Anda di halaman 1dari 25

EMULSIFIKASI |1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai berbagai bentuk

sediaan dengan jenis, bentuk dan penggunaan yang berbeda antara satu

dan yang lainnya. Setiap obat memiliki bentuk dan jenis yang berbeda

sesuai dengan kandungan bahan obat dan tujuan penggunaannya. Sifat

sediaan obat tergantung dari bahan obat dan bentuk sediannya yang

dapat mempengaruhi stabilitas suatu sediaan. Sediaan obat yang sering

kita jumpai antara lain, sediaan berupa larutan, sirup, suspensi, emulsi,

tablet, kapsul dan lain-lainnya. Setiap sediaan memiliki tingkat kestabilan

tertentu, dimana kestabilan terssebut dapat dipengaruhi oeh beberapa

faktor antara lain, suhu, cahaya, pH, sifat bahan obat dan secara biologis

dapat dipengaruhi oleh mikroorganisme.

Salah satu bentuk sediaan yang memiliki tingkat kestabilan yang

rendah adalah emulsi yang merupakan sediaan yang berupa campuran

abtara minyak dan air. Stabilitas emulsi ini salah satunya dapat

dipengaruhi oleh bahan emulgator. Kandungan bahan emulgator dalam

sediaan akan mempengaruhi viskositas sediaan dan kestabilan sediaan

tersebut.

Tanpa adanya emulgator, maka emulsi akan segera pecah dan

terpisah menjadi fase terdispersi dan medium pendispersinya, yang ringan

terapung diatas yang berat. Adanya penambahan emulgator dapat


KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
EMULSIFIKASI |2

menstabilkan suatu emulsi karena emulgator menurunkan tegangan

permukaan secara bertahap. Adanya penurunan tegangan secara

bertahap akan menurunkan energi bebas yang diperlukan untuk

pembentukan emulsi menjadi semakin minimal. Artinya emulsi akan

menjadi stabil bila dilakukan penambahan emulgator yang berfungsi untuk

menurunkan energi bebas pembentukan emulsi semakasimal mungkin.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar dapat menghitung jumlah

emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi;

membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan;

mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi; dan menentukan HLB butuh

minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini yaitu agar dapat menentukan

jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan

emulsi; dapat membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan

surfaktan; mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi; dan menentukan

HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan emulsi.

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
EMULSIFIKASI |3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Partikel dari fase disperse biasanya bahan padat yang tidak larut

dalam medium disperse. Dalam hal suatu emulsi, fase terdispersi adlah

bahan cair yang tidak larut maupun bercampur dengan cairan dari fase

pendispersi. Proses emulsifikasi menghasilkan disperse obat cair sehalus

tetesan-tetesan pada fase pendispersi (Ansel, 1989).

Partikel dari fase terdispersi ukurannya sangat bebeeda-beda, dari

partikel besdar yang dapat dilihat dengan mata telanjang sampai ke

partikel dari ukuran koloid; jatuh antara 1 milimikron dan kira-kira 500

milimikron atau 0,5 mikron. Disperse yang berisi partikel-partikel kasar,

biasanya dengan ukuran 1-100 mikron, disebut juga sebagai disperse

kasar dan mencakup suspensi serta emulsi. Disperse yang mengandung

partikel dengan ukuran kecil disebut disperse halus dan bila partikel-

partikel yang ada dalam batas koloid disebuit didpersi koloid. Magma dan

gel adalah disperse halus seperti itu (Ansel,1989).

Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu disperse kasar di

mana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium

cair. Partikel-partikel tersebut kebanyakan mempunyai diameter lebih

besar dari 0,1 mikrometer, dan beberapa partikel terebut bila diselidiki di

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
EMULSIFIKASI |4

bawah mikroskop menunjukkan adanya gerakan Brown jika disperse

mempunyai viskositas rendah (Martin, 1993).

Dalam suspensi zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh

cepat mengendap. Jika dikocok-kocok perlahan-lahan, endapan harus

segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk

menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu

tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (FI III, 1979).

Seringkali partikel-partikel dari suatu suspensi mengendap terlalu

cepat sehingga tidak konsisten dengan batasan sebagai suatu preparat

yang baik secara farmasetik. Pengendapan yang cepat tesebut merintangi

pengukuran dosis yang tepat dan dari segi estetis menghasilkan suatu

lapisan supernatant yang tidak sedap dipandang. Dalam banyak suspesi

yang beredar di perdagangan, zat pensuspensi ditambahkan ke medium

disperse untuk menghasilkan struktur yang membantu terdispersinya fase

dalam suspensi. Karboksi metil selulosa, metil selulosa, dan bentonit

merupakan beberapa diantara zat pensuspensi yang digunakan untuk

mengentalkan medium disperse dan membantu tedispersinya suspensoid.

