu pada fraksi C.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Cara memisahan komponen-komponen kimia yang ada pada ekstrak daun
mangga (Mangifera indica L.) menggunakan metode kromatografi kolom cair
vakum (KKCV) dan dilakukan menggunakan metode kromatografi lapis tipis
(KLT).
2. Fraksi yang didapatkan dari hasil pemisahan kromatografi kolom cair vakum
(KKCV) yaitu terdiri dari 4 fraksi diantaranya fraksi A,B,C dan D yang mana
fraksi paling sederhana yang diperoleh yaitu terdapat pada fraksi C.
B. Saran
Saran pada percobaan ini yaitu sebaiknya untuk percobaan selanjutnya jenis
eluen diganti dengan metanol, karena metanol merupakan salah satu eluen yang
sering dipakai dalam fraksinasi sehingga dapat dibandingkan kefektifan keduanya
sebagai pelarut dalam proses pemisahan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Daniyah, L., dan Lee, S. H. ” Komposisi Senyawa Fenol dan Potensi Antioksidan dari
Kacang-Kacangan”. Agroteknologi 2, no. 1 (2020): h. 91-102.
Windayani.“Pengaruh Ekstrak Daun Thespesia Populnea (L.) Solan Ek Correa
Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Terinduksi Aloksan dan Profil KLT
Fraksi Aktif”. Skripsi. Bengkulu: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bengkulu, 2014.
Ihsany, A. U., dan Ersam, T. ”α-Mangostin dari Ekstrak Kayu dan Kulit Akar
Garcinia Tetranda Pierre”. Akta Kimindo 3, no.1 (2018): h. 96-103.
Rahmawati, F. ”Optimasi Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada
Pemisahan Senyawa Alkaloid Daun Pulai (Alstonia Scholaris L.R.Br)”.
Skripsi. Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2015.
Aprianto, A. Yulita. ”Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid pada Biji
Swietenia Mahagoni (L) Jacq”. Skripsi. Surabaya: Fakultas Farmasi
Univesitas Airlangga, 2016.
Sari.”Identifikasi dan Uji Aktifitas Senyawa Tanin dari Ekstrak Daun Trembesi
(Samanea Saman Jacq Merr) sebagai Antibakteri Escherichia Coli (Ecoli).
Kimia 9, no.1 (2015): h. 27-34.
Ningsih, D. R. N. ”Ekstrak Daun Mangga sebagai Anti Jamur terhadap Jamur
Candida Albicans dan Identifikasi Golongan Senyawa”. Kimia Riset 2, no.1
(2017): h. 61-68.
Sudarwati, T., dan Fernanda, M. A. Aplikasi Pemanfaatan Daun Papaya (Carica
Papaya) sebagai Biolarvasida terhadap Larva Aedes Aegypti. Surabaya:
Graniti, 2019.
Arifin, B., dan Ibrahim, S. “Struktur, Bioaktivitas dan Antioksidan Flavonoid”. Zarah
6, no.1 (2018): h. 21-29.
Oktavianto, Y., Sunaryo, Suryanto, A. ”Karakterisasi Tanaman Mangga (Mangifera
Indica L.) Cantek, Ireng, Empok, Jempol di Desa Tiron, Kecamatan Banyakan
Kabupaten Kediri”. Produksi Tanaman 3, no. 2 (2015): h. 91-97.

24
SKEMAKERJA

1.Uj
iKLT

Mangi
DaunMangga( fer
aindi
caL.
)

-Di
pot
ongpl
atKLTdenganukur
an7×1cm.
-Di
akt
ivasi
dal
am ov
ensel
ama10meni
t.
-Di
encer
kanekst
rakkent
aldenganpel
aruty
angsesuaikedal
am bot
ol
v
ial
.
-Di
tot
olsampel
diat
aspl
atKLTdenganpi
pakapi
l
er.
-Di
masukkan pl
an KLT kedal
am camberber
isiel
uen y
ang t
elah
di
tot
olkandengansampel
.
-Di
angkatl
aludi
ker
ingkan.
-Di
l
ihatpenampakannodadi
bawahsi
narUV.
-Di
ti
mbangbobotekst
rakkent
aly
angdi
per
oleh.

Hasi
l

2.Pembuat
anEl
uen

n-
heksanadanEt
ilAset
at

-Di
buatpel
arutor
gani
k dengan ber
bagaiper
bandi
ngan ant
ara n-
heksanadanet
ilaset
at.Per
bandi
nganel
uent
ersebutadal
ahnon
pol
ar100%:semipol
ar100%denganv
ari
anper
bandi
ngan9:
1,8:
2,
7:
3,6:
4,5:
5,4:
6,3:
7,2:
8,1:
9danpol
ar100%.
-Di
simpandal
am bot
olr
eagenel
ueny
angt
elahdi
buat
.

Hasi
l
3.Fr
aksi
nasi

Mangi
DaunMangga( fer
aindi
caL.
)

-Di
ti
mbangekst
rakkent
alsebany
ak±3gr
am dal
am cawanpor
sel
i
n.
-Di
ti
mbang si
l
ika gelno.kat
alog 7733 (
per
bandi
ngan ekst
rakdan
si
l
ika1:
3).
-Di
l
arut
kan ekst
rak t
erl
ebi
h dahul
u dengan aset
on kemudi
an
di
i
mpr
egnasi
dengansi
l
ikagel
no.kat
alog7733.
-Di
packi
ngsi
l
ikagel
no.kat
alog7730kedal
am kol
om KKCV.
-Di
i
mpr
egnasidi
rat
akan diat
asf
asa di
am/
adsor
ben dal
am kol
om
KKCV.
-Di
tut
updenganker
tassar
ingy
angt
elahdi
sesuai
kandengandi
amet
er
kol
om KKCV.
-Di
ali
ridenganel
ueny
angdi
ti
ngkat
kankepol
aranny
a.
-Di
biar
kanhi
nggapr
osesf
raksi
sel
esai
.
-Di
tampunghasi
lfr
aksimasi
ng-
masi
ngkedal
am wadahf
raksisesuai
denganper
bandi
nganel
ueny
angt
elahdi
buat
.

Hasi
l
LAMPIRAN GAMBAR

Dipotong plat KLT ukuran 7×1 cm Diaktivasi plat KLT dalam oven

Diencerkan ekstrak dengan pelarut Ditotol sampel di atas plat KLT

Dimasukkan ke dalam chamber Dilihat nodanya di sinar UV


Ditimbang ekstrak kental Ditimbang silika gel 7733

Diimpregnasi dengan silika gel 7733 Dipacking silika gel ke kolom


KKCV

Sampel yang telah diimpregnasi Dialiri dengan eluen


dimasukkan ke dalam kolom KKCV
Ditampung hasil fraksi dalam wadah Ditotol setiap fraksi pada plat

Hasil KLT

Anda mungkin juga menyukai