LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM PREPARASI SENYAWA ORGANIK
(Sintesis Etil Asetat)
OLEH
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
Kelompok : II (Dua)
telah diperiksa oleh Asisten dan dinyatakan dapat diterima.
Asisten Praktikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara yang kaya akan keanekaragaman tumbuhan.
Kenakeragaman tersebut dapat menghasilkan bahan-bahan kimia kimia yang dapat
diproses secara kimia. Sehingga manusia sangat berkaitan erat dengan ilmu kimia.
Ilmu kimia sangat erat kaitannya dengan riset atau penelitian yang berhubungan sifat
suatu unsur, atom dan senyawa dalam hal pembentukannya, berikatan antara satu
dengan lainnya, kegunaannya, dan reaksi yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
manusia. Salah satu yang dapat menjadi riset atau penelitian adalah sintesis
(pembuatan) suatu senyawa ester dari senyawa asam karboksilat dan alkohol (Fadlila,
2011: 1).
Asam karboksilat disebut senyawa yang memiliki gugus karboksil (-COOH).
Ester, aldehid dan keton serta senyawa lainnya dapat dibuat atau diseintesis dari asam
karboksilat. Salah satu senyawa yang dapat disintesis dari asam karboksilat adalah
etil asetat. Etil asetat adalah senyawa organik yang berwujud cair, tidak berwarna dan
memiliki aroma yang khas. Senyawa etil asetat merupakan salah satu pelarut polar
menengah atau semipolar yang mudah menguap, tidak beracun dan tidak higroskopis.
Kelarutan yang dimiliki etil asetat dapat meningkat suhu pada suatu larutan, dan
ternyata etil asetat jika berada dalam air mengandung basa atau asam mengakibatkan
etil asetat tidak stabil (Annisa, 2021: 1).
Sintesis etil asetat berasal dari reaksi senyawa antara senyawa asam asetat
dengan etanol dengan bantuan katalis asam berupa asam sulfat inilah disebut dengan
reaksi esterifikasi dimana etil asetat merupakan senyawa ester dan menghasilkan hasil
4
samping yaitu air. Etil asetat dalam proses sintesisnya bila reaksi yang berlangsung
sangat lama bahkan melewati yang semestinya maka hasil reaksi akan kembali
menjadi reaktan disebut reaksi hidolisis. Reaksi hidrolisis ini membuat etil asetat
yang telah jadi strukturnya dipecah oleh air mengakibatkan etil asetat kembali
menjadi asam asetat dan etanol. Jadi didalam mensintesis etil asetat harus dikontrol
dengan baik (Irawan, 2017: 14).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Senyawa Ester
Ester diturunkanhasil reaksi asam karboksilat dengan alkohol. Sebuah asam
karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini
digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Ester diturunkan dari
asam alkanoat dengan menggantikan gugus karboksil (-OH) dan gugus –OR,
sehingga ester mempunyai rumus umum R-COO-R. Suatu ester asam karboksilat
ialah suatu senyawa yang menggandung gugus –CO2R dengan -R dapat berbentuk
alkil maupun aril (Annisa, 2021: 2).
Menurut Irawan (2017: 12), ester yang diturunkan dari asam karboksilat pada
umumnya mempunyai sifat yang berlawanan dari zat asalnya. Sifat fisik senyawa
ester yaitu sebagai berikut:
1. Ester mempunyai bau yang menyenangkan dan sering terdapat pada aroma
buah-buahan dan bunga-bungaan.
2. Molekul-molekul ester bersifat polar namun tidak mampu membentuk ikatan
dan cair yang sama. Ester dengan titik didih tinggi (high boiling ester) dipisahkan
dengan penguapan dan penambahan benzene sehingga sisa asam, alkohol, dan air
menguap, sedang ester tetap tinggal dalam distilator. Misalnya etil pelargonat, n-oktil
asetat (Irawan, 2017: 12-13).
B. Etil Asetat
Etil asetat (CH3COOC2H5) merupakan senyawa yang dihasilkan dari
pertukaran gugus hidroksil pada asam karboksilat dengan gugus hidrokarbon yang
terdapat pada etanol. Etil asetat seringkali disintesis dengan mengunakan katalisator
cair berupa asam sulfat. Penggunaan katalisator asam sulfat dapat menghasilkan
konversi yang cukup tinggi yaitu dapat mencapai 98%. Tetapi penggunaan asam
sulfat sebagai katalisator mempunyai beberapa kelemahan yaitu pada unit pengolahan
limbah, pengolahan mempunyai beban semakin besar dengan adanya asam sulfat
yang tidak terpisahkan dalam pemurnian dan tingkat korosifitas yang tinggi pada
peralatan. Pada prinsipnya pembuatan etil asetat dari asam asetat dan etanol
mengikuti persamaan reaksi berikut (Nuryoto, 2008: 24-25):
CH3CH2OH + CH3COO CH3COOC2H5 + H2O
Etil asetat bersifat volatil, relatif tidak toksik dan tidak higroskopis. Sifat
fisika dari etil asetat dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:
Tabel 2.1 Sifat Fisika Etil Asetat
No Sifat Keterangan
C. Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R
dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik.