Bila zat polimer dan kolida hidrofilik digunakan sebagai zat pensuspensi,

harus dilakukan tes yang tepat untuk membuktikan bahwa zat tersebut

tidak mengganggu avaibilitas dari zat aktif obat dalam suspensi tersebut.

Bahan-bahan ini ternyata mengikat zat obat tertentu, merintanginya

sehingga tidak terdapat dalam sirkulasi dan atau memperlambat jalannya

obat tersebut sehingga fungsi terapeutisnya pun diperlambat. Juga jumlah

atau banyaknya zat pensuspensi tidak boleh menyebabkan suspensi


KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
EMULSIFIKASI |5

tersebut terlalu kental dan tidak bisa dikocok (untuk mendistribusikan

suspensoid) atau untuk menuang (Ansel, 1989).

Emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan teknik

pemrosesan khusus. Untuk menjamin karya tipe ini dan untuk

membuatnya sebagai bentuk sediaan yang berguna, emulsi harus

memiliki sifat yang diinginkan dan menimbulkan sedikit mungkin masalah-

masalah yang berhubungan. Sekarang emulsi masih terus digunakan

dalam berbagai penggunaan farmasi dan kosmetik. Penggunaannya di

dalam bidang farmasi lebih lanjut digolongkan berdasarkan cara

pemberian, yakni topical, oral, atau secara parental. Pada dasarnya

penggunaan kosmetik dan penggunaan farmasi topical adalah serupa dan

bersama-sama membuat atau meb\mbentuk salah satu kelompok emulsi

yang paling penting (Lachman, 1994).

Disperse halus dari minyak dan air memerlukan daerah kontak

antarmuka yang luas, dan untuk memperoleh/memproduksi hal ini

memerlukan sejumlah dan beberapa kerja yang sama dengan hasil kali

tegangan permukaan dan perubahan luas. Berbicara secara

termodinamik, kerja ini adalah energi bebas antarmuka yang dimaksudkan

ke system tersebut. Suatu energi bebeas antarmuka yang tinggi

cendeerung untuk mengurangi daerah antarmuka, pertama dengan

menyebabkan tetesan-tetesan tersebut bergabung. Ini adalah suatu alas

an untuk memasukkan kata-kata tidak stabil secara termodinamik dalam

definisi klasik dari emusli buram (Lachman, 1994).

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
EMULSIFIKASI |6

Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi

dapat membuat suatu peparat yang stabil dan rata dari campuran dua

cairan yang saling tidak bisa bercampur. Dalam hal ini obat diberikan

dalam bentuk bola-bola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi yang

diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan

pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih

enak walaupun yang sebenarnya diberikan minyak yang rasanya tidak

enak, dengan menambahkan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa

airnya, sehingga mudaj dimakan dan ditelan sampai ke lambung (Ansel,

1989).

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau

larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan

pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Anief, 1997).

Molekul-molekul zat aktif permukaan (surfaktan) mempunyai gugus

polar dan nonpolar. Bila suatu zat surfaktan didispersikan dalam air pada

konsentrasi yang rendah, maka molekul-molekul surfaktan akan

terabsorpsi pada permukaan membentuk suatu lapisan monomolekuler.

Bagian gugus polar akan mengarah ke udara. Hal ini mengakibatkan

turunnya tegangan permukaan air. Pada konsentrasi yang lebih tinggi

molekul-molekul surfaktan masuk dalam air membentuk agregat yang

dikenal sebagai misel. Konsentrasi pada misel ini mulai terbentuk disebut

konsentrasi misel kritik (KMK). Pada saat ini KMK ini dicapai maka

tegangan permukaan zat cair tidak banyak lagi dipengaruhi oleh

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
EMULSIFIKASI |7

perubahan konsentrasi misel kritik suatu surfaktan dapat ditentukan

dengan metode tegangan permukaan (Kosman, 2006).

Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu sama

lainnya, dimana yang satu menunjukkan karakter hidrofil, yang lain lipofil.

Fase hidrofil (lipofob) umumya adalah air atau suatu cairan yang dapat

bercampur dengan air, sedangkan sebagai fase lipofil (hidrofob) adalah

minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak-lemak (minyak lemak

paraffin, vaselin, lemak coklat, malam bulu domba) atau juga bahan

pelarut hidrofil seperti kloroform, benzene dan sebagainya (Voight, 1994).

Dalam pembuatan suatu emulsi pemilihan emulgator merupakan

faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu

emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu

emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan.

Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan tegangan permukaan

antara air dan minyak serta membantu lapisan film pada permukaan

globul-globul fase terdispersinya (Kosman, 2005).

Dalam suatu sistem HLB, harga HLB juga ditetapkan untuk minyak-

minyak dari zat-zat seperti minyak. Dengan menggunakan dasar HLB

dalam penyiapan suatu emulsi seseorang dapat memilih zat pengemulsi

yang mempunyai harga HLB sama atau hamper sama sebagai fase

minyak yang dimaksud (Arief, 1998).

Griffin telah mengemukakan suatu skala ukuran HLB suatu

surfaktan, dari skala tersebut dapat disusun dimana daerah efisiensi HLB

optimum bagi tiap-tiap golongan surfaktan. Makin tinggi harga HLB dari
KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
EMULSIFIKASI |8

surfatan atau campuran surfaktan yang digunakan maka zat itu akan

bersifat polar. Disamping itu juga perlu diketahui harga HLB butuh yang

digunakan menurut grafik harga HLB butuh adalah setar. Dengan harga

HLB dari surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan untuk

mengemulsikan minyak dengan air sehingga terbentuk suatu emulsi yang

stabil (Anonim, 2016).

Dikenal beberapa fenomena ketidakstabilan emulsi yaitu (Ansel,

1989):

1. Flokulasi dan Creaming

Fenomena ini terjadi karena penggabungan partikel yang disebabkan

oleh adanya energi bebas permukaan saja. Flokulasi adalah terjadinya

kelomok-kelompok globul yang letaknya tidak beraturan di dalam suatu

emulsi. Creaming adalah terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi

yang berbeda-beda di dalam suatu emulsi. Lapisan dengan konsentrasi

yang paling pekat akan berada di sebelah atas atau disebelah bawah

tergantung dari bobot jenis fasa yang terdispersi.

2. Koalesen dan Demulsifikasi

Fenomena ini terjadi bukan karena semata-mata karena energi

bebas permukaan saja, tetapi juga karena tidak semua globul terlapis oleh

film antar permukaan. Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-

globul menjadi lebih besar, sedangkan demulsifikasi adalah merupakan

proses lebih lanjut dari koalesen dimana kedua fasa terpisah menjadi dua

cairan yang tidak bercampur. Kedua fenomena ini tidak dapat diperbaiki

dengan pengocokan.
KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
EMULSIFIKASI |9

B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Dirjen POM, 1979 h. 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

RM/BM : H2O / 18.02

Rumus struktur :H-O-H

Pemerian : Caiaran jernih, tidak berwarna, tidak berbau

dan tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Parafin cair (Dirjen POM, 1979 h. 213)

Nama resmi : Paraffinum Liquidum

Nama lain : Parafin cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak

berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak

berbau, hamper tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan etanol (95%)

P, larut dalam kloroform P dan eter P.

HLB : 10 (POM), 9 O/W (RPS), dan 12 (Lachman).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari

cahaya.

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Span-80 (Dirjen POM, 1979 h. 495)

Nama resmi : Sorbitan monooleat


KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
E M U L S I F I K A S I | 10

Nama lain : Span-80

RM/BM : C24H44O6 / 424,68

Pemerian : Cairan berwarna kuning dengan viskosotas

sekitar 1000 cps.

Kelarutan : Larut dalam minyak mineral atau minyak

tumbuhan, sedikit larut dalam eter, terdispersi

dalam aiar dan tidak larut dalam aseton.

HLB : 4,3

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaaan : Sebagai emulgator

4. Polisorbat 80 (Dirtjen POM, 1979 h. 509)

Nama resmi : Polysorbatum 80

Nama lain : Polisorbat 80, tween

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna,

hampir tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P,

dalam etil asetat P dan dalam methanol

P,sukar larut dalam parafin cair P dan dalam

biji kapas P

Kegunaan : Sebagai emulgator fase cair.

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 11

BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Batang

pengaduk, Cawan porselin, Deck glas, Gelas kimia, Gelas ukur, Mixer,

Penangas air, Termometer dan Pipet tetes.

B. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu

Aquadest , Aluminium foil, Span-80 (parafin cair), dan Tween-80.

C. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dicampurkan tween-80 dengan air, dan span-80 dengan parapin

cair dengan wadah yang berbeda.

3. Dipanaskan kedua sampel yang telah dicampurkan tadi diatas

penangas air.

4. Diukur kenaikan air dengan suhu 750C, dan kenaikan fase minyak

(parafin cair) dengan suhu 700C dengan menggunakan

thermometer.

5. Dicampur kedua sampel antara fase minyak dan fase air

6. Dibiarkan hingga dingin

7. Dimasukkan sampel kedalam gelas piala, kemudian dikocok

dengan menggunakan mikser.

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 12

8. Dilihat hasilnya, apakah emulsi yang dibuat antara minyak dan air

pecah.

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 13

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Hasil

Tabel :

Nilai HLB butuh Berat tween 80 Berat span 80

5 0,19 2,81

6 0,47 2,53

7 0,75 2,25

8 1,03 1,97

9 1,31 1,69

10 1,59 1,41

11 1,87 1,31

12 2,15 0,85

Perhitungan :

a. Untuk HLB butuh 5

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80... ?

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) =3x5

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 14

15a + 12,9 4,3a = 15

15a 4,3a = 15 12,9

10,7a = 2,1
2,1
a = 10,7

a = 0,196 gram

Untuk span 80 3a

3 0,196 = 2,804 gram

b. Untuk HLB butuh 6

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80 ... ?

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) =3x6

15a + 12,9 4,3a = 18

15a 4,3a = 18 12,9

10,7a = 5,1
5,1
a = 10,7

a = 0,48 gram

Untuk span 80 3a

3 0,48 = 2,52 gram

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 15

c. Untuk HLB butuh 7

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80... ?

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) =3x7

15a + 12,9 4,3a = 21

15a 4,3a = 21 12,9

10,7a = 8,1
8,1
a = 10,7

a = 0,76 gram

Untuk span 80 3a

3 0,76 = 2,24 gram

d. Untuk HLB butuh 8

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80 ... ?

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 16

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) =3x8

15a + 12,9 4,3a = 24

15a 4,3a = 24 12,9

10,7a = 11,1
11,1
a = 10,7

a = 1,037 gram

Untuk span 80 3a

3 1,037 = 1,967 gram

e. Untuk HLB butuh 9

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80 ... ?

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) =3x9

15a + 12,9 4,3a = 27

15a 4,3a = 27 12,9

10,7a = 14,1
14,1
a = 10,7

a = 1,32 gram

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 17

Untuk span 80 3a

3 1,32 = 1,68 gram

f. Untuk HLB butuh 10

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80 ... ?

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) = 3 x 10

15a + 12,9 4,3a = 30

15a 4,3a = 30 12,9

10,7a = 17,1
17,1
a = 10,7

a = 1,59 gram

Untuk span 80 3a

3 1,59 = 1,41 gram

g. Untuk HLB butuh 11

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 18

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80... ?

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) = 3 x 11

15a + 12,9 4,3a = 33

15a 4,3a = 33 12,9

10,7a = 20,1
20,1
a = 10,7

a = 1,88 gram

Untuk span 80 3a

3 1,88 = 1,12 gram

h. Untuk HLB butuh 12

Diketahui : Tween 80 (HLB 15)

Span 80 (HLB 4,3)

Minyak (parafin cair) 20%

Emulgator 3%

Air 100%

Ditanyakan : Tween 80 dan span 80 ... ?

Penyelesaian : Untuk Tween 80

(a x 15) + ((3-a) x 4,5) = 3 x 12

15a + 12,9 4,3a = 36

15a 4,3a = 36 12,9

10,7a = 23,1

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 19

23,1
a = 10,7

a = 2,158 gram

Untuk span 80 3a

3 2,158 = 0,842 gram

B. Pembahasan

Emulsi adalah suatu zat dispersi dimana fase terdiri dari bulatan-

bulatan kecil zat cair yang distribusikan keseluruh pembawa yang tidak

saling bercampur, atau dengan kata lain emulsi adalah suatu sistem yang

secara termodinamika tidak stabil terdiri dari paling sedikit dua fase

sebagai globul-globul dalam fase cair yang lainnya, sistem ini dapat

distabilkan dengan menggunakan emulgator.

Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua macam emusli, yaitu

Emulsi minyak dalam air dan juga emulsi air dalam minyak. Dimana

emulsi minyak dalam air yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fase

air.E mulsi air dalam minyak sedangkan emulsi air dalam yaitu bila fasa

air terdispersi di dalam fasa minyak.