Reaksi esterifikasi mengkonversi asam lemak bebas yang terkandung di dalam
trigliserida menjadi metil ester. Namun, membentuk campuran metil ester dan
trigliserida. Reaksi esterifikasi ditunjukkan pada reaksi dibawah ini (Arita, dkk., 2008:
37). Berikut reaksi esterifikasi dari asam karboksilat dan alkohol:
banyak mengandung cairan yang mudah menguap, sedangkan cairan yang tidak
mudah menguap lebih banyak dalam kondensat. Dalam proses pemanasan dapat
ditambahkan batu didih (boiling chips). Batu didih merupakan benda yang kecil,
bentuknya tidak rata dan berpori yang biasanya dimasukkan ke dalam cairan yang
dipanaskan. Tanpa batu didih, maka larutan yang dipanaskan akan menjadi
superheated pada bagian tertentu, lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang
sehingga campuran pada kondisi ini tidak dapat dipisahkan dengan cara distilasi biasa
(Chadijah, 2014: 83-84).
Menurut Chadijah (2014: 94), destilasi dapat dibedakan menjadi 4 yaitu
sebagai berikut:
1. Destilasi Sederhana
Pada destilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih
yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan
sebuah substansi untuk menjadi gas. Destilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.
Aplikasi destilasi sederhana digunakan untuk memisahkan campuran air dan alkohol.
menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari destilasi uap adalah
dapat mendestilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing
senyawa campurannya. Selain itu destilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang
tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didestilasi dengan air. Aplikasi
dari destilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak
eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi
minyak parfum dari tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan
ke dalam campuran dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari
campuran akan naik ke atas menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
3. Destilasi Vakum
Destilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin didestilasi tidak
stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya
atau campuran yang memiliki titik didih di atas 150 °C. Metode destilasi ini tidak
dapat digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika kondensornya
menggunakan air dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi
13
oleh air. Untuk mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator.
Aspirator berfungsi sebagai penurun tekanan pada sistem destilasi ini.
E. Refluks
Ekstraksi dengan reflux saat ini menjadi metode ekstraksi yang paling banyak
diterapkan. Metode ini dinilai sebagai metode yang murah dan simpel dengan
rendemen yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan metode maserasi atau
perkolasi. Reflux berarti pelarut yang diputar kembali atau di-recycle secara kontinyu
melalui pengkondensasian berulang pada sebuah alat kondensor. Pada metode ini
bahan yang akan diekstrak direndam pada pelarut dalam sebuah bejana/labu yang
biasanya berbentuk bulat yang kemudian ditempatkan pada sebuah pemanas (dapat
menggunakan water bath, heating mantle, atau hot plate). Bagian atas labu ada
sebuah lubang yang dihubungkan dengan alat pendingin balik (kondesor). Lubang
pada bejana tersebut juga berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan,
pelarut, maupun hasil ekstraknya. Gambar 2.7 memperlihatkan proses ekstraksi
dengan reflux di atas hot plate sebagai sumber panasnya (Nugroho, 2017: 78).
15
suhu tinggi sehingga mempercepat kerusakan sel dan jaringan tumbuhan serta
mempercepat proses pelarutan. Salah satu kelemahan metode ini adalah pada
penggunaan suhu tinggi yang berpotensi mendegradasi beberapa senyawa yang tidak
stabil pada temperatur tinggi. Selain itu, tentu saja biaya energi yang lebih besar
karena diperlukan dalam proses pemanasan dan juga proses pendinginan pada
kondensor (Nugroho, 2017: 79).
F. Pelarut Organik
Pelarut adalah zat cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan
lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk
membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat
dalam jumlah yang lebih besar. Secara umum pelarut yang digunakan adalah metanol,
kloroform, dan n-heksana (Fadlila, 2011: 33).
Metanol atau metil alkohol (CH3OH) bersifat polar dan larut dalam air,
memiliki titik didih 64,7 oC dan titik beku -98oC. Kloroform atau triklormetana
(CHCl3) memiliki titik didih 61,15 oC dan titik beku -63,5 oC. Kloroform merupakan
cairan tak warna, bersifat toksik yaitu dapat merusak hati dan tidak larut dalam air
karena bersifat non polar. n-Heksana merupakan cairan yang tidak berwarna,
memiliki titik didih 69 oC dan titik beku -94,3 oC (Fadlila, 2011: 33).