Mekanisme kerja emulgator surfaktanya itu membentuk lapisan

mono molekuler surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja

dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau

ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran

kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini

menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah

energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 20

dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah

penggabungan tetesan yang mendekat.

Dalam suatu pembuatan emulsi, pemilihan emulgator adalah hal

yang paling penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu

emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu

emulgator yang aktif dipermukaan adalah menurunkan tegangan

permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan

globul-globul fase terdispersinya.

Aplikasi percobaan kestabilan emulsi ini dalam bidang farmasi yaitu

emulsi yang digunakan sebagai obat yang dapat digunakan sebagai oral,

topical, atau pariental. Emulsi yang bias digunakan sebagai oral biasanya

emulsi yang bertipe air dalam minyak (A/M). Emulsi semi solid biasa

digunakan secara topical dan emulsi yang biasanya digunakan secara

pariental adalah loho-loho krim, salep dan sebagainya.

Pada praktikum kali ini adapun alat dan bahan yang digunakan,

untuk alat ialah batang pengaduk, cawan porselin, gelas ukur 50 mL,

mixer, pipet tetes, thermometer dan timbangan analitik, sedangkan untuk

bahan ialah air suling, parafin cair, span 80, tween 80.

Adapun langkah yang dilakukan yaitu menghitung HLB butuh untuk

menentukan jumlah tween 80 dan span 80, dan hasil yang di dapatkan

untuk HLB 5 adalah 0,19 g, untuk HLB 6 adalah 0,48 g, untuk HLB 7

adalah 0,76 g, untuk HLB 8 adalah 1,04 g, untuk HLB 9 adalah 1,32 g,

untuk HLB 10 adalah 1,59 g, untuk HLB 11 adalah 1,88 g, untuk HLB 12

adalah 2,16 g. Sedangkan untuk span 80 adalah untuk HLB 5 adalah 2,81
KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
E M U L S I F I K A S I | 21

g, untuk HLB 6 adalah 2,52 g, untuk HLB 7 adalah 2,24 g, untuk HLB 8

adalah 1,96 g, untuk HLB 9 adalah 1,68 g, untuk HLB 10 adalah 1,41 g,

untuk HLB 11 adalah 1,12 g, dan untuk HLB 12 adalah 0,84 g.

Setelah itu menimbang hasil jumlah tween 80 dan span 80 yang

telah diketahui, kemudian dicampurkan parafin cair dengan span, lalu air

dengan tween, dan dipanaskan selama 60o C. Setelah itu dicampurkan

minyak ke dalam air dan dimixer, hal ini dilakukan agar minyak dan air

saling menyatu dan hasil yang di dapat warna dari percampuran tersebut

seperti warna cream (es krim), setelah itu emulsi yang telah dibuat diamati

hingga tiga hari, pada emulsi HLB 8 pada hari praktikum volume yang di

dapatkah sebanyak 45 mL dan pada keesokan harinya hasilnya masih

tetap sama yaitu 45 mL, dan utuk HLB 12 pada hari praktikum di dapatkan

volume melewati 50 mL.

Pada fase air dilakukan pengaturan suhu yaitu suhu dilebihkan

sedikit dari suhu rata-rata kedua fase minyak dan air sebab pada fase air

ini dapat terjadi penurunan suhu yang cepat. Lalu dikocok dengan cara

pengocokan transmittan menggunakan mikser selama 5 menit dan

diistrahatkan setiap 20 detik. tujuannya selain agar emulsi lebih cepat

homogen, disamping itu untuk mencegah terjadinya emulsi yang tidak

stabil. Dimana pengocokan secara kontinu akan mengganggu

pembentukan tetesan, jadi waktu juga berpengaruh dalam pembuatan

emulsi, dimana untuk mendapatkan emulsi yang stabil sebaiknya

dilakukan secara berseling, sehingga kecepatan dua cairan, yang tidak

tercampur/teremulsi secara sempurna dengan waktu yang berseling.


KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
E M U L S I F I K A S I | 22

Untuk membantu memecah fase dalam (minyak) menjadi

tetesan-tetesan digunakan alat pengaduk yang mekanik yaitu mikser.