Jenis pelarut juga memainkan peranan penting dalam menunjang keberhasilan
ekstraksi. Ada banyak jenis pelarut organik yang dapat digunakan dalam ekstraksi
bahan alam seperti hexane, butanol, kloroform, etil asetat, aseton, metanol, etanol,
ataupun akuades. Setiap pelarut memiliki sifat berbeda-beda seperti nilai polaritas,
titik didih, viskositas, dan tingkat kelarutan pada air. Hal ini menjadi pertimbangan
17
utama dalam pemilihan jenis pelarut disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia dari
bahan dan metabolit sekunder yang akan diekstrak (Nugroho, 2017: 86).
Secara prinsip, dibutuhkan tingkat kepolaran yang mirip antara pelarut dengan
metabolit yang akan diekstrak, sehingga proses pelarutannya maksimal. Tetapi juga
perlu diperhatikan jenis pelarut yang memiliki daya perusakan yang kuat terhadap
dinding sel dan jaringan sehingga proses ekstraksi juga berjalan lebih optimal. Jika
BAB III
METODE PERCOBAAN
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan ini adalah disiapkan semua alat dan bahan
terutama rangkaian alat refluks dan destilasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah
ditimbang asam asetat sebanyak 60,2 gram dan alkohol 96% sebanyak 92 gram
masing-masing pada neraca analitik. Dimasukkan batu didih kedalam labu leher tiga,
kemudian dimasukkan 60,2 gram asam asetat dan 92 gram alkohol 96% kedalam labu
leher tiga. Ditambahkan asam sulfat sebanyak 2 mL kedalam campuran tersebut.
Disisi lain, dilakukan penyusunan rangkaian alat refluks yang berisi campuran.
Selanjutnya dilakukan pemanasan selama 90 menit pada suhu 65 OC. Didinginkan
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Bobot Reaksi Esterifikasi
a. Secara Teori
1) Asam asetat (CH3COOH)
Diketahui : Massa etanol (C2H5OH) = 92,0495 gram
Mr etanol (C2H5OH) = 46 gram/mol
Massa asam asetat (CH3COOH) = 60,2292 gram
Mr asam asetat (CH3COOH) = 60,05 gram/mol
Berat botol vial kosong = 25,3324 gram
Berat botol vial + etil asetat = 27,0824 gram
Ditanyakan : a. Massa etil asetat (C4H8O2) = ...?
b. Massa etanol (C2H5OH) = ...?
c. Rendemen etil asetat = ...?
Penyelesaian :
Mol CH3COOH =
= 1 mol
2) Etanol (C2H5OH)
21
Mol C2H5OH =
=
= 2 mol
%Rendemen = x 100%
= x 100%
= 1%
22
B. Pembahasan
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Turunan asam karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Ester
asam karboksilat ialah suatu senyawa yang mengandung gugus -CO2 R dengan R
dapat berupa alkil maupun aril. Esterifikasi dikatalisis asam dan bersifat dapat balik.
Labu didih alas bulat diletakkan di atas hot plate kemudian disambungkan
dengan kondensor refluks terbalik, air dialirkan dan larutan tersebut direfluks selama
90 menit dengan suhu yang dijaga konstan pada 65oC. Tujuan dilakukan pemanasan
agar reaksi berlangsung lebih cepat. Refluks terbalik bertujuan agar larutan yang
menguap akan masuk ke kondensor kemudian di dalam kondensor itu terjadi
perubahan fasa dari uap menjadi cair kembali.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Cara yang dilakukan untuk mensintesis etil asetat terbuat dari asam asetat dan
alkohol menggunakan katalis asam sulfat (H2SO4) melalui reaksi esterifikasi
yang melalui proses refluks dan proses destilasi dan dilanjutkan denngan
pengikatan senyawa air mennggunakan kalium klorida anhidrat (CaCl2).
2. Rendemen hasil sintesis etil asetat yang dihasilkan dari asam asetat dan alkohol
menggunakan katalis asam sulfat (H2SO4) melalui reaksi esterifikasi adalah
sebesar 1%.
B. Saran
Saran pada percobaan ini yaitu sebaiknya untuk percobaan selanjutnya
dilakukan optimasi setelah proses esterifikasi, karena efek dari penambahan alkohol
berlebih pada proses esterifikasi akan menghasilkan produk samping dan
menyebabkan terjadinya reaksi trans-esterifikasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
SKEMA KERJA
CH3COOH + C2H5OH
Hasil
27
LAMPIRAN GAMBAR