Adapun mekanismenya adalah setelah terjadi perceraian awal tetesan-

tetesan, tetesan berikutnya akan mendapatkan kekuatan tambahan

karena turbulensi (arah mikser yang berputar secara tyrbulen)

menyebabkan deformasi tetesan-tetesan tersebut menjadi tetesan yang

lebih kecil sehingga emulsi yang terjadi nantinya akan lebih homogen.

Dalam hal ini yang harus dihindari adalah terbentuknya busa, yang

disebabkan oleh surfaktan yang larut dalam air. Karenanya untuk

memperkecil terbentuknya busa emulsifikasi harus dilaksanakan dalam

sistem tertutup

Pengadukkan intermittan ini dilakukan untuk memberikan

kesempatan untuk memberikan kesempatan pada minyak untu terdispersi

kedalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film

pada permukaan fase terdispersi.

Mekanisme ketidakstabilan emulsi ini dapat terjadi melalui beberapa

jalan yaitu, Coalescence yaitu peristiwa 2 tetesan minyak (atau air)

bersatu dan membentuk membentuk suatu tetesan baru yang lebih besar

tetapi memiliki luas permukaan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan

jika tetesan baru tersebut pecah menjadi tetesan tetesan kecil seperti

semula. Jika dibiarkan, hal ini akan terus berlangsung hingga semua

tetesan minyak (atau air) menyatu dan akhirnya membentuk lapisan

sendiri yang terpisah dari emulsi. Flocculation atau Flokulasi adalah suatu

peristiwa berkumpulnya beberapa tetesan minyak tetapi tidak membentuk


KARTINI APRILIA IDA ERLITA
15020160083
E M U L S I F I K A S I | 23

tetesan minyak baru yang lebih besar seperti pada peristiwa coalescence

hingga mengakibatkan distribusinya dalam emulsi tidak merata (tidak

homogeny lagi). Peristiwa coalescence dan flocculation secara bersama

sama akan menyebabkan peristiwa creacking atau breaking. Peristiwa ini

mungkin disebabkan oleh ketidaktepatan pemilihan emulgator dalam

formulasi, emulgator mengalami dekomposisi, atau temperature

penyimpanan yang tidak sesuai.

Dikenal beberapa ketidak stabilan emulsi yaitu flokulasi, creaming,

koalefen, dan demulsifikasi. Flokulasi adalah terjadinya kelompok-

kelompok globul yang letaknya tidak beraturan dalam suatu emulsi,

creaming adalah terbentuknya lapisan-lapisan yang berbeda konsentrasi

dalam suatu emulsi. Koalesen adalah terbentuknya globul-globul besar

dan globul-globul kecil, dan demulsifikasi adalah proses lanjutan dari

koalegen dimana kedua fase terpisah menjadi dua cairan yang tidak

bercampur.

Didalam suatu percobaan biasanya dikenal yang namanya

kesalahan, adapun faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam

percobaan kestabilan emulsi yaitu kesalahan dalam menghitung jumlah

tween-80 dan span-80 dengan HLB butuhnya. Kesalahan dalam

penimbangan bahan, kesalahan dalam pencampuran bahan, kesalahan

dalam memanaskan ataupun kesalahan dalam mengaduk campuran.

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 24

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahwa hasil yang didapatkan pada HLB 8 pada hari praktikum

dengan keesokan harinya memiliki volume yang sama yaitu 45 mL, dan

untuk HLB 12 pada hari selesainya di buat memiliki volume lebih dari 50

mL.

B.Saran

Saran saya sebagai praktikan agar dalam melaksanakan kegiatan

yang berhubungan dengan praktikum Farmasi Fisika ini, supaya para

asisten selalu memberikan dukungan kepada kami sehingga kami dapat

mengetahui apa yang seharusnya kami lakukan.

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083
E M U L S I F I K A S I | 25

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016 ,Penuntun Praktikum Farmasi Fisika, Universitas Muslim


Indonesia, Makassar.
Ansel C, H, 1989, Penuntun Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Empat, UI-
press, Jakarta.

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan


RI, Jakarta.

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan


RI, Jakarta.

Lachman, 1989, Teori dan Praktek Farmasi Industri, UI Press, Jakarta.


Martin Alfred, James Swarbrick, Arthur Cammarata, 1993, Farmasi Fisika
Edisi III, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Moechtar, 1990, Farmasi Fisika, UGM Press, Yogyakarta.


Hardjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, PT Gramedia Pestaka, Jakarta.
Sukardjo, 1997, Kimia Fisika I, Universitas Indonesia, Jakarta.

KARTINI APRILIA IDA ERLITA


15020160083

Anda mungkin juga menyukai